TUGAS: MIDTERM TEST
Nama/NIM : Ridwan, S.Pd.I / 23111303-2 Mahasiswa PPs : Pendidikan Islam II
Mata Kuliah :
Metodologi Studi Islam
Desen Pengasuh
: Prof. Drs. Yusny Saby, MA.Phd
1.
Metodelogi Kajian Keislaman dan relevansinya dengan
program magister di perguruan tinggi Agama Islam.
a. Metodelogi
Kajian Keislaman
Dirosah islamiyyah
atau studi keislaman (dibarat dikenal dengan istilah Islamic studies), secara
sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan agama islam atau “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan
memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan agama islam baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun
praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang
sejarahnya.”[1]
Metodelogi kajian
keislaman mengandung arti memahami, mempelajari, atau meniliti islam sebagai
obyek kajian. Pertama studi islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas
dan program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai obyeknya,
seperti pengkajian tentang konsep zakat profesi. Kedua, studi islam
dikonotasikan dengan materi, subyek, bidang, dan kurikulum suatu kajian atas
islam seperti ilmu-ilmu agama islam. Ketiga, studi islam yang dikonotasikan
dengan institusi pengkajian islam baik formal seperti perguruan tinggi, maupun
yang non formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.[2]
b. Relevansi
Metodelogi Kajian Keislaman dengan program magister di perguruan tinggi Agama
Islam
Seorang master Islam harus memahami kerangka ajaran yang
terdapat di dalam al-qur’an dan hadits tetap dijadikan sandaran sentral agar
kajian keislaman tidak keluar dari teks dan konteks. Bertindak dan berfikir
kritis dapat ditransformasikan secara baik dan menjadikan landasan kehidupan
dalam berprilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman
yang harus dijadikan pegangan:pertama, islam sebagai dogma juga merupakan
pengalaman universal dan kemanusiaan. Oleh karena seorang master Islam harus
memahami sasaran studi islam yang diarahkan pada aspek-aspek praktik dan
empirik yang memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Sehingga sasaran
studi islam dapat diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran islam,
pokok-pokok ajaran islam sejarah islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh
karena itu studi islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang
tidak bisa dianalisis dengan kajian empiris yang kebenarannya relatif.[3]
Metodologi studi
keislaman sangan relevansi dengan dengan program master Islam karena ia
merupakan studi keilmuan yang memerlukan pendekatan kritis, analitis,
metadologis, empiris dan historis. Dengan demikian studi islam sebagai aspek
sasaran keilmuan membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan
tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan
terikat pada pemikiran rasional. Oleh Karen itu kajian keislaman yang bernuansa
islamiah meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatis yang bersumber dari wahyu
dan aspek prilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan.[4]
2.
Defenisi agama secara umum dan agama Islam secara
terstruktur.
a.
Defenis Agama Secara Umum
Dimulai dari keyakinan adanya
kekuatan di luar dirinya, kekuatan itu ia yakini mempengaruhi dirinya dan ia
bersedia melakukan apapun yang diinginkannya.
b.
Defenisi Agama Islam Secara terstruktur
Agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini
termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya
diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Islam
sebagai agama terbesar kedua pemeluknya di dunia. Pengikut ajaran Islam dikenal
dengan sebutan Muslim, adapun lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki
dan Muslimat bagi perempuan.
Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada
manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul terakhir yang
diutus ke dunia oleh Allah.
Umat Muslim percaya bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, seperti Nabi Adam as.,
Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan nabi lainnya yang diakhiri oleh
Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi dan rasul utusan Allah terakhir sepanjang masa.
Islam juga meyakini Al-Qur’an sebagai kitab suci dan
pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di
dalamnya (QS Al-Baqarah:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan
Al-Quran hingga akhir zaman dalam suatu ayat.
Umat Islam juga percaya bahwa Islam adalah agama yang
dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Nabi Adam as.,
dengan demikian tentu saja Nabi Ibrahim as. juga menganut Islam (QS
Al-Baqarah:130-132) 2:130. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi
dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam
Al-Qur’an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau
Ahlul Kitab.
3.
Motivasi orang muslim dan non muslim mengkaji Islam.
a.
Motivasi Muslim Mengakji Islam
1). Mempelajari Islam untuk
mengamalkan ajarannya
2). Mempelajari Islam untuk
mendakwahkan Islam
3). Mempelajari Islam untuk
kepentingan politik
4). Mempelajari Islam untuk ilmu
pengetahun (ulama)
5). Mempelajari Islam untuk
kepentingan ekonomi
6). Mempelajari Islam untuk
kepentingan social
7). Mempelajari Islam untuk
mencari hokum-hukum
8). Mempelajari Islam untuk
kepentingan profesi
9). Mempelajari Islam untuk
kepentingan indentitas/status
10). Mempelajari Islam untuk
kepentingan mencari jodoh
b.
Motivasi Non Muslim Mengkaji Islam
1). Mempelajari Islam untuk
menghancurkan Islam (misionaris)
2). Mempelajari Islam untuk ilmu
pengetahuan semata (orientalis)
3). Mempelajari Islam untuk
kepentingan memahami Islam
4.
Deskripsi orang beragama dan orang yang tidak beragama.
a. Deskripsi
Orang beragama
Orang yang sehat jiwanya menghayati segala bentuk
ajaran agama dengan perasaan optimis. pahala menurut pandangannya adalah
sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk
musibah dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang di
buatnya tidak beranggapan sebagai peringatan Tuhan terhadap dosa manusia,
mereka yakin bahwa Tuhan bersifat pengasih dan penyayang dan bukan pemberi
azab.
b. Deskripsi
Orang yang Tidak Beragama
Ciri-ciri orang yang tindak beragamaan orang yang
mengalami kelainan kejiwaan umumnya menampilkan sikap :
1). Pesimis
/ putus asa, Dalam menjalankan ajaran agama mereka cenderung untuk berpasrah
diri kepada nasib yang telah diterima.
2). Introvert / objektif bersikap
benar dalam bertindak, Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif.
Segala marabahaya dan penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri
dan dosa yang telah diperbuat.
3). Menyenangi paham yang orthodox
/ aliran sesat. Pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi
pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang
lebih bersifat konservatif dan orthodox.
4). Mengalami proses keagamaan
secara graduasi.
5). Proses timbulnya keyakinan
terhadap ajaran agama umumnya tidak berlangsung melalui prosedur yang biasa
yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dan kemudian mengamalkannya dalam bentuk
amalan rutin yang wajar.
5.
Inti ajaran Islam, cara memahami dan cara mengajarkannya
kepada manusia.
a. Inti Ajaran
Islam
Pokok ajaran Islam ada
3, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan. Dasarnya adalah dalam sebuah hadits;
"Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama
Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih.
Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak
seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah
Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak
tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad,
beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah
bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji
apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan
buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.”
Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya
walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda… (HR.
Muslim)
b. Cara Memahami
Inti Ajaran Islam
Iman adalah
keyakinan kita pada 6 rukun iman. Islam adalah pokok-pokok ibadah yang wajib
kita kerjakan. Ada pun Ihsan adalah cara mendekatkan diri kita kepada Allah.
Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-sia. Tidak ada pahalanya di
akhirat nanti: ” Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun…” [An Nuur:39]
”Orang-orang yang
kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup
angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia).
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” [Ibrahim:18]
Rincian penjelasan
rukun iman adalah sebagai berikut:
1). Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini
adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan
dijelaskan secara rinci tentang hal ini.
2). Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita
yakin bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.
3). Beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin
bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil
kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun kita harus yakin juga
bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh manusia sehingga Allah
kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga
hari kiamat nanti. ”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al
Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan
maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang
mereka kerjakan.” [Al Baqarah:79] Kita harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan
mengamalkannya: ”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
4). Beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah.
Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan
yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang
disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa, dan Muhammad. Karena ajaran
Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi
Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya. ” Muhammad
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab:40].
5). Beriman kepada
Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini fana. Suatu saat
akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang beriman
dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka. Selain kiamat
besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti
mati. Untuk itu kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.
6). Beriman kepada Takdir/qadar yang baik atau
pun yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya
kita harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.
Inti kedua ajaran
islam, yaitu menyempurnakan rukun islam, barang siapa yang tidak mengerjakannya
maka Islamnya tidak benar karena rukunnya tidak sempurna. Rincian penjelasan
Rukun Islam, sebagai berikut:
1). Bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Asyhaadu alla
ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar rasuulullaah. Artinya kita
meyakini hanya Allah Tuhan yang wajib kita patuhi perintah dan larangannya.
Jika ada perintah dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang
bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah yang harus kita
patuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan ajaran Islam.
Untuk mengetahui ajaran Islam yang benar, kita berkewajiban mempelajari dan
mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Konsekwensi dari 2 kalimat syahadat adalah kita
harus mempelajari dan memahami Al Qur’an dan Hadits yang sahih (minimal
Kutuubus sittah: Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasaa’i, dan Ibnu
Majah) dan mengamalkannya.
2). Shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur
dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat adalah tiang
agama barang siapa meninggalkannya berarti merusak agamanya.
3). Puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri
dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar, marah, dan segala perbuatan
negatif lainnya dari subuh hingga maghrib.
4). Membayar zakat bagi para muzakki (orang yang
wajib pajak/mampu). Ada pun orang yang mustahiq (berhak menerima zakat seperti
fakir, miskin, amil, mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu
Sabil) berhak menerima zakat. Zakat merupakan hak orang miskin agar harta tidak
hanya beredar di antara orang kaya saja.
5). Berhaji ke Mekkah jika mampu. Mampu di sini
dalam arti mampu secara fisik dan juga secara keuangan. Sebelum berhaji, hutang
yang jatuh tempo harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi
bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi tidak berhaji
padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan munafik.
Inti ajaran islam
yang ke tiga adalah Ihsan, Ihsan adalah cara agar kita bisa khusyuk dalam
beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Jika
tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat
kita. Ihsan ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika
kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah.
Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk berbuat keburukan, kita tidak
mengerjakannya karena Ihsan tadi. Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat
kebaikan karena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya.
Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat
perbuatannya.
c. Cara
Mengajarkan Inti Ajaran Islam Kepada Manusia
Memberikan penjelasan
dengan berbagai metode dan pendekatan, baik melaui lembaga pendidikan formal
atau non formal, dalam dakwah bilhal, bil lisan, dalam majlis-majlis,
halaqah-halaqah dan diskusi, dan diperlukan islamisasi ilmu, mengaitkan kajian
keilmuan dengan sumber utama, kedua dan ketiga dalam ajaran agama islam.
Memalui contoh
teladan, dalam jabatan dan wewenang, dilingkungan kerja bahkan di lingkunga
rumah tagga, diman saja berada memulai ajaran islam dan islamisasi kegiatan dan
aktifitas kita harus islami, dengan menebarkan kasih sayang, menyeru yang
makruf mencegah yang mungkar, menjelaskan pengertian inti ajaran sebagai
berikut:
1). Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini
adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan
dijelaskan secara rinci tentang hal ini.
2). Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita
yakin bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.
3). Beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin
bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil
kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun kita harus yakin juga bahwa
semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh manusia sehingga Allah
kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga
hari kiamat nanti. ”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al
Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan
maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang
mereka kerjakan.” [Al Baqarah:79] Kita harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan
mengamalkannya: ”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
4). Beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah.
Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan
yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang
disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa, dan Muhammad. Karena ajaran
Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi
Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya. ” Muhammad
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab:40].
5). Beriman kepada
Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini fana. Suatu saat
akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang beriman
dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka. Selain kiamat
besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti
mati. Untuk itu kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.
6). Beriman kepada Takdir/qadar yang baik atau
pun yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya
kita harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.
Inti kedua ajaran
islam, yaitu menyempurnakan rukun islam, barang siapa yang tidak mengerjakannya
maka Islamnya tidak benar karena rukunnya tidak sempurna. Rincian penjelasan
Rukun Islam, sebagai berikut:
1). Bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Asyhaadu alla
ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar rasuulullaah. Artinya kita
meyakini hanya Allah Tuhan yang wajib kita patuhi perintah dan larangannya.
Jika ada perintah dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang
bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah yang harus kita
patuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan ajaran Islam.
Untuk mengetahui ajaran Islam yang benar, kita berkewajiban mempelajari dan
mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Konsekwensi dari 2 kalimat syahadat adalah kita
harus mempelajari dan memahami Al Qur’an dan Hadits yang sahih (minimal
Kutuubus sittah: Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasaa’i, dan Ibnu
Majah) dan mengamalkannya.
2). Shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur
dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat adalah tiang
agama barang siapa meninggalkannya berarti merusak agamanya.
3). Puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri
dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar, marah, dan segala perbuatan
negatif lainnya dari subuh hingga maghrib.
4). Membayar zakat bagi para muzakki (orang yang
wajib pajak/mampu). Ada pun orang yang mustahiq (berhak menerima zakat seperti
fakir, miskin, amil, mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu
Sabil) berhak menerima zakat. Zakat merupakan hak orang miskin agar harta tidak
hanya beredar di antara orang kaya saja.
5). Berhaji ke Mekkah jika mampu. Mampu di sini
dalam arti mampu secara fisik dan juga secara keuangan. Sebelum berhaji, hutang
yang jatuh tempo harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi
bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi tidak berhaji
padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan munafik.
Inti ajaran islam
yang ke tiga adalah Ihsan, Ihsan adalah cara agar kita bisa khusyuk dalam
beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Jika
tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat
kita. Ihsan ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika
kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah.
Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk berbuat keburukan, kita tidak
mengerjakannya karena Ihsan tadi. Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat
kebaikan karena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya.
Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat
perbuatannya.
6.
Sebelum tahun 1970-an Islam dipersepsi sebagai
"kebodohan" dan "keterbelakangan." Sekarang Islam dilihat
sebagai "ancaman". Kajian penyebab timbul persepsi tersebut,
kesalahan, dan cara menghilangkannya.
a. Penyebab
timbul Persepsi Islam indentik dengan "kebodohan" dan
"keterbelakngan" sebelum tahun 1970-an dan Sekarang Islam dilihat
sebagai "ancaman."
Kemiskinan dan Kebodohan Akar Terorisme, Kebodohan,
membuat para suicide bomber ini mungkin tidak dapat berpikir kritis. jaringan
islam ekstrimis menempuh jalan dengan menjelek-jelekkan orang lain dan cepat
mengkafirkan orang dan menghalalkan darah.
Pada dasarnya manusia ini makhluk sosial yang bisa
mengatur dirinya sendiri, sedangkan mereka mengajarkan dan menawarkan Islam
dengan cara kekerasan, jelas-jelas bertentangan dengan islam-nya sendiri yang
berarti "jalan keselamatan" dan "rahmat bagi seluruh alam
semesta". Menimbulkan ketakutan, tentu bukan bagian dari rahmat. Di sini,
doktrin dan ajakan islam ekstrim menjadi sangat tidak masuk akal.
Penyebab terorisme yang kedua adalah keterbelakangan dan
kemiskinanm, ini menyinggung perkara para "pengantin" yang akhirnya
mati bunuh diri itu adalah orang-orang yang "keterbelakangan/kemiskinan".
b. Kajian
Kesalahan Persepsi Islam indentik dengan "kebodohan" dan
"keterbelakngan" sebelum tahun 1970-an dan Sekarang Islam dilihat
sebagai "ancaman."
Tidak memahami Islam
dan cenderung cepat mengambil suatu kesimpulan dan mengkaliam orang lain.
Sehingga apapun wacana orang yang mengarah perpecahan dan menjatuhkan Islam
diperbesar oleh umat islam sendiri dengan motif yang berbeda-beda akibat
bendera eksklusif dalam pemahaman agamanya.
Ketika ada bom, seketika muncul berbagai pernyataan
analis, mereka mengeluarkan analisa bahwa pelakunya dari kalangan Islam atau
pemain lama. Yang menarik, ada analis dadakan yang diwawancarai
stasiun TV menuduh pelakunya kelompok takfiriyah (orang yang suka
mengkafirkan).
Luka islam ditoreh oleh orang islam sendiri, bagaimanapun,
pernyataan-pernyataan seperti ini hanya akan menyebabkan kesesatan berfikir
masyarakat Indonesia serta menciptakan rasa curiga dan hanya akan memicu
konflik horizontal. Pernyataan-pernyataan seperti ini hanya stigma buruk diasumsikan
Islam sebagai dalang teroris.
Mengapa si analis begitu semangat mengarahkan semua
tuduhan ini ke kelompok Islam?. Harusnya semua pihak memberi kesempatan polisi,
menangkap pelaku, memintai keterangan agar jelas duduk permasalahannya.
Apa maunya dan kenapa melakukan hal tersebut?.
Ironisnya pelaku bom belum ditangkap, namun semua
elemen kuat sudah bersuara seperti paduan suara, kemudian di “soundingkan” oleh
aneka media bahwa para pelaku teroris adalah dari kalangan umat Islam. Padahal
terorisme bukan hanya milik satu ideologi atau suatu agama namun semua orang
mempunyai bibit untuk melakukan tindakan teror. Bisa saja faktornya kebetulan.
Bisa saja ternyata pelakunya adalah seorang yang mengaku Muslim.
Tak dapat kita pungkiri, bahwa memang sounding dari
media inilah, yang berperan besar bagi lancarnya proses pelabelan tersebut.
Sangat tidak fair, ketika pelaku terror adalah non-Islam, seperti
tindakan terorisme beberapa waktu belakangan ini yang dilakukan oleh warga
kristiani terhadap Muslim Medan dengan membakar lima masjid.
Namun karena pelakunya bukan umat Islam maka tidak ada
yang menuduh aksi teror ini sebagai tindakan teroris dan ironisnya tak satupun
orang ataupun media yang menjunjung hak asasi manusia (HAM), kebebasan dan
persamaan untuk mengutuknya secara lantang seperti yang biasa terjadi, atau
bahkan hanya sekedar memberi kecaman dan perhatian atas tindakan yang menyakiti
hati umat Islam tersebut.
Inikah yang disebut dengan keadilan? Mungkin keadilan yang
telah dirancang sedemikian rupa, untuk selalu memojokkan kaum Muslimin. Bila
umat Islam yang melakukan tindakan anarkis maka serentak seluruh suara-suara
pengasong liberalisme menuduh Islam sebagai teroris. Namun bila orang-orang
non-Muslim yang melakukan tindakan teror dan aksi-aksi keji, mereka diam seribu
bahasa dan tak bergeming.
c. Cara Menghilangkan
Persepsi Islam indentik dengan "kebodohan" dan
"keterbelakngan" sebelum tahun 1970-an dan Sekarang Islam dilihat
sebagai "ancaman."
Solusi singkat mengenai obat dari segala masalah sosial:
membuat masyarakat tidak lagi miskin, atau dalam bahasa pemerintah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Miskin mungkin berasosiasi dengan kekerasan. Tapi
tidak selalu. Masalah bahwa mereka yang melakukan kekerasan adalah orang
miskin, tidak berarti akar penyebab kekerasan adalah kemiskinan. Negara-negara
kaya juga justru jadi pelaku kekerasan dalam perang, seperti yang terjadi di
Libya. Kalau benar demikian, seharusnya negara ini sudah kacau balau, karena
sebagian besar penduduknya berada di bawah garis kemiskinan.
Perkembangan ekonomi konvensional saat ini, mensyaratkan
masyarakat yang egois dan individualistis. Budaya masyarakat Indonesia yang
penuh semangat gotong royong malah mungkin jadi penyebab mengapa ekonomi
Indonesia terpuruk. Tapi antithesisnya, kita bisa lihat masyarakat perkotaan yang
egois dan individualistis. Begitu juga masyarakat desa yang dalam transisi
peningkatan ekonomi.
Negara harus bertanggung jawab, pemerintahan harus dapat
menjamin keberlangsungan hidup rakyatnya tidak menjadikan elemen bangsa sebagai
musuh atau obyek untuk pengalihan isu. Ini tidak akan mendidik anak-anak bangsa
untuk menjadi dewasa dalam mengatasi setiap permasalahan dan persoalan yang
menimpanya. Malah cenderung menambah masalah baru yang tidak akan ada habisnya.
Islam dan negara ini akan karam dan musnah bila hanya
mengadu domba rakyat versus rakyat dengan membesarkan isu terorisme. Tidak akan
pernah selesai dan hanya menjadi lingkaran setan yang tak ada habisnya.
Kita seharusnya jujur bahwa sistem sekarang belum mampu
untuk menyelesaikan aneka permasalahan yang menimpa negeri ini. Dari era
demokrasi terpimpin ala Sukarno, demokrasi Pancasila ala Soeharto dan hari ini
demokrasi liberal ala koboy Amerika semuanya telah gagal untuk menjadikan
negeri ini menuju seperti apa yang dicita-citakanya. Yang terjadi justru
sebaliknya, negara ini terjun bebas ke dalam jurang kehancuran.
Anehnya, banyak pihak tak jujur melihat masalah ini. Dan
jika ada pihak yang menawarkan nilai-nilai Islam, semua langsung menolak dan
memberi label buruk. Adanya berbagai bom rupanya ada hubungan dengan semangat
para pengamat dadakan di TV dan koran-koran, yang mengarahkan masalah ini
selalu pada Islam.
Benang merahnya, seolah-olah ada usaha ingin menunjukkan
bahwa kejadian bom selalu akan terjadi, kecuali jika lembaga intelijen diberi
kewenangan luas dengan penerapan UU Intelejen yang baru. Dan jika itu yang
terjadi, meminjam istilah Fauzan al Anshary, maka, "akan banyak dai,
ustad, aktivis Muslim ditangkapi hanya dengan alasan dicurigai".
Daripada sibuk hendak memata-matai rakyat dan membungkam
aspirasi mereka, pemerintah sebaiknya mengoreksi kebijakan-kebijakan mereka
yang banyak dianggap kurang pro-rakyat dan salah sasaran. Pembangunan gedung
DPR yang meresahkan masyarakat, kasus Bank Century yang sekarang diabaikan,
korupsi akut yang menjangkiti seluruh lini pemerintah dan aparat negara juga
mafia hukum dll.
Negiri hari ini sangat carut marut, siapapun yang
memimpin negeri ini hanya akan melahirkan rasa pusing dan bingung
menghadapi rumetnya masalah. Kecuali jika mau jujur, bahwa Islam diberi
kesampatan tampil memberikan warna. Percayalah tidak akan pernah ada sistem
yang akan membawa sebuah negeri menjadi adil, makmur dan sejahtera kecuali
sistem Islam.
7.
Aspek keterkaitan antara Islam dengan agama-agama
lain, dalam hubungan global seperti sekarang ini, berbasis ajaran agama Islam
itu sendiri.
Secara sosiologis, hubungan
antar agama adalah suatu kenyataan bahwa kita adalah berbeda-beda, beragam dan
plural dalam hal beragama. Ini adalah kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya
dan tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam kenyataan sosial, kita telah memeluk
agama yang berbeda-beda. Pengakuan terhadap adanya hubungan antar agama secara
sosiologis ini merupakan hubungan antar agama yang paling sederhana, karena
pengakuan ini tidak berarti mengizinkan pengakuan terhadap hakikat kebenaran
teologi agama lain.
Dapat dicermati
bahwa tidak ada tawar menawar masalah teologis, hubungan antar agama hanya yang
bersifat duniawi semata tidak berarti adanya
pertemuan dalam hal keimanan, namun hanya merupakan pengakuan atas
keberadaan agama-agama lain. Pandangan hubungan antarnya tidak sampai masuk
pada perbincangan tentang kebenaran-kebenaran yang ada di dalam agama lain.
[1] Tajib, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama,
1994), hal. 11.
[2] M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004), hal.13
[3] Muhyar Fanani, Metode Studi Islsm, Aplikasin Sosoilogi Pengetahuan
Sebagai Cara Pandang, (Yogyakarta: pustak apelajar, 2008), hal. 9
[4] M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2004), hal.13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar