1.
Berbicara kepada murid dengan lembut dan wajah
senyum
Nabi
Saw mengajarkan supaya memilih kata-kata yang santun ketika berbicara kepada
siapa pun, apalagi kepada murid-murid yang mendengarkan penyampaian ilmu dari
seorang guru. Suatu hal yang memalukan bila seorang guru mengucapkan kata-kata
yang seronok dan kurang baik kepada murid-murid. Juga suatu kesalahan jika
seorang guru menganggap bahwa dengan kata-kata yang kurang santun akan membuat
ia lebih dekat kepada para murid. Tindakan yang demikian akan berakibat
dilecehkannya seorang guru oleh murid. Kata-kata yang indah dan menyentuh kalbu
justru akan membekas lama dalam hati murid, dan akan membimbingnya dengan
efektif. Rasulullah Saw bersabda:
حدثنا هناد حدثنا عبدة عن محمد بن عمر وحدثني ابي عن جدي
قال: سمعت بلال بن الحرث المزني صاحب رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ان احدكم ليتكلم بالكلمت من رضوان الله
ما يظن ان تبلغ ما بلغت فيكتب الله له بها رضوانه الى يوم يلقاه وان احدكم ليتكلم
بالكلمت من سخط الله ما يظن ان تبلغ ما بلغت فيكتب الله عليه بها سخطه الى
يوم يلقاه
Artinya: Sesungguhnya di antara kalian ada yang mengucapkan
kata-kata (baik) yang diridhai Allah, dan tidak tahu kadar derajat kemuliaan
kata-kata itu. Maka dengan kata-kata tersebut, Allah melimpahkan ridha-Nya
kepada orang itu hingga hari perjumpaan nanti (Hari Kiamat). Dan sesungguhnya
di antara kalian ada yang mengucapkan kata-kata (buruk) yang dimurkai Allah,
dan dia tidak tahu kadar derajat kehinaan kata-kata itu. Maka dengan kata-kata
tersebut Allah menetapkan murka-Nya kepada orang tersebut hingga hari
perjumpaan nanti (Hari Kiamat).
Seorang
guru ketika menyampaikan ilmu dan melakukan interaksi edukatif kepada
murid-muridnya hendaklah dengan raut wajah yang tulus dan senyum. Rasulullah
Saw menjadi contoh sempurna tentang hal ini. Perihal senyum Rasulullah, Abu
Darda` berkata:
حدثنا عبد
الله حدثني ابي ثنا زكريا بن عدي انا بقية عن حبيب بن عمر الانصاري عن شيخ يكني
ابا عبد الصمد قال سمعت ام الدرداء نقول: كان ابو الدرداء اذا حدث حديثا تبسم فقلت
لا يقول الناس انك اي امحق فقال: <ما رايت او ما سمعت رسول الله صلى
الله عليه وسلم يحدث حديثا الا تبسم>
Artinya:Tidak pernah saya melihat atau mendengar Rasulullah Saw
mengatakan suatu perkataan kecuali sambil tersenyum.
Jabir
r.a. juga mengatakan sebagai berikut:
حدثنا احمد
بن منيع حدثنا معاوية بن عمر وحدثنا زاءدة عن اسماعيل بن ابي خالد عن قيس عن جرير
قال: <ما حجبني رسول الله صلى الله عليه و سلم منذ اسلمت ولا راني الا
تبسم>
Artinya:Rasulullah Saw tidak pernah terpisahkan dariku sejak aku
masuk Islam, dan beliau tidak pernah melihatku kecuali sambil tersenyum.
Raut
wajah yang senyum menunjukkan ketulusan, dan memancarkan cahaya kebahagiaan
kepada orang lain. Secara psikologis, murid-murid akan merasakan keceriaan dan
kelapangan hati seorang guru ketika berinteraksi dengan mereka. Al-Quran
memberi penegasan bahwa berhati lembut dan berkata santun di antara kunci
kesuksesan mendidik manusia. Perkataan lembut bahkan dapat melembutkan hati
yang keras. Sebagai contoh, Nabi Musa dituntun oleh Allah SWT agar menyampaikan
perkataan yang lembut untuk menyampaikan pesan kebenaran kepada Fir’aun yang
kejam. Allah berfirman dalam surat Taha/20 ayat 43-44:
هذهبا الى فرعون انه طغى () فقولا له قولا لينا لعله
يتذكر او يخشى
Artinya:Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia
benar-benar telah melampaui batas; maka bicaralah kamu berdua kepadanya
(Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau
takut.
Di
samping itu, seorang guru juga tidak boleh tergesa-gesa dalam menyampaikan
pesan-pesan pendidikan kepada para siswa. Karena hal ini akan membuat mereka
sukar memahami dan mencerna perkataan guru. Hal ini sebagaimana hadis yang
berasal dari Aisyah sebagai berikut:
حدثنا سليمان بن داود المهري أخبرنا ابن وهب أخبرني يونس
عن ابن شهاب أ عروة بن الزبير حدثه
:
أن عائشة زوج النبي صلى الله عليه و سلم قالت ألا يعجبك أبو هريرة ؟ جاء فجلس إلى
جانب حجرتي يحدث عن رسول الله صلى الله عليه و سلم يسمعني ذلك وكنت أسبح ( أسبح
أرادت أنها كانت تتنفل ) فقام قبل أن أقضي سبحتي ولو أدركته لرددت عليه إن رسول الله صلى الله عليه و
سلم لم يكنيسرد الحديث مثل سردكم .
قال الشيخ الألباني : صحيح
Artinya: …sesungguhnya Rasulullah Saw dalam berbicara tidak
tergesa-gesa (hingga susah dipahami) seperti pembicaraan kalian.
2.
Menunjukkan sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada
murid
Guru
harus menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu memperhatikan dan
mengupayakan kebaikan untuk para murid tanpa pamrih. Tidak membeda-bedakan
mereka, meskipun latar belakang mereka sangat beragam. Kasih sayang guru tidak
saja kepada murid yang patuh dan hormat, tetapi juga kepada murid yang nakal.
Guru dalam konteks kasih sayang ini tidak akan pernah merasakan terhina dan
rendah diri dihadapan guru. Nabi Saw banyak memberi contoh akan kasih sayang
ini dan para sahabat mencontohnya. Kasih sayang yang mereka tunjukkan dipuji
oleh Allah sebagai kasih sayang yang melebihi terhadap diri mereka sendiri.
Allah berfirman dalam surat Al-Hasyr/59 ayat 9:
ويؤثرون على انفسهم ولو كان بهم خصاصة ومن يوق شح نفسه
فاولئك هم المفلحون
Artinya:Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas
diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung.
Sifat mengutamakan orang lain dalam kasih
sayang ini adalah sifat Rasulullah SAW. Allah-pun menyebut beliau sebagai ‘ala khuluqin azim, yakni berada di atas akhlak
yang luhur atau agung. Sebagian di antara contoh kasih sayang yang luhur
itu sebagai berikut:
حدثني زهير بن حرب حدثنا جرير بن عبدالحميد عن فضيل بن
غزوان عن أبي حازم الأشجعي عن أبي هريرة قال : جاء رجل إلى رسول الله
صلى الله عليه و سلم فقال إني مجهود فأرسل إلى بعض نسائه فقالت والذي بعثك بالحق
ما عندي إلا ماء ثم أرسل إلى أخرى فقالت مثل ذلك حتى قلن كلهن مثل ذلك لا والذي
بعثك بالحق ما عندي إلا ماء فقال ( من يضيف هذا الليلة رحمه الله ) فقام رجل من
الأنصار فقال أنا يا رسول الله فانطلق به إلى رحله فقال لامرأته هل عندك شيء ؟ قالت لا
إلا قوت صبياني قال فعلليهم بشيء فإذا دخل ضيفنا فأطفئي السراج وأريه أنا نأكل
فإذا أهوى ليأكل فقومي إلى السراج حتى تطفئيه قال فقعدوا وأكل الضيف فلما أصبح غدا
على النبي صلى الله عليه و سلم فقال ( قد عجب الله من صنيعكما بضيفكما الليلة )
[ ش ( إني مجهود ) أي أصابني الجهد وهو المشقة والحاجة وسوء العيش والجوع ]
Artinya: …Suatu
ketika ada seorang tamu datang kepada Nabi SAW. Ketika itu seluruh istri beliau
tidak memiliki apa-apa kecuali air. Maka Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa di
antara kalian yang mau menjamu tamu ini, maka Allah akan merahmatinya.” Seorang
laki-laki kaum Ansar berdiri dan berkata, “Saya akan menjamunya wahai
Rasulullah”. Maka diajaknya tamu tersebut ke rumahnya. Sesampai di rumah dia
berkata kepada istrinya, “Apakah engkau masih memiliki sesuatu? Sang istri
menyahut, “Tidak, selain sedikit jatah buat anak kita.” Maka diapun berkata
kepada istrinya, “Bujuk dan iming-imingi anak-anak dengan sesuatu, kemudian
apabila tamu kita masuk rumah matikanlah lampu dan buatlah kesan bahwa kita
juga sedang makan. Apa bila nanti tamu sudah siap makan, maka kamu segera mematikan
lampu tersebut. Berkata perawi, “Mereka
sekeluarga hanya duduk-duduk saja (tidak makan), sedangkan tamunya makan. Lalu pada
pagi harinya orang tersebut datang kepada Rasulullah Saw. Nabi bersabda, “Allah
takjub dengan tingkah kalian berdua terhadap tamu kalian tadi malam.
Contoh
lain adalah pengalaman Sa’ad bin ar-Rabi’ dengan Abdurrahman bin Auf ketika
mereka dipersaudarakan oleh Rasulullah di Madinah. Abdurrahman mengisahkan
sebagai berikut:
حدثنا عبد العزيز بن عبد الله حدثنا إبراهيم بن سعد عن أبيه
عن جده قال قال عبد الرحمن بن عوف رضي الله عنه : لما قدمنا إلى المدينة
آخى رسول الله صلى الله عليه و سلم بيني وبين سعد بن الربيع فقال سعد
بن الربيع إني أكثر الأنصار مالا فأقسم لك نصف مالي وانظر أي زوجتي هويت نزلت لك
عنها فإذا حلت تزوجتها قال فقال عبد الرحمن لا حاجة لي في ذلك هل من سوق فيه تجارة ؟ . قال سوق قينقاع
قال فغدا إليه عبد الرحمن فأتى بأقط وسمن قال ثم تابع الغدو فما لبث أن جاء عبد
الرحمن عليه أثر صفرة فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( تزوجت ) . قال نعم قال
( ومن ) . قال امرأة من الأنصار قال ( كم سقت ) . قال زنة نواة من ذهب أو نواة من
ذهب فقال له النبي صلى الله عليه و سلم ( أولم ولو بشاة )
Artinya: …Ketika
kami sampai di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan aku dengan Sa’ad bin
ar-Rabi’. Maka Sa’ad bin ar-Rabi’ mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah orang
Anshar yang paling kaya, maka akan aku bagikan untukmu separuh hartaku, dan
silakan kau pilih mana di antara dua istriku yang kau inginkan, maka akan aku
lepaskan dia untuk engkau nikahi. Perawi mengatakan,”Abdurrahman
berkata, “Tidak usah, aku tidak membutuhkan yang demikian itu….”
Nabis
SAW juga mengingatkan agar pendidik menunjukkan sikap lemah lembut kepada
murid. Bukhari meriwayatkan:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِى مُلَيْكَةَ عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها أَنَّ يَهُودَ
أَتَوُا النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكُمْ .
فَقَالَتْ عَائِشَةُ عَلَيْكُمْ ، وَلَعَنَكُمُ اللَّهُ ، وَغَضِبَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ . قَالَ « مَهْلاً يَا عَائِشَةُ ، عَلَيْكِ
بِالرِّفْقِ ، وَإِيَّاكِ وَالْعُنْفَ وَالْفُحْشَ »
Artinya: …hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang,
dan hindarilah sikap keras serta keji.
Dalam hadis lain,
al-Ajiri meriwayatkan:
عرفوا ولا تعنفوا
Artinya: Bersikaplah ma’ruf (baik) dan jangan kalian bersikap
keras.
Muslim
meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari, bahwa Rasulullah mengutusnya bersama
Mu’adz ke Yaman, lalu beliau bersabda kepada mereka:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو سَمِعَهُ مِنْ سَعِيدِ
بْنِ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه
وسلم- بَعَثَهُ وَمُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ لَهُمَا « بَشِّرَا وَيَسِّرَا وَعَلِّمَا وَلاَ
تُنَفِّرَا ».
Artinya: …Gembirakan dan permudahlah. Ajarkanlah ilmu dan
janganlah kalian berlaku tidak simpati.
Berdasarkan hadis-hadis di atas, anak
(peserta didik) — dengan arahan nabawiini
— harus dipandang sebagai tingkat usia yang harus mendapatkan pemeliharaan,
kelemahlembutan, dan kasih sayang. Analisis ini akan lebih kuatk lagi jika
dilihat apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw tentang sikap kasih
sayang beliau kepada anak-anak.
3.
Sikap memuliakan, menghormati dan tawadhu’ kepada guru
Sebagai
murid, maka guru harus diperlakukan lebih dari orang pada umumnya. Hal ini
karena para guru sesungguhnya pewaris para Nabi. Para guru yang mengajarkan
kebaikan kepada manuusia dido’akan oleh Allah dan para penghuni langit dan
bumi. Para guru mewariskan kepada para muridnya ilmu, yang membuat murid
mencapai pribadi utama. Nabi SAW mengatakan, dengan diwariskannya ilmu kepada
murid, maka murid mendapat keberuntungan yang sangat besar. Nabi Saw bersabda:
أخبرنا
يعقوب بن إبراهيم ثنا يزيد بن هارون ثنا الوليد بن جميل الكتاني ثنا مكحول قال قال
رسول الله صلى الله عليه و سلم : فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم ثم تلا
هذه الآية { إنما يخشى الله من عباده العلماء إن
الله وملائكته وأهل سماواته وأرضيه والنون في البحر يصلون على الذين يعلمون الناس
الخير
Artinya: …Sesungguhnya
Allah dan malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi, hingga semut yang ada di
dalam tanah (di tempat tinggalnya) dan ikan hiu yang ada di dasar
laut mendo’akan kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.
Dalam
hadis lain Rasulullah SAW menjelaskan:
حدثنا محمود
بن خداش البغدادي حدثنا محمد بن يزيد الواسطي حدثنا عاصم بن رجاء بن حيوة عن قيس
بن كثير قال : قدم رجل من المدينة على أبي الدرداء وهو بدمشق فقال ما أقدمك يا أخي
؟ فقال حديث بلغني أنك تحدثه عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال أماجئت لحاجة ؟
قال لا قال أما قدمت لتجارة ؟ قال لا قال ما جئت إلا في طلب هذا الحديث ؟ قال فإني
سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول من
سلك طريقا يبتغي فيه علما سلك الله له طريقا إلى الجنة وإن الملائكة لتضع أجنحتها
رضاء لطالب العلم وإن العالم ليستغفر له من في السموات ومن في الأرض حتى الحيتان
في الماء وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواب إن العلماء ورثة
الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ
بحظ وافر قال الشيخ الألباني : صحيح
Artinya: Barangsiapa yang menempuh perjalanan
untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.
Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena rida kepada pencari
ilmu (mereka meletakkan sayap-sayapnya sebagai
bentuk pengagungan kepada orang yang menuntut ilmu). Sesungguhnya makhluk yang ada
dilangit dan di bumi hingga ikan-ikan paus yang ada di laut memintakan ampunan
kepada Allah untuk orang yang berilmu. Keutamaan orang alim terhadap ahli
ibadah seperti keutamaan rembulan terhadap semuan bintang. Sesungguhnya ulama
adalah pewaris para Nabi. Dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham,
akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu, maka dia
telah mengambil keberuntungan yang sangat besar.
Peran guru begitu besar untuk mengangkat murid dari kejahilan. Oleh
karena itu sangat pantas mereka mendapat penghormatan dari murid-muridnya. Guru
(bahasa Arab: mu’allim)
bagaikan mengalirkan samudera ilmu di atas bumi yang tandus, dan membuat bumi
jadi subur, dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan hijau, sehingga menghasilkan
buah-buahan yang matang.
Murid — baik laki-laki maupun perempuan —
wajib memandang sang guru dengan pandangan penuh hormat, memuliakan, dan tawadhu`. Khalifah dan Quthub mengatakan: Sungguh
ke-tawadhu’-anmu kepadanya adalah keagungan dan kemuliaan yang ada
pada dirimu. Oleh karena itu, hak seorang guru terhadap diri kita adalah
mendapat penghormatan, didengarkan, tidak meninggikan suara di atas suaranya,
dan tidak merendahkannya. Begitu juga, wajib bagi kita untuk mematuhi
nasihat-nasihatnya dan merengkuh ridanya.
Guru, bahkan bagaikan orang tua bagi murid.
Karena memang guru telah menggantikan peran orang tua dalam hal mendidik atau
membuat anak-anak beradab. Seorang penyair berkata:
Aku anggap guruku seperti orang tuaku
Kemuliaan dan keluhuran aku peroleh dari
orang tuaku
Dia sang pembimbing rohku, dan roh
adalah inti
Dia sang pembimbing jasadku, dan jasad
seperti kulit kerang.
Ali karramallahu
wajhah mewasiatkan
tentang tatakrama murid kepada guru sebagai berikut: Di antara hak yang harus
kamu tunaikan kepada orang alim ialah memberikan salam penghormatan secara
khusus, duduk di depannya, tidak memberi isyarat di sisinya dengan tangan,
tidak sekali-kali memberi isyarat dengan mata, tidak sekali-kali mengatakan:
“kata fulan” yang berseberangan dengan ucapannya, tidak mendahului di tempat
duduknya, tidak memegangi bajunya, tidak terus mendesak ketika bosan, dan tidak
jemu bergaul lama dengannya. Sesungguhnya orang alim itu laksana pohon kurma.
Kamu melihat kapan jatuh sesuatu dari pohon itu kepadamu. Orang beriman yang
alim itu lebih agung pahalanya dibanding orang yang berpuasa lagi berperang di
jalan Allah. Jika orang alim mati, terjadilah keretakan tempat di dalam Islam
yang tidak bisa ditambal dengan apa pun sampai hari kiamat.
Penghormatan mereka terhadap seorang alim,
bukan berarti kehilangan daya kritis mereka. Ibnu Abbas pernah berbeda pendapat
dengan Umar, Ali dan Zaid bin Tsabit. Mereka mengambil ilmu dengan tulus dari
siapa saja, tanpa melihat status social seorang alim. Al-Maliki mengatakan: “Mereka
juga mengambil ilmu dari ahlinya, bagaimanapun latar belakang atau
keturunannya, seperti periwayatan mereka dari mawali (golongan hamba sahaya yang
dimerdekakan). Sahabat Abu Bakar, Umar, Usamah, dan Ibnu Umar pernah
meriwayatkan dari Bilal. Mereka bersegera kembali kepada kebenaran jika
kebenaran terlihat dan diakui olehnya. Sikap Umar dalam ucapannya sangat jelas,
“Perempuan itu benar dan Umar salah.” Kala seseorang melakukan
gugatan kepada Ali r.a., dia berkata, “Kamu benar dan aku salah. Dan di
antara tiap-tiap orang alim itu ada Zat Yang Maha Alim".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar