Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Desember 2015

MSI Konsep Zikir dalam Islam; Ridwan MA

Resume: In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, (Semarang:  Syifa Press, 2006),
Nama         : Ridwan, MA                   Mahasiswa      PPs      :  Pendidikan Islam II
Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Pengertian Dzikir
Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata ذَكَرَ، يَذْكُرُ، ذِكْرًا artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan ingatan. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, di antara pengertian-pengertian dzikir adalah  menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, atau mengerti perbuatan baik. Dalam kehidupan manusia unsur ”ingat” ini sangat dominan adanya, karena merupakan salah satu fungsi intelektual. Menurut pengertian psikologi, dzikir (ingatan) sebagai suatu ”daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.”
Sedangkan dzikir dalam arti menyebut Nama Allah yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut wirid atau aurad. Dan amalan ini termasuk ibadah murni (mahdhah), yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah SWT. Sebagai ibadah Mahdhah maka dzikir jenis ini terikat dengan norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus ma’tsur (ada contoh atau perintah dari Rasulullah Saw).
Secara terminologi definisi dzikir banyak sekali. Ensiklopedi Nasional Indonesia menjelaskan dzikir adalah ingat kepada Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, ke-Maha Sucian-Nya, ke-Maha ke-Terpujian-Nya dan ke-Maha Besaran-Nya. Dzikir merupakan sikap batin yang bisa diungkapkan melalui ucapan Tahlil (La Ilaha illa Allah, Artinya,  Tiada Tuhan Selain Allah), Tasbih (Subhana Allah, Artinya Maha Suci Allah), Tahmid (Alhamdulillah, Artinya Segala Puji Bagi Allah), dan Takbir (Allahu Akbar, Artinya Allah Maha Besar).
Dzikir dalam hati (bi al-qolb) dan dengan lisan (bi al-lisan) adalah penyebut, dimana keduanya berhubungan, sebagai cara yang khusus, penyembahan kepada Allah dengan bentuk tertentu yang pasti, diajarkan dalam suatu perintah agama, bisa keras bisa dalam hati, dengan pernafasan khusus dan gerakan jasmani.
Dzikir juga merupakan ucapan yang dilakukan dengan lidah, atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Allah dengan memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat yang sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.
Dzikir sebagai fungsi intelektual, ingatan kita akan apa yang telah dipelajari, informasi dan pengalaman sebelumnya, memungkinkan kita untuk memecahkan problem-problem baru yang kita hadapi, juga sangat membantu kita dalam melangkah maju untuk memperoleh informasi dan menerima realitas baru. Namun dalam pengertian disini, pengertian  yang dimaksud adalah ”Dzikir Allah”, atau mengingat Allah.
Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya di lakukan setiap saat, baik secara lisan maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan oleh seorang muslim sebaiknya jangan sampai melupakan Allah SWT. Dimanapun seorang muslim berada, sebaiknya  selalu ingat  kepada Allah SWT sehingga akan menimbulkan cinta beramal saleh kepada Allah SWT, serta malu berbuat dosa dan maksiat kepadanya.
Pengaruh yang ditimbulkan dari berdzikir secara konstan ini, akan mampu mengontrol perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-sehari,. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada Allah, kadang-kadang tanpa sadar dapat saja  berbuat maksiat. Namun manakala ingat kepada Tuhan kemudian mengucapkan dzikir, kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan segera muncul kembali.
Fungsi dzikir sebagai alat Tazkiyyah al-Nafs (penyucian jiwa) dalam rangka mengembalikan Potensi Ruhaniyah  pada diri manusia yang terhalang atau hilang akibat dari sifat-sifat tercela, dikarenakan selalu mengikuti kehendak nafsu. Al-Ghazali menyebut sifat-sifat tercela yang dimaksud meliputi: hasad (iri hati): haqaq (dengki atau benci); su’dzan (buruk sangka): kibir (sombong): ’ujub (merasa sempurna diri dari orang lain); riya’ (memamerkan kelebihan): suma’ (mencari-cari nama atau kemasyhuran): bukhl (kikir); hubb al-maal (materialistis); takabbur (membanggakan diri):  ghadhab (pemarah); ghibah (pengumpat); namimah (bicara di belakang orang/jawa: ngrasani); kidzib (pendusta); khianat (ingkar janji). Sifat-sifat semacam itulah yang sebenarnya mendominasi pemikiran dan tingkah laku seseorang, yang muaranya melakukan berbagai penyimpangan!.
Dzikir merupakan aktivitas religius penting bagi para sufi, untuk mengembangkan diri agar berada sedekat mungkin dengan Allah Swt. Dalam tasawuf (baca: tarekat) tahapan-tahapan (maqamat) para penempuh jalan sufi (salik) harus melewati maqam dzikir untuk mencapai ma’rifatullah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar