Total Tayangan Halaman

Selasa, 08 Desember 2015

MSI Pengantar Midterm MSI Ridwan, MA

TUGAS: MIDTERM TEST
Nama/NIM : Ridwan, S.Pd.I / 23111303-2  Mahasiswa PPs : Pendidikan Islam II
Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
 Desen Pengasuh : Prof. Drs. Yusny Saby, MA.Phd
1.        Metodelogi Kajian Keislaman dan relevansinya dengan program magister di perguruan tinggi Agama Islam.
a.       Metodelogi Kajian Keislaman
Dirosah islamiyyah atau studi keislaman (dibarat dikenal dengan istilah Islamic studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam atau “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.”[1]
Metodelogi kajian keislaman mengandung arti memahami, mempelajari, atau meniliti islam sebagai obyek kajian. Pertama studi islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai obyeknya, seperti pengkajian tentang konsep zakat profesi. Kedua, studi islam dikonotasikan dengan materi, subyek, bidang, dan kurikulum suatu kajian atas islam seperti ilmu-ilmu agama islam. Ketiga, studi islam yang dikonotasikan dengan institusi pengkajian islam baik formal seperti perguruan tinggi, maupun yang non formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.[2]

b.      Relevansi Metodelogi Kajian Keislaman dengan program magister di perguruan tinggi Agama Islam
Seorang master  Islam harus memahami kerangka ajaran yang terdapat di dalam al-qur’an dan hadits tetap dijadikan sandaran sentral agar kajian keislaman tidak keluar dari teks dan konteks. Bertindak dan berfikir kritis dapat ditransformasikan secara baik dan menjadikan landasan kehidupan dalam berprilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman yang harus dijadikan pegangan:pertama, islam sebagai dogma juga merupakan pengalaman universal dan kemanusiaan. Oleh karena seorang master Islam harus memahami sasaran studi islam yang diarahkan pada aspek-aspek praktik dan empirik yang memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Sehingga sasaran studi islam dapat diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran islam, pokok-pokok ajaran islam sejarah islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empiris yang kebenarannya relatif.[3]
Metodologi studi keislaman sangan relevansi dengan dengan program master Islam karena ia merupakan studi keilmuan yang memerlukan pendekatan kritis, analitis, metadologis, empiris dan historis. Dengan demikian studi islam sebagai aspek sasaran keilmuan membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat pada pemikiran rasional. Oleh Karen itu kajian keislaman yang bernuansa islamiah meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatis yang bersumber dari wahyu dan aspek prilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan.[4]

2.        Defenisi agama secara umum dan agama Islam secara terstruktur.
a.                 Defenis Agama Secara Umum
Dimulai dari keyakinan adanya kekuatan di luar dirinya, kekuatan itu ia yakini mempengaruhi dirinya dan ia bersedia melakukan apapun yang diinginkannya.
b.                Defenisi Agama Islam Secara terstruktur
Agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Islam sebagai agama terbesar kedua pemeluknya di dunia. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim, adapun lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
Umat Muslim percaya bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, seperti Nabi Adam as., Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan nabi lainnya yang diakhiri oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi dan rasul utusan Allah terakhir sepanjang masa.
Islam juga meyakini Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (QS Al-Baqarah:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan Al-Quran hingga akhir zaman dalam suatu ayat.
Umat Islam juga percaya bahwa Islam adalah agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Nabi Adam as., dengan demikian tentu saja Nabi Ibrahim as. juga menganut Islam (QS Al-Baqarah:130-132) 2:130. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam Al-Qur’an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.
3.        Motivasi orang muslim dan non muslim mengkaji Islam.
a.                 Motivasi Muslim Mengakji Islam
1). Mempelajari Islam untuk mengamalkan ajarannya
2). Mempelajari Islam untuk mendakwahkan Islam
3). Mempelajari Islam untuk kepentingan politik
4). Mempelajari Islam untuk ilmu pengetahun (ulama)
5). Mempelajari Islam untuk kepentingan ekonomi
6). Mempelajari Islam untuk kepentingan social
7). Mempelajari Islam untuk mencari hokum-hukum
8). Mempelajari Islam untuk kepentingan profesi
9). Mempelajari Islam untuk kepentingan indentitas/status
10). Mempelajari Islam untuk kepentingan mencari jodoh
b.                Motivasi Non Muslim Mengkaji Islam
1). Mempelajari Islam untuk menghancurkan Islam (misionaris)
2). Mempelajari Islam untuk ilmu pengetahuan semata (orientalis)
3). Mempelajari Islam untuk kepentingan memahami Islam
4.        Deskripsi orang beragama dan orang yang tidak beragama.
a.    Deskripsi Orang beragama
Orang yang sehat jiwanya menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. pahala menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang di buatnya tidak beranggapan sebagai peringatan Tuhan terhadap dosa manusia, mereka yakin bahwa Tuhan bersifat pengasih dan penyayang dan bukan pemberi azab.
b.    Deskripsi Orang yang Tidak Beragama
Ciri-ciri orang yang tindak beragamaan orang yang mengalami kelainan kejiwaan umumnya menampilkan sikap :
1). Pesimis / putus asa, Dalam menjalankan ajaran agama mereka cenderung untuk berpasrah diri kepada nasib yang telah diterima.
2). Introvert / objektif bersikap benar dalam bertindak, Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif. Segala marabahaya dan penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang telah diperbuat.
3). Menyenangi paham yang orthodox / aliran sesat. Pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang lebih bersifat konservatif dan orthodox.
4). Mengalami proses keagamaan secara graduasi.
5). Proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama umumnya tidak berlangsung melalui prosedur yang biasa yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dan kemudian mengamalkannya dalam bentuk amalan rutin yang wajar.
5.        Inti ajaran Islam, cara memahami dan cara mengajarkannya kepada manusia.
a.       Inti Ajaran Islam
Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan. Dasarnya adalah dalam sebuah hadits; "Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda… (HR. Muslim)
b.      Cara Memahami Inti Ajaran Islam
Iman adalah keyakinan kita pada 6 rukun iman. Islam adalah pokok-pokok ibadah yang wajib kita kerjakan. Ada pun Ihsan adalah cara mendekatkan diri kita kepada Allah. Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-sia. Tidak ada pahalanya di akhirat nanti: ” Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun…” [An Nuur:39]
”Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” [Ibrahim:18]
Rincian penjelasan rukun iman adalah sebagai berikut:
1).  Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan dijelaskan secara rinci tentang hal ini.
2).  Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita yakin bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.
3).  Beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun kita harus yakin juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga hari kiamat nanti. ”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” [Al Baqarah:79] Kita harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan mengamalkannya: ”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
4).  Beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.  Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya. ” Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab:40].
5). Beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini fana. Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka. Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk itu kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.
6).  Beriman kepada Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya kita harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.
Inti kedua ajaran islam, yaitu menyempurnakan rukun islam, barang siapa yang tidak mengerjakannya maka Islamnya tidak benar karena rukunnya tidak sempurna. Rincian penjelasan Rukun Islam, sebagai berikut:
1). Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Asyhaadu alla ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar rasuulullaah. Artinya kita meyakini hanya Allah Tuhan yang wajib kita patuhi perintah dan larangannya. Jika ada perintah dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah yang harus kita patuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan ajaran Islam. Untuk mengetahui ajaran Islam yang benar, kita berkewajiban mempelajari dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Konsekwensi dari 2 kalimat syahadat adalah kita harus mempelajari dan memahami Al Qur’an dan Hadits yang sahih (minimal Kutuubus sittah: Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasaa’i, dan Ibnu Majah) dan mengamalkannya.
2).  Shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat adalah tiang agama barang siapa meninggalkannya berarti merusak agamanya.
3).  Puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar, marah, dan segala perbuatan negatif lainnya dari subuh hingga maghrib.
4).  Membayar zakat bagi para muzakki (orang yang wajib pajak/mampu). Ada pun orang yang mustahiq (berhak menerima zakat seperti fakir, miskin, amil, mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu Sabil) berhak menerima zakat. Zakat merupakan hak orang miskin agar harta tidak hanya beredar di antara orang kaya saja.
5).  Berhaji ke Mekkah jika mampu. Mampu di sini dalam arti mampu secara fisik dan juga secara keuangan. Sebelum berhaji, hutang yang jatuh tempo harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan munafik.
Inti ajaran islam yang ke tiga adalah Ihsan, Ihsan adalah cara agar kita bisa khusyuk dalam beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Jika tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat kita. Ihsan ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk berbuat keburukan, kita tidak mengerjakannya karena Ihsan tadi. Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya.
c.       Cara Mengajarkan Inti Ajaran Islam Kepada Manusia 
Memberikan penjelasan dengan berbagai metode dan pendekatan, baik melaui lembaga pendidikan formal atau non formal, dalam dakwah bilhal, bil lisan, dalam majlis-majlis, halaqah-halaqah dan diskusi, dan diperlukan islamisasi ilmu, mengaitkan kajian keilmuan dengan sumber utama, kedua dan ketiga dalam ajaran agama islam.
Memalui contoh teladan, dalam jabatan dan wewenang, dilingkungan kerja bahkan di lingkunga rumah tagga, diman saja berada memulai ajaran islam dan islamisasi kegiatan dan aktifitas kita harus islami, dengan menebarkan kasih sayang, menyeru yang makruf mencegah yang mungkar, menjelaskan pengertian inti ajaran sebagai berikut:
1).  Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan dijelaskan secara rinci tentang hal ini.
2).  Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita yakin bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.
3).  Beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun kita harus yakin juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga hari kiamat nanti. ”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” [Al Baqarah:79] Kita harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan mengamalkannya: ”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
4).  Beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.  Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya. ” Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab:40].
5). Beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini fana. Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka. Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk itu kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.
6).  Beriman kepada Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya kita harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.
Inti kedua ajaran islam, yaitu menyempurnakan rukun islam, barang siapa yang tidak mengerjakannya maka Islamnya tidak benar karena rukunnya tidak sempurna. Rincian penjelasan Rukun Islam, sebagai berikut:
1). Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Asyhaadu alla ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar rasuulullaah. Artinya kita meyakini hanya Allah Tuhan yang wajib kita patuhi perintah dan larangannya. Jika ada perintah dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah yang harus kita patuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan ajaran Islam. Untuk mengetahui ajaran Islam yang benar, kita berkewajiban mempelajari dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Konsekwensi dari 2 kalimat syahadat adalah kita harus mempelajari dan memahami Al Qur’an dan Hadits yang sahih (minimal Kutuubus sittah: Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasaa’i, dan Ibnu Majah) dan mengamalkannya.
2).  Shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat adalah tiang agama barang siapa meninggalkannya berarti merusak agamanya.
3).  Puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar, marah, dan segala perbuatan negatif lainnya dari subuh hingga maghrib.
4).  Membayar zakat bagi para muzakki (orang yang wajib pajak/mampu). Ada pun orang yang mustahiq (berhak menerima zakat seperti fakir, miskin, amil, mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu Sabil) berhak menerima zakat. Zakat merupakan hak orang miskin agar harta tidak hanya beredar di antara orang kaya saja.
5).  Berhaji ke Mekkah jika mampu. Mampu di sini dalam arti mampu secara fisik dan juga secara keuangan. Sebelum berhaji, hutang yang jatuh tempo harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan munafik.
Inti ajaran islam yang ke tiga adalah Ihsan, Ihsan adalah cara agar kita bisa khusyuk dalam beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Jika tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat kita. Ihsan ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk berbuat keburukan, kita tidak mengerjakannya karena Ihsan tadi. Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya.
6.        Sebelum tahun 1970-an Islam dipersepsi sebagai "kebodohan" dan "keterbelakangan." Sekarang Islam dilihat sebagai "ancaman". Kajian penyebab timbul persepsi tersebut, kesalahan, dan cara menghilangkannya.
a.       Penyebab timbul Persepsi Islam indentik dengan "kebodohan" dan "keterbelakngan" sebelum tahun 1970-an dan Sekarang Islam dilihat sebagai "ancaman."
Kemiskinan dan Kebodohan Akar Terorisme, Kebodohan, membuat para suicide bomber ini mungkin tidak dapat berpikir kritis. jaringan islam ekstrimis menempuh jalan dengan menjelek-jelekkan orang lain dan cepat mengkafirkan orang dan menghalalkan darah.
Pada dasarnya manusia ini makhluk sosial yang bisa mengatur dirinya sendiri, sedangkan mereka mengajarkan dan menawarkan Islam dengan cara kekerasan, jelas-jelas bertentangan dengan islam-nya sendiri yang berarti "jalan keselamatan" dan "rahmat bagi seluruh alam semesta". Menimbulkan ketakutan, tentu bukan bagian dari rahmat. Di sini, doktrin dan ajakan islam ekstrim menjadi sangat tidak masuk akal.
Penyebab terorisme yang kedua adalah keterbelakangan dan kemiskinanm, ini menyinggung perkara para "pengantin" yang akhirnya mati bunuh diri itu adalah orang-orang yang "keterbelakangan/kemiskinan".
b.      Kajian Kesalahan Persepsi Islam indentik dengan "kebodohan" dan "keterbelakngan" sebelum tahun 1970-an dan Sekarang Islam dilihat sebagai "ancaman."
Tidak memahami Islam dan cenderung cepat mengambil suatu kesimpulan dan mengkaliam orang lain. Sehingga apapun wacana orang yang mengarah perpecahan dan menjatuhkan Islam diperbesar oleh umat islam sendiri dengan motif yang berbeda-beda akibat bendera eksklusif dalam pemahaman agamanya.
Ketika ada bom, seketika muncul berbagai pernyataan analis, mereka mengeluarkan analisa bahwa pelakunya dari kalangan Islam atau pemain lama. Yang menarik, ada analis dadakan yang diwawancarai stasiun TV menuduh pelakunya kelompok takfiriyah (orang yang suka mengkafirkan).
Luka islam ditoreh oleh orang islam sendiri, bagaimanapun, pernyataan-pernyataan seperti ini hanya akan menyebabkan kesesatan berfikir masyarakat Indonesia serta menciptakan rasa curiga dan  hanya akan memicu konflik horizontal. Pernyataan-pernyataan seperti ini hanya stigma buruk diasumsikan Islam sebagai dalang teroris.
Mengapa si analis begitu semangat mengarahkan semua tuduhan ini ke kelompok Islam?. Harusnya semua pihak memberi kesempatan polisi, menangkap pelaku,  memintai keterangan agar jelas duduk permasalahannya. Apa maunya dan kenapa melakukan hal tersebut?.
Ironisnya pelaku bom belum ditangkap, namun semua elemen kuat sudah bersuara seperti paduan suara, kemudian di “soundingkan” oleh aneka media bahwa para pelaku teroris adalah dari kalangan umat Islam. Padahal terorisme bukan hanya milik satu ideologi atau suatu agama namun semua orang mempunyai bibit untuk melakukan tindakan teror. Bisa saja faktornya kebetulan. Bisa saja ternyata pelakunya adalah seorang yang mengaku Muslim.
Tak dapat kita pungkiri, bahwa memang sounding dari media inilah, yang berperan besar bagi lancarnya proses pelabelan tersebut. Sangat tidak fair, ketika pelaku terror adalah non-Islam, seperti tindakan terorisme beberapa waktu belakangan ini yang dilakukan oleh warga kristiani terhadap Muslim Medan dengan membakar lima masjid.
Namun karena pelakunya bukan umat Islam maka tidak ada yang menuduh aksi teror ini sebagai tindakan teroris dan ironisnya tak satupun orang ataupun media yang menjunjung hak asasi manusia (HAM), kebebasan dan persamaan untuk mengutuknya secara lantang seperti yang biasa terjadi, atau bahkan hanya sekedar memberi kecaman dan perhatian atas tindakan yang menyakiti hati umat Islam tersebut.
Inikah yang disebut dengan keadilan? Mungkin keadilan yang telah dirancang sedemikian rupa, untuk selalu memojokkan kaum Muslimin. Bila umat Islam yang melakukan tindakan anarkis maka serentak seluruh suara-suara pengasong liberalisme menuduh Islam sebagai teroris. Namun bila orang-orang non-Muslim yang melakukan tindakan teror dan aksi-aksi keji, mereka diam seribu bahasa dan tak bergeming.
c.       Cara Menghilangkan Persepsi Islam indentik dengan "kebodohan" dan "keterbelakngan" sebelum tahun 1970-an dan Sekarang Islam dilihat sebagai "ancaman."
Solusi singkat mengenai obat dari segala masalah sosial: membuat masyarakat tidak lagi miskin, atau dalam bahasa pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Miskin mungkin berasosiasi dengan kekerasan. Tapi tidak selalu. Masalah bahwa mereka yang melakukan kekerasan adalah orang miskin, tidak berarti akar penyebab kekerasan adalah kemiskinan. Negara-negara kaya juga justru jadi pelaku kekerasan dalam perang, seperti yang terjadi di Libya. Kalau benar demikian, seharusnya negara ini sudah kacau balau, karena sebagian besar penduduknya berada di bawah garis kemiskinan.
Perkembangan ekonomi konvensional saat ini, mensyaratkan masyarakat yang egois dan individualistis. Budaya masyarakat Indonesia yang penuh semangat gotong royong malah mungkin jadi penyebab mengapa ekonomi Indonesia terpuruk. Tapi antithesisnya, kita bisa lihat masyarakat perkotaan yang egois dan individualistis. Begitu juga masyarakat desa yang dalam transisi peningkatan ekonomi.
Negara harus bertanggung jawab, pemerintahan harus dapat menjamin keberlangsungan hidup rakyatnya tidak menjadikan elemen bangsa sebagai musuh atau obyek untuk pengalihan isu. Ini tidak akan mendidik anak-anak bangsa untuk menjadi dewasa dalam mengatasi setiap permasalahan dan persoalan yang menimpanya. Malah cenderung menambah masalah baru yang tidak akan ada habisnya.
Islam dan negara ini akan karam dan musnah bila hanya mengadu domba rakyat versus rakyat dengan membesarkan isu terorisme. Tidak akan pernah selesai dan hanya menjadi lingkaran setan yang tak ada habisnya.
Kita seharusnya jujur bahwa sistem sekarang belum mampu untuk menyelesaikan aneka permasalahan yang menimpa negeri ini. Dari era demokrasi terpimpin ala Sukarno, demokrasi Pancasila ala Soeharto dan hari ini demokrasi liberal ala koboy Amerika semuanya telah gagal untuk menjadikan negeri ini menuju seperti apa yang dicita-citakanya. Yang terjadi justru sebaliknya, negara ini terjun bebas ke dalam jurang kehancuran.
Anehnya, banyak pihak tak jujur melihat masalah ini. Dan jika ada pihak yang menawarkan nilai-nilai Islam, semua langsung menolak dan memberi label buruk. Adanya berbagai bom rupanya ada hubungan dengan semangat para pengamat dadakan di TV dan koran-koran, yang mengarahkan masalah ini selalu pada Islam.
Benang merahnya, seolah-olah ada usaha ingin menunjukkan bahwa kejadian bom selalu akan terjadi, kecuali jika lembaga intelijen diberi kewenangan luas dengan penerapan UU Intelejen yang baru. Dan jika itu yang terjadi, meminjam istilah Fauzan al Anshary, maka, "akan banyak dai, ustad, aktivis Muslim ditangkapi hanya dengan alasan dicurigai".
Daripada sibuk hendak memata-matai rakyat dan membungkam aspirasi mereka, pemerintah sebaiknya mengoreksi kebijakan-kebijakan mereka yang banyak dianggap kurang pro-rakyat dan salah sasaran. Pembangunan gedung DPR yang meresahkan masyarakat, kasus Bank Century yang sekarang diabaikan, korupsi akut yang menjangkiti seluruh lini pemerintah dan aparat negara juga mafia hukum dll.
Negiri hari ini sangat carut marut, siapapun yang memimpin negeri ini  hanya akan melahirkan rasa pusing dan bingung menghadapi rumetnya masalah. Kecuali jika mau jujur, bahwa Islam diberi kesampatan tampil memberikan warna. Percayalah tidak akan pernah ada sistem yang akan membawa sebuah negeri menjadi adil, makmur dan sejahtera kecuali sistem Islam.
7.        Aspek keterkaitan antara Islam dengan agama-agama lain, dalam hubungan global seperti sekarang ini, berbasis ajaran agama Islam itu sendiri.
Secara sosiologis, hubungan antar agama adalah suatu kenyataan bahwa kita adalah berbeda-beda, beragam dan plural dalam hal beragama. Ini adalah kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam kenyataan sosial, kita telah memeluk agama yang berbeda-beda. Pengakuan terhadap adanya hubungan antar agama secara sosiologis ini merupakan hubungan antar agama yang paling sederhana, karena pengakuan ini tidak berarti mengizinkan pengakuan terhadap hakikat kebenaran teologi agama lain.
Dapat dicermati bahwa tidak ada tawar menawar masalah teologis, hubungan antar agama hanya yang bersifat duniawi semata tidak berarti adanya  pertemuan dalam hal keimanan, namun hanya merupakan pengakuan atas keberadaan agama-agama lain. Pandangan hubungan antarnya tidak sampai masuk pada perbincangan tentang kebenaran-kebenaran yang ada di dalam agama lain.



[1] Tajib, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hal. 11.

[2] M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hal.13
[3] Muhyar Fanani, Metode Studi Islsm, Aplikasin Sosoilogi Pengetahuan Sebagai Cara Pandang, (Yogyakarta: pustak apelajar, 2008), hal. 9

[4] M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hal.13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar