Resume: In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A,
Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, (Semarang: Syifa Press, 2006),
Nama :
Ridwan, MA Mahasiswa PPs : Pendidikan Islam II
Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Pengertian
Dzikir
Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata ذَكَرَ،
يَذْكُرُ، ذِكْرًا artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti dan ingatan. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa
istilah dzikir memiliki multi interpretasi, di antara pengertian-pengertian
dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, atau mengerti
perbuatan baik. Dalam kehidupan manusia unsur ”ingat”
ini sangat dominan adanya, karena merupakan salah satu fungsi intelektual.
Menurut pengertian psikologi, dzikir (ingatan) sebagai suatu ”daya jiwa
kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian atau
tanggapan-tanggapan kita.”
Sedangkan dzikir dalam arti menyebut Nama Allah yang
diamalkan secara rutin, biasanya disebut wirid atau aurad. Dan amalan
ini termasuk ibadah murni (mahdhah), yaitu ibadah yang langsung
berhubungan dengan Allah SWT. Sebagai ibadah Mahdhah maka dzikir jenis
ini terikat dengan norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus ma’tsur
(ada contoh atau perintah dari Rasulullah Saw).
Secara terminologi definisi dzikir banyak sekali. Ensiklopedi
Nasional Indonesia menjelaskan dzikir adalah ingat kepada Allah dengan
menghayati kehadiran-Nya, ke-Maha Sucian-Nya, ke-Maha ke-Terpujian-Nya dan
ke-Maha Besaran-Nya. Dzikir merupakan sikap batin yang bisa diungkapkan melalui
ucapan Tahlil (La Ilaha illa Allah, Artinya, Tiada Tuhan Selain
Allah), Tasbih (Subhana Allah, Artinya Maha Suci Allah), Tahmid (Alhamdulillah,
Artinya Segala Puji Bagi Allah), dan Takbir (Allahu Akbar, Artinya Allah
Maha Besar).
Dzikir dalam hati (bi al-qolb) dan dengan lisan (bi
al-lisan) adalah penyebut, dimana keduanya berhubungan, sebagai cara yang
khusus, penyembahan kepada Allah dengan bentuk tertentu yang pasti, diajarkan
dalam suatu perintah agama, bisa keras bisa dalam hati, dengan pernafasan
khusus dan gerakan jasmani.
Dzikir juga merupakan ucapan yang dilakukan dengan
lidah, atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang
mensucikan Allah dengan memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan
dengan sifat yang sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.
Dzikir sebagai fungsi intelektual, ingatan kita akan apa
yang telah dipelajari, informasi dan pengalaman sebelumnya, memungkinkan kita
untuk memecahkan problem-problem baru yang kita hadapi, juga sangat membantu
kita dalam melangkah maju untuk memperoleh informasi dan menerima realitas
baru. Namun dalam pengertian disini, pengertian yang dimaksud adalah ”Dzikir
Allah”, atau mengingat Allah.
Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya di lakukan
setiap saat, baik secara lisan maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang
dilakukan oleh seorang muslim sebaiknya jangan sampai melupakan Allah SWT.
Dimanapun seorang muslim berada, sebaiknya selalu ingat kepada
Allah SWT sehingga akan menimbulkan cinta beramal saleh kepada Allah SWT, serta
malu berbuat dosa dan maksiat kepadanya.
Pengaruh yang ditimbulkan dari berdzikir secara konstan
ini, akan mampu mengontrol perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-sehari,.
Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada Allah, kadang-kadang tanpa
sadar dapat saja berbuat maksiat. Namun manakala ingat kepada Tuhan
kemudian mengucapkan dzikir, kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan
segera muncul kembali.
Fungsi dzikir sebagai alat Tazkiyyah al-Nafs (penyucian
jiwa) dalam rangka mengembalikan Potensi Ruhaniyah pada diri
manusia yang terhalang atau hilang akibat dari sifat-sifat tercela, dikarenakan
selalu mengikuti kehendak nafsu. Al-Ghazali menyebut sifat-sifat tercela yang
dimaksud meliputi: hasad (iri hati): haqaq (dengki atau benci); su’dzan
(buruk sangka): kibir (sombong): ’ujub (merasa sempurna diri dari
orang lain); riya’ (memamerkan kelebihan): suma’ (mencari-cari
nama atau kemasyhuran): bukhl (kikir); hubb al-maal
(materialistis); takabbur (membanggakan diri): ghadhab (pemarah);
ghibah (pengumpat); namimah (bicara di belakang orang/jawa:
ngrasani); kidzib (pendusta); khianat (ingkar janji). Sifat-sifat
semacam itulah yang sebenarnya mendominasi pemikiran dan tingkah laku
seseorang, yang muaranya melakukan berbagai penyimpangan!.
Dzikir merupakan aktivitas religius penting bagi para
sufi, untuk mengembangkan diri agar berada sedekat mungkin dengan Allah Swt.
Dalam tasawuf (baca: tarekat) tahapan-tahapan (maqamat) para penempuh
jalan sufi (salik) harus melewati maqam dzikir untuk mencapai ma’rifatullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar