Laporan Bacaan Mingguan
Nama/NIM : Ridwan, S.Pd.I / 23111303-2 Mahasiswa PPs : Pendidikan Islam II
Mata Kuliah :
Metodologi Studi Islam
Desen Pengasuh
: Prof. Drs. Yusny Saby, MA.Phd
M. Umar Chapra, Islam and the Economic
Challenge, (Yayasan Islam, Leicester), terjemahan (Yogjakarta: Pustaka Pelajar,
2007),
Sistem Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam adalah
sempurna kerana berasal dari wahyu, dan dari segi pemilikan, ia menerangkan kepada kita
bahawa terdapat tiga jenis kepemilikan, yaitu; 1). Hak Milik Umum: meliputi mineral-mineral
dalam bentuk pepejal, cecair dan gas termasuk petroleum,
besi, tembaga,
emas dan sebagainya yang
didapati sama ada di dalam perut bumi atau di atasnya, termasuk juga
segala bentuk tenaga dan intensif tenaga serta industri-industri berat. Semua
ini merupakan hak milik umum dan wajib diuruskan (dikelola) oleh Daulah
Islamiyah(negara) manakala manfaatnya wajib dikembalikan kepada
rakyat. 2). Hak Milik Negara meliputi
segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara secara syar’ie dari
warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian,
perdagangan
dan aktiviti industri,
di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara membelanjakan perolehan
tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat. 3). Hak Milik Individu: selain
dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh dimiliki oleh
individu secara syar’ie dan setiap individu itu perlu membelanjakannya secara
syar’ie juga.
Cara Pengelolaan Kepemilikan (At-Tasharruf
Fi Al Milkiyah), pengelolaan kepemilikan harta
kekayaan yang telah dimiliki mencakup dua kegiatan, yaitu; 1). Pembelanjaan
Harta (Infaqul Mal) Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta
kekayaan yang telah dimiliki. Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada,
Islam memberikan tuntunan bahawa harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk
nafkah wajib
seperti nafkah keluarga, infak fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain.
Kemudian nafkah sunnah
seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal
yang mubah
(harus). Dan hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang
terlarang seperti untuk membeli barang-barang yang haram seperti minuman keras,
babi, dan lain-lain. Kedua 2) Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal)
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktiviti riba, judi, serta aktiviti terlarang lainnya.
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktiviti riba, judi, serta aktiviti terlarang lainnya.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu
adalah hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah
Islamiyah) adalah wakil ummat. Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah
Islamiyah) untuk mengelolanya, namun Allah SWT telah melarang negara
(Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan
umum tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu.
Sementara mengelola dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal
tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara'.
Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan
negara (Daulah Islamiyah) dan kepemilikan individu,
nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal serta hukum-hukum muamalah, seperti
jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga telah memperbolehkan
negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk mengelola
masing-masing kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau
diberikan untuk orang tertentu ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak
kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar