7. Qiraat
“Qira’ah tujuh imam” ketegori Muslim.
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Sehubungan dengan pembahasan qira’at, ada yang masih kurang jelas
bagi saya. Apakah yang dimaksud dengan qira’ah dari riwayat tujuh imam adalah
bagaimana cara kita melafadzkan ayat-ayat al-Qur’an, ataukah juga termasuk
bagaimana cara kita melagukan bacaan al-Qur’an?
Jazakallahu khairan.
Adhipati Yudhistira Indradinin
Jawaban
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,Alhamdulillah
wash-shalatu wassalamu ‘ala rsulillah, wa ba’du
Istilah qiraat yang biasa digunakan adalah dialek atau cara
pengucapan. Contoh yang paling sering adalah imaalah. Sebagian orang Arab
mengucapkan vocal ‘e’ sebagai ganti dari ‘a, pada beberapa lafadz Al-Quran.
Misalnya ucapan ‘wadh-dhuhee wallaili idza sajee. Maa wadda’aka rabuka wa maa
qolee … .
Ini adalah sebuah bentuk qiraat, di mana masing-masing imam punya
beberapa lafadz bacaan yang berbeda. Namun di dalam mushaf yang kita pakai
sehari-hari tidak terdapat tanda perbedaan bacaan itu. Kecuali kalau kita
menelusuri kitab-kitab tafsir yang klasik. Biasanya kita akan menemukan
penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca masing-masing lafadz itu.
Sedangkan masalah perbedaan melagukan bacaan Al-Quran, tidak ada
kaitannya dengan ilmu qiraat ini. Khusus untuk masalah melagukan Al-Quran,
biasanya dijelaskan dalam nagham. yaitu seni melantunkan Al-Quran.
Nagham ini sendiri sebenarnya merupakan seni, bukan disiplin ilmu.
Tepatnya seni melantunkan bacaan Al-Quran. Rupanya, dari berbagai wilayah
negeri Islam berkembang seni membaca Al-Quran. Dalam pelajaran nagham, kita
mengenal ada jenis-jenisnya, seperti
Nahawand, Bayati, Hijjaz, Shaba, Rast, Jaharkah, Sika dan lainnya. Semua jenis lagu atau irama itu tidak ada kaitannya dengan ilmu qiraat sab’ah. Semata-mata hanya seni melantunkan, tidak ada kaitannya dengan bagaimana melafadzkan ayat Al-Quran.
Nahawand, Bayati, Hijjaz, Shaba, Rast, Jaharkah, Sika dan lainnya. Semua jenis lagu atau irama itu tidak ada kaitannya dengan ilmu qiraat sab’ah. Semata-mata hanya seni melantunkan, tidak ada kaitannya dengan bagaimana melafadzkan ayat Al-Quran.
Umumnya para pembaca Al-Quran dari Mesir yang membawa seni baca
Al-Quran ke negeri kita. Mereka mengajarkan berbagai macam lagu dan memberikan
beragam variasinya serta membuat harmoni yang khas. Seni seperti itulah yang
seringkali diperlombakan di even musabaqah tilawatil quran . Meski bukan
satu-satunya jenis perlombaan, tetapi biasanya yang paling mencuat memang
masalah seni membaca.
Sedangkan bacaan qiraat sab’ah justru merupakan
cabang ilmu Al-Quran yang bersifat syar’i. Bahkan dalam banyak hal, perbedaan
qiraat ini pun berpengaruh kepada perbedaan makna dan kesimpulan hukum.
Sedangkan seni baca Al-Quran, sama sekali di luar hal ini. Sebab tujuannya adalah
menyuguhkan bacaan Al-Quran seindah mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar