Teori Motivasi Belajar Nyata di Kelas
Motivasi adalah berasal dari kata “motif” yang dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam pengertian Mc. Donald ini dalam
(Sardiman, 2004) ada tiga elemen pokok dalam motivasi yaitu : motivasi
mengawali terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling, dan
dirangsang karena adanya tujuan (Pupuh, 2007).
Secara
umum motivasi itu adalah sebagai berikut :
1.
Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu,terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat mendesak/dirasakan.
2.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila dia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
perasaan tidak suka itu.
3.
Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
4.
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat
tercapai. Dalam kegiatan belajar motivasi itu sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktifitas belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi itu
yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh
seorang individu. Motivasi yang ada pada setiap diri seseorang akan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun
menghadapi tugas (terus menerus dalam jangka waktu yang lama den tidak pernah
berhenti)
2) Ulet
dalam menghadapi kesulitan.
3)
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih
senang bekerja mandiri
5) Cepat
bosan dalam tugas-tugas yang rutin, kurang kreatif.
6) Tidak
mudah melepaskan hal-hal yang telah diyakini.
7)
Senang mencari dan memecahkan masalah. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri
sebagaimana diatas berarti seseorang tersebut memiliki motivasi yang kuat.
B. JENIS MOTIVASI
1.
Motivasi intrinsic adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Pada intinya motivasi intrinsic adalah dorongan untuk
mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan belajar, dorongan belajar ini
tumbuh dari dalamk diri subyek belajar. Misalnya seseorang yang senang membaca
tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif
atau berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya seorang itu belajar
karena besok pagi ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan
dipuji pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tetapi karena ingin mendapat nilai baik atau agar mendapat
pujian.
C.
FUNGSI MOTIVASI BELAJAR
Menurut Sardiman (2000:83) fungsi motivasi
belajar ada tiga yakni sebagai berikut:
1.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
2.
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.
Dari
uraian diatas nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong,
pengarah, sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu
tujuan.
D. TEORI
MOTIVASI DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
a. TEORI MOTIVASI
Banyak teori motivasi yang
dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian menuju pada
apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa.
1. Teori Motivasi Abraham H. Maslow.
Seorang yang mendalami teori motivasi
menuangkan pemikirannya dalam bukunya “Motivation and Personality”. Teori ini
mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima
hierarki kebutuhan, yaitu:
1)
Kebutuhan fisiologis
2)
Kebutuhan keamanan
3)
Kebutuhan social
4)
Kebutuhan “esteem”
5)
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok
manusia seperti sandang, pangan dan perumahan. Berbagai kebutuhan fisiologis
tersebut berkaitan dengan status manusia sebagai insan ekonomi. Seorang yang
kemampuan ekonominya masih rendah kebutuhan pangannya masih sangat sederhana,
begitu juga kebutuhan akan sandang dan perumahan. Akan tetapi apabila kemampuan
seseorang meningkat ia akan terdorong untuk memikirkan pemuasan kebutuhan baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kebutuhan keamanan, kebutuhan ini harus dilihat
dalam arti luas tidak hanya dalam arti keamanan fisik tetapi keamanan
psikologis. Kebutuhan social adalah bahwa dalam kehidupan manusia sebagai
insane social mempunyai kebutuhan yang berkisar pada pengakuanpunmaju dan
kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau “sence of participation”. Kebutuhan
“esteem” yaitu kebutuhan akan harga diri, karena semua orang akan memerlukan
pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain.
Aktualisasi diri. Dewasa
ini disadari bahwa dalam diri setiap orang terpendam potensi dan kemampuan yang
belum sepenuhnya dikembangkan, sehingga wajar apabila seseorang itu ingin agar
potensinya itu dikembangkan menjadi kemampuan yang efektif. Bila
makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurang signifikan.
Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi
untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah
dapat dipenuhi dengan mudah. Apabila kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi maka
orang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi.
2. Teori
“X” dan “Y” oleh Douglas Mc Gregor.
Douglas Mc Gregor menuangkan pemikirannya dalam
bukunya “Human Side Of enterprise”. Inti teori Gregor adalah:
1) Teori
“X” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku negative.
2) Teori “Y” pada dasarnya mengatakan bahwa
manusia cenderung berperilaku positif.
Dalam teori “X”
menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai ciri bahwa para pekerja
(manusia) pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin akan mengelak
kerja. Karena para pekerja (manusia) tidak senang
bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan berbagai tindakan
agar tujuan organisasi tercapai. Sebaliknya menurut teori “Y” menggunakan
asumsi bahwa manusia itu mempunyai cirri bahwa pekerja (manusia) memandang
kegiatan bekerja sebagai hal yang alamiah seperti halnya beristirahat dan
bermain. Sehingga para pekerja akan melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan
akan berusaha mengendalikan diri sendiri.
3. Teori Motivasi Higiene Teori Ini Dikembangkan Oleh
Frederick Herzberg.
Menurut Herzberg (1966),
ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan
dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator
(faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan,
dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah
achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
4. Teori
“ERG” Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari universitas Yale.
ARG
merupakan akronim dari Existense, Relatedness, dan Growth. Menurut teori ini
eksistensi merupakan kebutuhan nyata setiap orang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia. Kebutuhan akan relatedness tercermin pada keberadaan manusia
itu dengan orang lain dan dengan lingkungannya, karena tanpa ada interaksi
dengan orang lain dan lingkungan maka keberadaan manusia itu tidak mempunyai
makna yang hakiki. Sedangkan Growth adalah merupakan kebutuhan manusia untuk
tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Maslow bahwa
eksistensi adalah kebutuhan pokok, relatedness adalah kebutuhan social dan
growth adalah diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.
5. Teori “Tiga Kebutuhan” Teori ini dikemukakan
oleh David McCleland beserta rekannya.
Inti dari teori ini adalah bahwa pemahaman akan
motivasi akan lebih mendalam apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai tiga
kebutuhan yaitu “Need for Achievement”, “Need for Power”, dan “Need for
Affiliation”. Need for Achievement adalah bahwa setiap orang ingin dipandang
sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Kebutuhan untuk berhasil tercermin
adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan prestasi sesuai yang ditetapkan. Need
for power menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan akan menampakkan diri pada
keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Need for affiliation
umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam
interaksi sesearang dengan orang lain dalam organisasi. Kenyataan ini berangkat
dari sifat manusia sebagai makhluk social.
6. Teori
Fisiologis Teori ini juga disebut “Behaviour theories”.
Menurut teori ini semua tindakan manusia
berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk
kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan
makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh
seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk
mempertahankan hidup, struggle for survival.
7. Teori Motivasi Vroom
Teori dari Vroom (1964)
tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan
melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil
dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya
motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: Ekspektasi (harapan)
keberhasilan pada suatu tugas, Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang
akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas
untuk mendapatkan outcome tertentu), Valensi, yaitu respon terhadap outcome
seperti perasaan positif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha
menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan, motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan
b. PENERAPAN TEORI MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan
keadaan atau kondisi jasmaniah dan rohaniah siswa yang terdiri dari aspek
fisiologi yaitu aspek jasmaniah serta tingkat kebugaran organ tubuh, sehingga
dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran. Dan
aspek psikologis terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan
motivasi siswa.
2. Faktor
eksternal yaitu
a) Kondisi linkungan sosial
Kondisi lingkungan diluar
siswa yang terdiri dari lingkungan sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar.
Dimana lingkungan sosial terdiri dari sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah
seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman yang dapat mempengaruhi
semangat siswa. Lingkungan siswa terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman
sebaya.
b)
Lingkungan nonsosial
Kondisi lingkungan sosial seperti
gedung sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, keadaan
cuaca, dan waktu belajar yang digunakan.
c)
Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan
pembelajaran seperti jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil
belajar tersebut, terlihat bahwa strategi pembelajaran juga menjadi salah satu
faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berarti seorang guru
harus bisa memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas
agar kegiatan pembelajaran dapat terasa menyenangkan dan menghasilkan
pembelajaran yang optimal.
Pada
dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( Wena, 2009)
yaitu
(1) strategi pengorganisasian (organization
strategy),
(2) strategi penyampaian (Delivey strategy),
dan
(3)
startegi pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian meliputi cara untuk
menata isi suatu bidang studi yang berupa tindakan pemilihan isi/materi, format
penataan isi atau penyajian peta konsep yang tersaji dengan urutan yang sesuai
dan sejenisnya. Strategi Pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara
siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam proses
belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai strategi pengorganisasian isi
atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru juga harus mampu menguasai dan
menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di
kelas dilakukan, seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan
isi pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi
pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses
pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga/mempertahankan, dan
meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran guru
tidak hanya memperhatikan metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga
harus berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran.
Banyak
strategi pengelolaan yang dapat digunakan untuk menjaga motivasi belajar siswa
diantaranya adalah strategi pengelolaan motivasi yang disebut ARCS yang
dikembangkan oleh Keller (1983) yaitu meliputi; Attention (Perhatian),
Relevance (Relevansi), Confidence (keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan
Satisfaction (Kepuasan). Komponen Strategi dan Penerapan Pembelajaran ARCS
sebagai berikut; Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),
dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana
merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil
belajar.
Model
pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value
theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan
dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua
komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat
komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan
satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987).
Keempat komponen tersebut adalah sebagai
berikut: 1) Attention ( Perhatian ) Perhatian merupakan salah satu poin penting
dalam menjaga motivasi belajar siswa. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk
dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya
minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa
melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik
sesuai dengan perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara perhatian
merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.
Secara garis besar ada tiga jenis strategi
untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran
(Wena,2009), yaitu:
a.
Membangkitkan
daya persepsi siswa.
Hal ini bisa dilakukan
dengan menggunakan suatu hal yang baru, mengherankan, tidak layak ataupun
dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secar mendadak, misalnya
dengan gerakan tubuh, nada suara, dan sebagainya.
b.
Menumbuhkan hasrat ingin
meneliti.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang
perilaku yang selalu ingin mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau
masalah yang memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya
pertanyaan atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa
akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran
c.
Menggunakan
elemen pembelajaran yang bervariasi.
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa
terhadap pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau
unsur-unsur pembelajaran yang beraneka ragam. Variasi dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar
yang bervariasi, dan warna yang beraneka ragam.
2) Relevance
(Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa) Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan
kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun
yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang.
Siswa merasa kegiatan yang pembelajaran yang mereka
ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan
terdorong mempelajari sesuatu jika terdapat relevansinya dengan kehidupan
mereka, dan memiliki tujuan yang jelas.
Ada tiga unsur yang dapat
digunakan guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa,
yaitu:
a.
Menumbuhkan keakraban dan
kebiasaan yang baik.
Dalam usaha menumbuhkan
keakraban pada diri siswa terhadap pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
menggunakan atau pemakaian bahasa yang konkret, contoh, dan konsep yang
berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman dan nilai kehidupan siswa.
b.
Menyajikan isi
pembelajaran yang berorientasi pada tujuan.
Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran
adalah menginformasikan apa yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran.
Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada
tujuan yang telah ditetapkan, dan sudah menjadi kewajiban guru untuk mengatakan
dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
c.
Menggunakan
strategi pembelajaran yang sesuai
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi
terhadap pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti
tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan
diketahuinya hal tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang
digunakan profil siswa, dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran.
3) Confidence (Rasa Yakin diri siswa)
Komponen ini erat kaitannya dengan sikap
percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk
berhasil. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang tinggi cenderung akan
berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap seseorang yang merasa yakin,
percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka dalam
bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki
penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara
terus menerus. Sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka
agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal adalah:
a.
Menyajikan prasyarat
belajar Menumbuhkan percaya diri pada siswa
Hal ini dapat dilakukan
dengan membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannya untuk mencapai
kesuksesan, dengan jalan menyajikan prasyarat unjuk kerja kriteria evaluasi
b.
Memberikan kesempatan
untuk sukses
Menumbuhkan harapan siswa
untuk sukses merupakan salah satu syarat membangkitkan keyakinan pada diri
siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran . Hal ini
dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan yang memungkinkan siswa
mendapat pengalaman sukses yang bermakna dibawah kondisi belajar dan unjuk kerja
tertentu. Siswa merasa yakin tentang apa yang dikerjakannya, dengan mengatakan
bahwa ia pasti akan sukses melakukannya dan pada diri siswa akan tumbuh harapan
untuk sukses
c.
Memberikan
kesempatan melakukan kontrol pribadi
Dalam hal ini untuk menumbuhkan keyakinan pada
diri siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik. Berikan umpan balik atau
penguatan yang dapat mendorong usaha atau kemampuan siswa guna mencapai
kesuksesan.
4) Satisfaction (Kepuasan siswa)
Komponen yang kelima dari strategi ARCS adalah
Satisfaction (Kepuasan siswa), yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas
atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement
(penguatan) adalah apabila siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai
sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan
kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan
berikutnya.
Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat
melakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Menyajikan latar belajar
yang alami
Pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau
keterampilan yang baru dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang, dengan
demikian siswa akan merasa puas karena mampu menerapkan
keterampilan-keterampilan baru yang telah dipelajarinya.
b.
Memberikan penguatan yang
positif
Dalam hal ini untuk
menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan memberikan umpan balik dan penguatan yang
akan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Gagne
juga menyatakan bahwa umpan balik sebagai fase terakhir dalam proses
pembelajaran merupakan suatu proses penguatan; dan ini sangat penting artinya
dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kaitan yang berhubungan dengan
pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu umpan balik dalam
proses pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c.
Mempertahankan
standar pembelajaran secara wajar
Dilakukan dengan jalan mempertahankan standar
dan konsekuensi secara konsisten pada setiap penyelesaian tugas pembelajaran.
Dengan demikian siswa akan merasa puas dan termotivasi dalam setiap melakukuan
atau menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, karena setiap tugas pembelajaran
yang dihadapi, sesuai dengan kemampuannya dan siswa tidak merasa kesulitan dalam
menyelesaikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar