9. Qasasul Alquran
Sebuah kisah
yang baik akan mudah meresap ke dalam hati orang yang membaca atau
mendengarnya, serta menanamkan kesan yang demikian mendalam. Bahkan pelajaran
yang disampaikan melalui pemaparan kisah (narasi) lebih banyak faedahnya.
Dalam beberapa edisi,
telah kita paparkan sejumlah kisah tentang umat terdahulu. Kisah-kisah mereka
termuat di dalam Al-Qur`an dan sebagiannya dalam hadits-hadits yang shahih dari
Nabi n. Dalam kesempatan ini, kami mengajak pembaca merenungkan, mengapa begitu
banyak Allah l mengungkap berbagai kejadian umat manusia sebelum kita. Apa
hikmah di balik itu semua? Dalam pembahasan ini, kami nukilkan sebagian uraian
Al-’Allamah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin t dari Kitab Ushul Tafsir
beliau dengan beberapa tambahan dari sumber lain. Wallahul Muwaffiq.
Pengertian Al-Qashash
(Kisah-kisah)
Secara bahasa,
al-qashash artinya menelusuri jejak. Allah l berfirman:
“Lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (Al-Kahfi: 64)
Yakni, keduanya
menelusuri jejak yang tadi mereka berdua lalui.
Firman Allah l melalui
lisan Ibunda Nabi Musa q:
“Dan berkatalah ibu
Musa kepada saudara Musa yang perempuan: ‘Ikutilah dia’.” (Al-Qashash: 11)
Artinya, ikutilah dia
sampai engkau lihat siapa yang memungutnya.
Al-Qashash artinya
berita yang berturut-turut. Allah l berfirman:
“Sesungguhnya ini
adalah kisah yang benar.” (Ali ‘Imran: 62)
Adapun Al-Qishshah
(kisah) adalah al-amr (urusan), al-khabar (berita), dan al-sya`nu (perkara)
serta al-haal (keadaan).
Jadi Qashashul Qur`an
adalah berita tentang keadaan umat-umat yang telah berlalu, nubuwat terdahulu
dan berbagai peristiwa yang telah terjadi.
Sedangkan menurut
istilah, artinya menceritakan berita tentang kejadian-kejadian yang mempunyai
beberapa tahapan, di mana sebagiannya mengikuti yang lain.
Keutamaan Kisah-kisah
Qur`ani
Kisah-kisah Qur`ani
adalah kisah yang paling benar/jujur, sebagaimana firman Allah l:
“Dan siapakah yang
lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.” (An-Nisa`: 87)
Hal itu karena
kesesuaiannya yang sempurna dengan kenyataan yang ada. Artinya, tidak ada
perkataan yang lebih jujur dan benar daripada firman Allah l.
Kisah-kisah Qur`ani
adalah kisah yang paling baik, sebagaimana firman Allah l:
“Kami menceriterakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur`an ini kepadamu.”
(Yusuf: 3)
Karena cakupannya
terhadap kesempurnaan paling tinggi dalam balaghah (keindahan bahasa) dan
keagungan makna. Bahkan kisah-kisah dalam Al-Qur`an merupakan kisah yang paling
bermanfaat, sebagaimana firman Allah l:
“Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal.” (Yusuf: 111)
Karena kuatnya
pengaruh kisah tersebut terhadap upaya perbaikan hati, akhlak, dan perbuatan.
Jadi, kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling indah lafadznya (kalimatnya)
dan paling indah pula maknanya.
Beberapa Bentuk Kisah
di dalam Al-Qur`an
Kisah-kisah dalam
Al-Qur`an ada tiga bentuk:
Yang pertama, kisah
para Nabi r mendakwahi umatnya, mu’jizat yang Allah l berikan kepada mereka
sebagai dukungan, sikap orang-orang yang menentang, dan tahap perkembangan
dakwah serta akhir kesudahan orang-orang beriman dan orang-orang yang
mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Musa dan
Harun, serta ‘Isa dan Muhammad serta para nabi lainnya, r.
Yang kedua, kisah yang
berkaitan dengan berbagai peristiwa yang telah berlalu atau tentang orang-orang
yang tidak diketahui dengan pasti jati diri mereka. Seperti kisah ribuan orang
yang keluar dari rumah-rumah mereka karena takut mati, kisah Thalut dan Jalut,
dua putra Adam, para pemuda penghuni gua (Ashhabul Kahfi), Dzul Qurnain, Qarun,
Ashhabus Sabti (Orang-orang Yang Melanggar Larangan di hari Sabtu), Ashhabul
Ukhdud (Para Pembuat Parit), Ashhabul Fiil (Tentara Bergajah), dan lain-lain.
Yang ketiga,
kisah-kisah tentang berbagai peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah n
seperti kisah perang Badr dan Uhud dalam surat Ali ‘Imran, perang Hunain dalam
surat At-Taubah, hijrah, Isra`, dan sebagainya.
Beberapa Faedah
Kisah-kisah dalam Al-Qur`an
Kisah-kisah Al-Qur`an
mengandung berbagai faedah yang utama, di antaranya:
1. Menjelaskan
landasan dasar (asas) dakwah mengajak manusia kepada Allah l, menerangkan
tentang pokok-pokok (ushul) syariat yang dibawa masing-masing Nabi yang diutus
Allah l. Firman Allah l:
“Dan Kami tidak
mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:
‘Bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya`: 25)
2. Meneguhkan hati
Rasulullah n dan hati umat beliau di atas ajaran (Dien) Allah l, mengokohkan
ketsiqahan (kepercayaan) kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan tentaranya
serta terhinanya kebatilan dan para pembelanya.
Allah l berfirman:
“Dan semua kisah dari
rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)
3. Membenarkan para
nabi sebelumnya, menghidupkan nama serta melestarikan jejak mereka.
4. Menonjolkan
kebenaran/kejujuran
Nabi Muhammad n dalam dakwahnya melalui berita yang beliau sampaikan tentang keadaan
masa lalu seiring perjalanan masa dan generasi.
5. Menyingkap
kedustaan Ahli Kitab dengan hujjah tentang keterangan dan petunjuk yang mereka
sembunyikan serta tantangan kepada mereka dengan isi kitab mereka sendiri
sebelum diubah. Misalnya firman Allah l:
“Semua makanan adalah
halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub)
untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu
mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat
itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar’.” (Ali ‘Imran: 93)
6. Kisah itu merupakan
sebagian contoh tentang adab yang harus diperhatikan dan pelajaran-pelajarannya
tertanam kuat di dalam jiwa. Firman Allah l:
“Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal.” (Yusuf: 111)
7. Menjelaskan hikmah
Allah l berkaitan dengan hal-hal yang terkandung dalam kisah itu, sebagaimana
firman Allah l:
“Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan
(dari kekafiran), itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan
itu tiada berguna (bagi mereka).” (Al-Qamar: 4-5)
8. Menerangkan
keadilan Allah l dengan adanya hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang
mendustakan, sebagaimana firman Allah l:
“Dan Kami tidaklah
menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena
itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka
seru selain Allah, di waktu adzab Rabbmu datang.” (Hud: 101)
9. Menerangkan karunia
Allah l dengan menyebutkan pahala yang dilimpahkan kepada orang yang beriman,
sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami
telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa
mereka). Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar
menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.” (Al-Qamar: 34-35)
10. Sebagai hiburan
bagi Nabi n atas gangguan yang dilancarkan orang-orang yang mendustakan beliau,
sebagaimana firman Allah l:
“Dan jika mereka
mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah
mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan
membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang
sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana
(hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.” (Fathir: 25-26)
11. Membangkitkan rasa
antusias kaum mukminin terhadap keimanan dengan mendorong mereka agar teguh di
atasnya serta meningkatkannya ketika mengetahui keberhasilan orang-orang
beriman terdahulu serta kemenangan mereka yang diperintah berjihad. Sebagaimana
firman Allah l:
“Maka Kami telah
memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-Anbiya`: 88)
12. Men-tahdzir
(peringatan) orang-orang kafir agar tidak terus-menerus tenggelam dalam
kekafirannya, sebagaimana firman Allah l:
“Maka apakah mereka
tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memerhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan
kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat)
seperti itu.” (Muhammad: 10)
13. Mengakui
keberadaan risalah Nabi Muhammad n, karena berita-berita tentang umat-umat
sebelumnya tidak ada yang tahu kecuali Allah k, sebagaimana firman Allah l:
“Itu adalah di antara
berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad);
tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini.” (Hud: 49)
Dan firman-Nya:
“Belumkah sampai
kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, dan
orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah.”
(Ibrahim: 9)
14. Di dalam
kisah-kisah Qur`ani terdapat penjelasan tentang sunnatullah pada makhluk-Nya,
baik secara individu, maupun kelompok. Sunnah itu berlaku pada orang-orang
terdahulu dan yang datang kemudian, agar dijadikan pelajaran oleh orang-orang
yang beriman. Oleh sebab itulah, kisah-kisah Qur`ani ini bukan semata-mata
memaparkan sejarah umat manusia atau sosok tertentu. Tapi yang diuraikan adalah
hal-hal yang memang dapat dijadikan pelajaran, nasihat, dan peringatan.
Allah l berfirman:
“Dan semua kisah dari
rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar