Total Tayangan Halaman

Jumat, 06 November 2015

Anthropologi Agama, Ilmu Kemanusiaan, Ilmu Agama, dan Relefansinya dengan Ilmu-ilmu Lain Oleh Ridwan MA

 
1.    Apa yang dimaksud dengan "Ilmu-ilmu Kemanusiaan" dalam konteks disiplin ilmu-ilmu yang diajarkan di pasca UIN? Uraikan!.
Tuntunan sosial-hukum-politik-ekonomi Islam yang diajarkan Allah Swt. dan dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Tetapi kadang kita lebih memilih tuntunan hasil kajian manusia dengan ilmu umum sajaUlama dan Pemerintah, yang sadar bahwa tuntunan agama (Islam) itu komplek mencakup semua aspek kehidupan sosial-politik juga, yang harus mengoreksi secara mendasar. Pemerintah Negarayang mayoritas muslim seharus lebih serius mengevaluasi ‘kebenaran’ kandungan ilmu sosial-politik yang selama ini diterapkan dengan tingkat keyakinan tinggi di negerinya, dianut oleh banyak profesor, doktor, ilmuan, pakar, mahasiswa, untuk dikolerasikan dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Negara Iran misalnya, memulai rintisan ke arah itu. Atas perintah Ayatollah Ali Khameini, seorang Ulama besar, Penguasa Tertinggi Iran, maka akan dilakukan koreksi terhadap Kandungan Ilmu Sosial, antara lain: Hukum, Studi Perempuan, HAM, Manajemen, Ekonomi, Filsafat, Psikologi, dan Ilmu Politik.Ilmu-ilmu Sosial tersebut dikatakan akan ditinjau ulang kandungannya. Kandungan ilmu sosial tersebut akan diselaraskan dengan tuntunan Islam. Ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi memiliki banyak tuntunan tentang masalah sosial-politik-ekonomi tersebut. Pemerintah Iran juga akan merombak kandungan kurikulum ilmu sosial yang ada di negerinya.
Sedangkan Indonesia, masihkah akan memakai hasil kajian ilmu sosial-politik-ekonomi-budaya yang tidak selaras dengan ajaran Islam dalam praktek pembuatan kebijakan nasionalnya. Maka sangat urgen mengoreksi kekeliruan ilmu sosial di negerinya untuk disesuaikan dengan tuntunan Islam bidang sosial-hukum-politik-ekonomi demi kejayaan umat dan bangsanya.

2.    Sejauh mana disiplin ilmu agama dan kenanusiaan dapat diharapkan untuk memahami lebih konperensif tentang bagaimana kaitan dan relevansi antara " ilmu agama" dengan ilmu-ilmu lain?
Islam adalah ajaran yang bersumberkan Al-Qurán dan hadits nabi, rupanya hal itulah yang menjadikan mudah memahaminya. Ketika agama dipandang sebagai ilmu tentang fiqh, tauhid, akhlak, dan tasawwuf, maka yang dipikirkan adalah, bagaimana mengkaitkan antara ajaran  tersebut  dengan ilmu  fisika, biologi, kimia, psikologi, sosiologi, antropologi dan lain-lain. Tentu bukan pekerjaan mudah, mereka tidak mudah membayangkan, misalnya hubungan antara wudhu dengan fisika, shalat dengan kimia dan seterusnya dihubung-hubungkan.
Mereka yang memahami Al-Qurán sejak ayat pertama diturunkan adalah tentang perintah  mengembangkan ilmu pengetahuan. Suruhan membaca adalah sebagai pertanda betapa pentingnya persoalan itu ditunaikan. Perintah membaca tentu dimaknai luas. Orang yang sanggup melakukan kegiatan membaca, maka siapapun akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas. Berangkat dari sini maka akan tampak dengan jelas, hubungan membaca sebagai perintah yang datangnya dari Al-Qurán dengan ilmu pengetahuan sebagai sebuah hubungan yang pas dan indah.
Orang sukses di bidang ekonomi, politik, sosial dan lain-lain adalah dimulai dari kemampuan mereka dalam membaca. Lagi pula kegiatan membaca ternyata tidak mudah. Orang yang sanggup membaca kekuatan-kekuatan ekonomi, politik dan sosial ternyata tidak banyak.  Kemampuan itu memerlukan bekal berupa kecerdasan dan alat bacaan yang tangguh.  Mereka yang  pandai dan memiliki kemapuan untuk membaca, maka   itulah akhirnya yang akan  mendapatkan keutungan dalam kehidupan ini.
Lebih dari itu,  banyak lagi ayat Al-Qurán berupa perintah untuk memperhatikan kejadian dan kehidupan alam, mulai dari  kejadian manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Al-Qurán menyuruh manusia memperhatikan bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan, bumi dihamparkan, gunung-gunung ditegakkan. Bukankah perintah itu sebenarnya mengandung arti bahwa umat Islam dianjurkan untuk mempelajari fisika, kimia, biologi, astronomi dan lain-lain.
Oleh karena itu, kesulitan mengaitkan antara  Islam dan ilmu pengetahuan berawal  dari bagaimana memahami Islam itu sendiri. Mereka yang memahami Islam sebatas sebagai tuntunan ritual sebagaimana banyak terjadi selama ini, memang akan sulit mencari keterkaitan di antara keduanya. Namun bagi mereka yang berpikirnya berangkat dari Al-Qurán dan hadits, maka hal itu sangat mudah. Bahkan mereka akan mengatakan bahwa antara ilmu dan Islam tidak akan bisa dipisahkan di antara keduanya.
3.    Sejauh ini agama (misalnya agama Islam) dipahami dan didekati lewat kajian ilu fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits, balaghah, qira'ah, dan sejenisnya. Dapatkah pendekatan ini dipertahankan terus atau ada alternative lain yang lebih dapat melengkapi, sehingga agama dapat dipahami sebagai "realitas kehidupan " atau sebagai "hal lain" di luar kehidupan nyata? Uraikan.
Tidak sedikit tokoh agama mengkhawatirkan adanya gejala yang mereka lihat, yaitu  semakin berkurangnya para peminat bidang studi ilmu-ilmu agama Islam. Perguruan tinggi Islam yang selama ini mengembangkan bidang studi ilmu-ilmu ke Islaman, seperti ushuluddin, adab, syariáh, tarbiyah, dan dakwah kurang diminati. Umumnya hanya fakultas/jurusan syariáh dan tarbiyah yang masih bertahan.
Kegelisahan itu  tidak saja dirasakan  oleh  kalangan pengelola program studi itu, tetapi para masyarakat juga menanggung imbasnya, akibat kemerosotan peminat bidang studi itu, dianggap sebagai kemuduruan dan bahkan kecelakaan di kemudian hari. Bagaimana program studi  yang disebut sebagai rumpun kajian agama, harus tetap hidup.
Orang yang berlatar belakang ilmu fisika, kimia, biologi, kedokteran, antariksa, psikologi, sodsiologi, ekonomi, dan lain-lain, juga harus bersemangat dan bersungguh-sungguh menjalankan dan menyebarkan agamanya dengan gigih. Pemahaman mereka tentang Islam akan mendalam dengan disiplin ilmu yang dimiliki justru menjadikan pemahaman mereka terhadap kitab suci dan tradisi kehidupan rasul (hadits) menjadi lebih mendalam. Demikian juga, dengan berbekalkan pengetahuan kitab suci dan hadits nabi, mereka berhasil mengembangkan disiplin ilmu secara  lebih luas dan juga lebih utuh.
Kesadaran itu harus semangat dibangun pusat-pusat riset dan juga lembaga pendidikan yang memadukan antara kajian yang bersumber dari Al-Qurán dan hadits, dan sekaligus hasil-hasil observasi, eksperimen, dan penalaran logis. Kitab suci dan hadits nabi  diposisikan sebagai ayat-ayat qawliyah, sedangkan hasil-hasil observasi, eksperimen dan penalaran logis, sebagai ayat-ayat kawniyah. Pengembangan ilmu secara utuh tersebut akan menghasilkan pemahaman dan atau penjelasan  yang lebih sempurna, comprehensive dan mendalam. Namun sayangnya gerakan ini, masih pada taraf perintisan,  atau bahkan baru sebatas wacana, sehingga hasilnya belum banyak bisa dilihat
Atas dasar kenyataan-kenyataan itu, sebenarnya tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan tentang studi agama Islam, namun keberadaan jurusan-jurusan studi Islam sangat  penting, Studi Islam dapat dikembangkan kapan dan di manapun oleh umat Islam, bisa dikembangkan oleh mereka yang berlatar belakang disiplin ilmu apa saja.  Sepanjang masih ada orang-orang yang mencintai Al-Qurán dan rasulnya, maka Islam  yang dibawa oleh Muhammad Saw.,  akan tetap tumbuh dan berkembang.
Tidak ada pihak manapun yang merasa memiliki otoritas lebih dalam mengembangkan kajian Al-Qurán dan hadits. Sebab pada hakekatnya, kitab suci tersebut diturunkan untuk semua manusia, sebagai petunjuk, pembeda, penjelas, rakhmat, dan bahkan juga sebagai ashifa’. Al-Qurán dan hadits terbuka bagi siapapun yang mengkajinya. Apalagi  jika kita jeli mengamati sejarah dan juga kenyataan-kenyataan yang ada selama ini, Islam berkembang di berbagai tempat juga atas usaha banyak orang dari berbagai latar belakang dan juga  dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, sepanjang Al-Qurán dan rasul  masih dicintai, maka Islam  akan berkembang dan maju. Kemajuan itu bukan hanya tergantung pada  adanya jenis program studi tertentu, melainkan pada  kecintaan banyak orang terhadap kitab suci tersebut,  dan sosok pribadi pembawa risalah itu, yaitu Muhammad Saw.

4.    Sejauh mana dan bagaimana seharusnya "pemahaman dan pengamalan suatu agama"dapat memberi ethos kepada si pemeluknya?Ada orang yang melandasi hidupnya pada ethos agama, ada juga pada ethos lainnya?jelaskan dan berikan contoh apapun jawabannya.
Etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita, dalam semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau akhirat.
Islam sebagai agama yang bertujuan mengantarkan hidup manusia kepada kesejahteraan dunia dan akhirat, lahir dan bathin, Islam telah membentangkan dan merentangkan pola hidup yang ideal dan praktis. Pola hidup Islami tersebut dengan jelas dalam Alqur’an dan terurai dengan sempurna dalam sunnah Rasulullah Saw. Islam membuka pintu aktivitas setiap muslim agar ia dapat memilih amal yang sesuai dengan kemampuannya, pengalaman, dan pilihannya. Islam tidak membatasi suatu pekerjaan secara khusus kepada seseorang, kecuali demi pertimbangan kemaslahatan masyarakat. Islam tidak akan menutup peluang kerja bagi seseorang, kecuali bila pekerjaan itu akan merusak dirinya atau masyarakat secara fisik atau pun mental.
Beraktivitas islami bertumpu pada akhlakul karimah, umat Islam akan menjadikan akhlak sebagai energy batin yang terus menyala dan mendorong setiap langkah kehidupannya dalam koridor jalan yang lurus. Semangat dirinya adalahminallah, fi sabililah, ilallah (dari Allah, di jalan Allah, dan untuk Allah).
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos hidup dengan pemahaman dan pengamalan agama akan tampak dalam sikap dan tingkah laku yang dilandaskan pada satu keyakinan yang mendalam bahwa beraktivitas itu ibadah dan berprestasi itu indah. Adanya panggilan dari hati untuk terus nenerus memperbaiki diri, mencari prestasi dan tampil sebagai bagian dari umat yang terbaik.
Adapun karakter etos hidup muslim diantaranya, yaitu; pertamamenghayati, memahami dan merasakan betapa berharganya waktu. Waktu adalah asset ilahiyah yang sangat berharga, mengabaikannya akan diperbudak kelemahan namun jika memanfaatkannya dengan baik maka berada di atas jalan keberuntungan. Seorang muslim bagaikan kecanduan waktu. Dia tidak ingin ada waktu yang hilang dan terbuang tanpa makna. Jiwanya merintih bila ada satu detik berlalu tanpa makna. Baginya, waktu adalah rahmat yang tidak terhitung. Pengertian terhadap makna waktu merupakan rasa tanggung jawab yang sangat besar atas kemuliaan hidupnya. Sebagai konsekwensinya, dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas, tidak melewatkan waktun seditik pun kehidupan ini tanpa memberi arti.
Kedua beraktivitas dengan hati ikhlas, Sehingga ia memandang tugasnya sebagai pengabdian, sebuah keterpanggilan untuk menunaikan tugas-tugas sebagai salah satu bentuk amanah yang seharusnya ia lakukan. Motovasi unggul yang ada hanyalah pamrih pada hati nuraninya sendiri, kalaupun ada imbalan itu bukanlah tujuan utama melainkan sekedar akibat sampingan dari pengabdiannya tersebut. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih. Bahkan, cara dirinya mencari rezeki, ikhlas merupakan energy batin yang akan membentengi diri dari segala yang kotor.
Ketiga berprilaku jujur seorang muslim harus didominasi kejujuran, dengan demikian, di dalam jiwa seorang yang jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji. Prilaku yang jujur adalah prilaku yang diikuti oleh sikap tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya (integritas). Kejujuran dan integritas dapat mendorong sikap untuk siap menghadapi resiko dan bertanggung jawab.
Keempat Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagaikan lampu yang benderang, memancarkan raut wajah yang cerah dan berkharisma. Orang yang berada di sekitarnya merasa tercerahkan, optimis, tentram, dan mutma’innah. Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap. Orang yang percaya diri, tangkas mengambil keputusan tanpa tanpak arogan atau defensive dan mereka tangguh mempertahankan pendiriannya.
Kelima Takwa merupakan bentuk rasa bertanggung jawab yang dilaksanakan dengan penuh rasa cinta dengan menunjukan amal prestatif di bawah semangat pengharapan ridha Allah, sehingga sadarlah bahwa dengan bertaqwa berarti ada semacam nyala api di dalam hati yang mendorong pembuktian atau menunaikan amanah sebagai rasa tanggung jawab yang mendalam atas kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah. Tanggung jawab mengandung makna menanggung dan memberi jawaban, dengan demikian pengertian taqwa yang kita tafsirkan sebagai tindakan bertanggung jawab dapat didefinisikan sebagai sikap dan tindakan seorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah; dengan penuh rasa cinta, ia ingin melakukannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang melahirkan amal prestatif.
Keenam Siap bersaing, bersanding, dan semangat bertanding,  hal ini merupakan sisi lain dari citra seorang muslim yang memiliki semangat jihad. Panggilan untuk bertanding dalam segala lapangan kebajikan dan meraih prestasi, dihayatinya dengan rasa penuh tanggung jawab pantang menyerah pada kegagalan. Islam sebagai agama yang syamil dan kamil juga memberikanguideline tentang etos hidup yang menjadikan kehidupan itu bukan hanya sebagai mencari rezeki akan tetapi lebih dari berdimensi transendental dan sekaligus identitas kemanusiaannya itu sendiri.


5.    Bagaimana anda jelaskan ketika ada tema: "membudayakan agama atau meng-agamakan budaya." Apa makna tema tersebut? Mana yang efektif di antara keduanya dan apa solusi anda.
Kebudayaan adalah suatu nilai hidupyang dijelmakan oleh faktor daya akal dan daya rasa manusia. Hasil daripada kegiatan berfikir dan merasa manusia dalam bentuk perbuatan yang dipanggil juga cara
Pengertian dibagi dua, yaitu; pertama Pengertian ilmiah yang luas meliputi bidang sosial, ekonomi, politik, ilmu dan seni falsafah. Kedua Pengertian terbatas tertumpu kepada seni saja. Menyangkut karya manusia, perkembangan tubuh badan, akal dan semangat melalui latihan dan pengalaman, bukti perkembangan (seni, sains) dan segala kesenian, kepercayaan, institusi sosial yang merupakan sifat sebuah ‘Kebudayaan’ gabungan dua kata ‘budi’ dan ‘daya’. Budi terletak dihati, daya kelakuan, perbuatan, tindakan. Dalam Islam hati penentu segala nilai norma-norma hidup, termasuk segala perbuatan.
Membudayakan Islam merupakan satu cara hidup yang lahir dan menjelma daripada keimanan. Merangkumi segala aspek sosial, politik, ekonomi, dan kesenian Islam. Merupakan manifestasi daripada keimanan dan ketakwaan.
Melihat reality masyarakat kita pada hari ini, terlalu banyak gejala dan kebiasaan yang perlu kita perbaiki agar segalanya selari dengan acuan Islam. Kita tidak boleh memisahkan Islam dari kehidupan. Islam adalah segala-galanya, Islam adalah cara hidup! Bukan hanya Islam ketika majlis akad nikah, majlis bacaan Yaa Sin dan tahlil, ketika kematian, tetapi ia meliputi segala sistem, setiap inci dalam kehidupan dari sekecil-kecil perkara hingga ke sebesar-besarnya.
Hari ini, masih terdapat saluran yang cuba memesongkan masyarakat kita dari mengikut cara hidup Islam sebenar..Tidak dinafikan, media massa kini memainkan peranan yang cukup besar dalam mempengaruhi kehidupan sesebuah masyarakat. Hal ini kerana, masyarakat menonton, membaca, melihat apa yang dibentangkan dihadapannya. Jika kebaikanlah yang dibentangkan, maka baiklah masyarakat tersebut.Jika sebaliknya, maka rosaklah masyarakat dan boleh menyebabkan kehidupan mereka terseleweng dari landasan Islam sebenar.
Hari ini, rakyat dan masyarakat kita di Malaysia masih buta dengan cara hidup Islam yang syumul dan tulen. Masakan tidak, mereka dihidangkan dengan pelbagai bentuk hiburan, politik lucah dan porno, perkara-perkara  yang melalaikan, dan memperbodohkan minda masyarakat. Masyarakat didoktrin untuk takut dengan Islam, takut melaksanakan hukuman Islam, mengagung-agungkan hiburan, lagho, kelalaian yang merugikan!! Jika anda lakukan perkara tersebut kerana jahil, maka bertaubatlah dan kembalilah kepada Islam yang sempurna. Carilah hidayah dariNya agar kita bisa meniti hari dalam kehidupan dengan redha dan rahmat Allah SWT.
Membudayakan agama dan mengagamakan budaya dapat dilakukan apabila; Tidak bertentangan dengan ajaran Islam, Tidak melalaikan manusia, Melahirkan hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT. dan manusia sesama manusia, Mengagungkan Pencipta. Tidak mengkebirin syari'at dalam bentuk ibadat yang khusus, tetapi merupakan cara hidup yang menyeluruh termasuk aspek kebudayaan. Fungsi manusia sebagai khalifah memakmurkan bumi. Manusia perlu mengislamkan budaya tersebut supaya meliputi segala aspek kahidupan.

6.     Apa signifikansinya mempelajari anthropologi agama? Prinsip agama yang mana yang dapat di jelaskn oleh ilmu ini. Uraikan!
Studi Agama dan Studi Islam kontemporer perlu memperhatikan “perbedaan tafsir keagamaan”  pada  level historisitas, meskipun  idealnya memang  tak perlu adanya perpecahan karena bersumber dari sumber ajaran normative yang sama, yaitu teks-teks atau nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah.  Realitas seperti ini berlaku untuk semua penganut agama-agama besar dunia, baik yang Abrahamik  (Yahudi, Kristen, Islam) maupun  agama-agama non Abrahamik (Hindu, Budha, Konghucu, Sikh, Bahai dan lain-lain), serta tradisi-tradisi  atau agama lokal yang lain selain yang  disebut di atas.
Karena rumit dan kompleknya situasi yang dihadapi maka pendekatan antropologi terhadap   agama    diperlukan   untuk   memberi  wawasan  keilmuan  yang lebih  komprehensif tentang entitas dan substansi  agama   yang  sampai  sekarang  masih  dianggap  sangat  penting untuk membimbing  kehidupan umat  manusia baik untuk kehidupan pribadi, komunitas, sosial, politik  maupun budaya para penganutnya. Diperlukan ‘peta’ wilayah yang cukup jelas sebelum masuk ke jantung kota yang sangat kompleks, minimal untuk mengetahui jalan-jalan protokol supaya tidak tersesat jalan,  syukur kalau dapat diperoleh dan dilengkapi peta yang lebih detil sampai menjangkau ke  jalan-jalan kecil, gang-gang, nomor rumah yang dituju  dan begiutu seterusnya.
Pendekatan antropologi terhadap entitas keberagamaan  dan entitas keilslaman adalah ibarat pembuatan peta yang dimaksud. Pendekatan antropologi  bersikap deskriptif, melukiskan apa adanya dari realitas yang ada, dan bukannya normative, dalam arti tidak ada keinginan  dari  si pembuat peta untuk  mencoret, menutup atau tidak menggambar atau menampilkan alur jalan yang dianggap kira-kira tidak enak  atau berbahaya untuk dilalui. Pendekatan antropologi harus bersikap jujur, apa adanya, tanpa ada muatan interes-interes atau kepentingan tertentu (golongan, ras, etnis, agam,  gender, minoritas-mayoritas) untuk tidak membuat peta  (keagamaan manusia) apa adanya.
Bedanya dari corak pendekatan Teologi (dalam Kristen) atau Kalam dan fikih (dalam islam) lama, yang kadang tidak ingin menampilkan gambar dan peta keagamaan apa  adanya karena adanya interes-interes golongan keagamaan  (sekte, madzhab, organisasi keagamaan) seperti  penekanan pentingnya pada  sejarah penyelamatan yang ditawarkan oleh  agama tertentu dengan mengesampingkan agama-agama  lain sehingga peta atau gambar yang dibuat menjadi kabur dan tidak begitu jelas untuk melihat agama-agama secara  utuh dan komprehensif.
Pendekatan antropologi terhadap agama, yaitu; Pertama, bercorakdescriptive, bukannya normatif.  Pendekatan antropologi  bermula dan diawali dari kerja lapangan  (field work),  berhubungan  dengan orang, masyarakat, kelompok  setempat yang diamati  dan diobservasi dalam jangka waktu yang lama dan mendalam.  Inilah yang biasa disebut dengan  thick description (pengamatan dan observasi di lapangan yang dlakukan secara serius, terstuktur, mendalam dan berkesinambungan).  Thick description dilakukan  dengan cara antara lain Living in , yaitu  hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti  ritme dan pola hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.  John R Bowen, misalnya, melakukan penelitian antropologi  masyrakat muslim Gayo, di  Sumatra, selama bertahun-tahun. Begitu juga dilakukan oleh para antropolog kenamaan yang lain, seperti Clifford Geertz.  Field note research (penelitian melalui pengumpulan catatan  lapangan) dan bukannya  studi teks atau pilologi seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis adalah andalan utama antropolog.
Kedua, Pokok perhatian pendekatan antropologi  adalah local practices , yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan. Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari,  agenda mingguan, bulanan dan tahunan, lebih-lebih ketika manusia melewati hari-hari  atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani  kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja yang dilakukan untuk melewati peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan tersebut (rites de pessages). Persitiwa  kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan.  Apa yang dilakukan oleh manusia ketika menghadapi dan menjalani ritme kehidupan yang sangat penting tersebut.
Ketiga, Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain kehidupan  secara lebih utuh (connections across social domains). Bagaimana hubungan antara wilayah  ekonomi,  sosial, agama, budaya dan politik.  Kehidupan tidak dapat dipisah-pisah. Keutuhan dan kesalingterkaitan antar berbagai domain kehidupan manusia. Hampir-hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang dapat berdiri sendiri, terlepas dan  tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.
Keempat, comparative. Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.  Setidaknya,  Cliffort Geertz pernah memberi contoh bagaimana dia membandingkan kehidupan Islam di Indonesia dan Marokko.  Bukan sekedar untuk mencari kesamaan dan perbedaan, tetapi yang terpokok adalah untuk memperkaya perspektif  dan memperdalam bobot kajian.  Dalam dunia global seperti saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu memberi perspektif baru  baik dari kalangan outsider maupun outsider.
Bagaimana  seseorang dan atau kelompok melakukan praktik-praktik lokal dalam mata rantai tindakan keagamaan  yang terkait dengan dimensi social, ekonomi, politik, dan budaya.  Sebagai contoh ada ritus baru yang disebut “walimah al-Safar”, yang biasa dilakukan orang  sebelum  berangkat haji. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini dalam keterkaitannya dengan agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya? Religious ideas yang diperoleh  dari teks atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini membentuk emosi  dan menjalankan  fungsi sosial dalam kehidupan yang luas?.  Bagaimana walimah safar yang tidak saja dilakukan di rumah tetapi juga  di laksanakan di pendopo kabupaten? Oleh karenanya, keterkaitan dan keterhubungan antara local practices,religious ideas, emosi  individu dan kelompok maupun kepentingan social poilitik tidak dapat dihindari.  Semuanya membentuk satu tindakan yang utuh.
Dengan demikian, pendeka an antropologi dalam dalam studi Islam sangatlah diperlukan. Islam dimaksud disini adalah Islam yang telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, Islam yang telah melembaga dalam kehidupan suku, etnis, kelompok atau bangsa  tertentu, Islam yang telah  terinstitusionalisasi dalam kehidupan organisasi sosial, budaya, politik dan agama. Islam yang terlembaga dalam kehidupan masyarakat yang menganut madzhab-madzhab,  pengikut  berbagai sekte,  partai-partai  atau  kelompok-kelompok kepentingan tertentu.  Hasil kajian antropologi terhadap realitas kehidupan konkrit di lapangan  akan dapat membantu tumbuhnya saling pemahaman antar berbagai  paham dan penghayatan keberagamaan yang sangat bermacam-macam dalam kehidupan riil masyarakat Islam baik pada tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.
Dalam kacamata antropologi agama, agama adalah adalah sekumpulan ide-ide atau pemikiran dan seperangkat tindakan konkrit sehari-hari  yang didasarkan atas postulasi atau keyakinan kuat  adanya realitas yang lebih tinggi  berada di luar alam materi  yang biasa  dapat dijangkau langsung dalam kehidupan materi. Apa yang disebut agama, dalam praktiknya, memang sangat berbeda dari satu masyarakat pemeluk agama tertentu ke masyarakat pemeluk agama yang lain, baik yang menyangkut sistem kepercayaan yang diyakini bersama, tingkat praktik keagamaan yang dapat melibatkan emosi para penganutnya, serta peran sosial  yang dimainkannya. Agama-agama Abrahamik dan non-Abrahamik, dan lebih-lebih agama-agama lokal yang lain adalah sangat berbeda dalam penekanan aspek keberagamaan yang dianggap paling penting dan  menonjol.
Ada yang menekankan pentingnya sisi ketuhanan (deities  atau spirits), ada yang lebih menekankan kekuatan impersonal (impersonal forces)  yang dapat menembus dunia alam dan sosial, seperti yang dijumpai di agama-agama di Timur. Atau bahkan ada yang tidak memfokuskan pada sistem kepercayaan sama sekali, tetapi lebih mementingkan ritual.
Pada umumnya, hasil  field note research di lapangan dari berbagai kawasan, para antropolog hampir menyepakati bahwa agama melibatkan 6 dimensi : l) perform certain activities (Ritual), 2) believe certain things ( kepercayaan, dogma), 3) invest authority in certain personalities (leadership; kepemimpinan), 4) hallow certain text (kitab suci, sacred book), 5)  telling various stories (sejarah dan institusi), dan 6) legitimate morality (moralitas). Ciri paling menonjol dari studi agama yang membedakannya  dari studi sosial dan budaya, adalah keterkaitan  keenam dimensi tersebut dengan  keyakinan  kuat dari para penganutnya  tentang adanya apa yang disebut dengan “non-falsifiable postulated alternate reality” (Realitas tertinggi yang tidak dapat difalsifikasi). Keenam dimensi keberagamaan tersebut jika dikontekskan dengan agama Islam, maka kurang lebih akan menjadi sebagai berikut : 1) Ibadah,  2) Aqidah, 3) Nabi atau Rasul, 4) Al-Qur’an dan al-Hadis 5) al- Tarikh atau al-Sirah dan 6) al-Akhlaq.  Keenam dimensi tersebut lalu dikaitkan dengan Allah (yang bersifat non-falsifiable alternate reality).
Begitu keenam dimensi keberagamaan  manusia  tersebut masuk ke wilayah praktik sehari-hari di lapangan, maka ia akan masuk ke wilayah Particular Pattern. Wilayah Partcular Pattern dari agama-agama tersebut  adalah ketika  agama bergumul dan  masuk dalam dalam konteks  perubahan sosial, politik, ekonomi dan budaya, juga geografi, perbedaan iklim dan kondisi alam yang berbeda-beda.  Semuanya akan jatuh ke wilayah diversitas. Dalam pandangan studi agama, lebih-lebih dalam perspektif antropologi agama, agama-agama di dunia tidak ada yang sama. Dalam local practices dari ke enam dimensi tersebut, yang ada hanyalah keanekaragamaan. Tapi,  dengan muncul dan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya  martabat kemanusiaan (human dignity), maka para  tokoh agama-agama tersebut  juga menggarisbawahi   pentingnya General Pattern(atau, dalam bahasa Islam : Kalimatun sawa).

7.    Dalam kajian anthropologi di pahami bahwa makhluk sejenis manusia sudah ada sejah lebih dari satu setengah juta tahun yang lalu.Ini dibuktikan dari penggalian-penggalian di beberapa lokasi di dunia ini.Bahkan "temuan" perak Man di Malaysia mengatakan 1,8juta tahun yang lalu.Bagaimana dapat anda jelaskan dengan pemahaman ulama tentang asal usul manusia yang katanya dipahami dari kitab suci, yang nampaknya baru sekitar kurang dari 10.000 tahun yang lalu. Uraikan!.
Berdasarkan pada teori monogenesis Out of Africa yang mengatakan bahwa "manusia berasal dari satu wilayah dan induk yang sama". Maka Afrika ialah salah satu tempat yang dipercaya sebagai induk dari keseluruhan tumbuh kembang (asal-usul) manusia di muka bumi. Adalah James Watson dan Alan Wilson yang telah membutikan berdasarkan DNA manusia dari berbagai negara, dan menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia berasal dari Afria sejak 200.000 tahun silam. Termasuk nenek moyang China yang mengaku sebagai keturunan Kaisar Kuning berasal dari Afrika.
 Evolusi sendiri merupakan terminologi yang berasal dari biologi, yang menggambarkan fenomena asal usul adanya variasi spesies dan bagaimana manusia kemudian menjadi makhluk yang paling dominan di dunia saat ini. Evolusi merupakan suatu fenomena yang telah lama dikenal dalam bidang biologi. Fenomena yang berupaya dijawabnya tentunya adalah variasi dalam spesies dan juga dinamika variasi tersebut dari waktu ke waktu yang didapatinya melalui berbagai penemuan fosil.
Franz Dahler menguji kesahihan dari teori evolusi tanpa mengesampingkan doktrin suci agama. Aneka temuan fosil purbakala ada sesuatu yang diyakini sebagai jejak manusia primitive. Penyelidikan manusia menurut Dahler merupakan petualangan yang sangat menegangkan. Fosil pertama ditemukan di lembah Neandertal, Jerman tahun 1856. Lalu Eugene Dubois menemukan fosil yang lebih tua umurnya dari Neandertal di Trinil, Jawa Tengah. Penelitian terus dilakukan hingga sebuah misteri terpecahkan. Sampai pada Tahun 1944 di Afrika Timur ditemukan 2000 fosil Hominid (leluhur manusia). Para sarjana beranggapan bahwa manusia pertama adalah berasal dari afrika atau yang kita kenal sebagai teori Out Of Africa Theory. Artinya manusia modern berasal dari Afrika. Jadi secara genetik terbukti bahwa manusia-manusia purba seperti Neanderthal, Peking maupun manusia Jawa telah terputus, tidak sempat berevolusi dan digantikan manusia modern (Homo sapiens sapiens).
Para ahli Paleoanthropology mengkaji asal nenek moyang manusia modern, Teori Multiregional (Kontinyuitas regional) yang menyatakan bahwa evolusi manusia purba terjadi di banyak tempat secara independen. Proses terbentuknya spesies baru (speciation) terjadi akibat isolasi geografis pada suatu kelompok atau populasi yang kawin mawin secara terus menerus. Para penganut teori ini berkeyakinan bahwa adanya kontinyuitas evolusi manusia terekspresi tidak hanya dari bukti-bukti genetik, tetapi juga secara anatomis dan arkeologis. Sebagai contoh hidung manusia purba Eropa (Homo neanderthalensis) dipertahankan oleh manusia modern Eropa sebagai respon terhadap iklim Eropa, sedangkan tulang pipi yang tajam pada manusia Jawa purba (Homo erectus) dipertahankan oleh penduduk Aborigin Australia.
Paleantropologi terus melakukan eskavasi untuk menemukan sebuah misteri tentang manusia pertama. Beberapa premis telah kita ketahui, jika kita dapat menghitung sebuah gigi fosil manusia purba disitulah kita dapat menemukan berapa juta tahun umur mereka. Subjek ini merupakan salah satu terpenting yang dipelajari dalam Antropologi Ragawi. Begitupula tentang Missing Link yang belum pernah terpecahkan hingga saat ini.
Akhir-akhir ini Out Of Africa Theory terpecahkan dengan adanya teori baru yaitu Afrasia djijidae. Temuan terbaru kian menunjukkan keberadaan manusia primata berakar dari Asia, bukan Afrika sebagaimana yang selama ini disimpulkan. Berdasarkan hasil temuan fosil baru di wilayah Myanmar, Asia Tenggara, oleh sejumlah peneliti gabungan dalam tim internasional, nenek moyang manusia diduga lahir dari Asia dan bermigrasi ke Afrika jutaan tahun kemudian.
Fosil yang dinamai Afrasia djijidae ini menjadi langkah penting di dalam pembuktikan originalitas tanah asal manusia awal. Sebab, sampai 18 tahun yang lalu, manusia pertama masihlah fosil primata berumur 30 juta tahun yang ditemukan di Mesir, Afrika Utara. Baru mulai tahun 1990, ketika peneliti mulai menemukan fosil-fosil lain di China, yang ternyata hidup 37 sampai 45 juta tahun lalu. Empat buah gigi geraham yang diidentifikasikan sama dengan geligi milik fosil Afrotarsius libycus, yang ditemukan di wilayah Gurun Sahara di Libia. Baik sama dalam hal ukuran, bentuk, maupun umurnya.
Menurut Jean Jacques Jaeger, ahli paleontologi dari University of Poitiers, Prancis yang merupakan ketua tim peneliti, kesamaan ini mengacu pada kemungkinan bahwa kedua fosil merupakan jejak manusia primata yang datang atau berpindah ke Afrika dari Asia. Terlebih dalam pemeriksaan lebih lanjut, dikatakan Jaeger, secara karakteristik gigi Afrasia dari Myanmar itu lebih primitif daripada Afrotarsius dari Libia.
Para peneliti sependapat nenek moyang langsung kita adalah primata bipedal yang muncul di Afrika. Namun spesimen di Myanmar menggulingkan hipotesis. Sebuah spesimen primata bertanggal 37 juta tahun di rawa kuno Myanmar meminta rekonstruksi ulang pohon keluarga primata dengan hipotesis alternatif munculnya leluhur manusia berakar di Asia. Selama 18 tahun terakhir, fosil setiap antropoid awal ditemukan di Mesir bertanggal 30 juta tahun. Pada tahun 1990-an, para peneliti menemukan spesimen primata mungil berdating 37 juta hingga 45 juta tahun di Cina, Myanmar, dan negara Asia lainnya.
Antropoid mungkin benar-benar muncul di Asia dan bermigrasi ke Afrika beberapa juta tahun kemudian. Tetapi paleontolog tidak memiliki fosil untuk menunjukkan kapan dan bagaimana antropoid berjalan kaki dari Asia ke Afrika, kata Christopher Beard, paleontolog Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh, Pennsylvania. Pada tahun 2005, Beard dan tim internasional menemukan molar kernel seukuran popcorn. Gigi berdating 38 juta tahun milik spesies baru primata seukuran tupai kecil. 4 geraham antropoid primitif dinamai Afrasia djijidae.
Gigi primata di bawah mikroskop begitu serupa dalam ukuran dan bentuk, mungkin milik spesies yang sama. Kemiripan erat antara fosil antropoid Asia dan Afrika telah ditunjukkan sebelumnya. Namun, analisis lanjut melihat geraham Afrasia djijidae lebih primitif dibandingAfrotarsius libycus terutama tonjolan kecil di bagian belakang molar terakhir lebih rendah. Ciri-ciri primitif serta keragaman lebih besar dan usia dini atau induk antropoid di Asia dibanding Afrika menunjukkan keluarga ini muncul di Asia dan bermigrasi ke Afrika 37 juta hingga 39 juta tahun lalu.
Skenario Out of Asia mungkin kompleks. Tim mengusulkan lebih dari satu jenis antropoid yang bermigrasi dari Asia ke Afrika pada saat itu karena setidaknya ada 2 jenis antropoid awal hidup pada waktu yang sama dengan Afrotarsius libycus di Libya, namun mereka tidak terkait erat dengan Afrotarsius atau Afrasia.
Begitu mereka ke Afrika, Afrasia djijidae menemukan kondisi ideal yang subur dengan sedikit karnivora dan mengalami perkembangan evolusioner dengan cepat sehingga memunculkan sejumlah spesies baru. Peneliti lain sependapat jika kedua spesies baru primata dari Myanmar dan Libya memang antropoid awal.
Ada migrasi besar primata dan mamalia lain antara 2 benua pada saat itu, tapi tidak mudah untuk menyeberang Laut kuno Tethys yang membagi Afrika dan Asia. Dan bagi manusia menunjukkan akar terdalam primata dari Asia, bukan Afrika. Kesamaan antar spesies terletak pada hanya 4 geraham Afrasia, meskipun gigi adalah cara yang paling handal untuk mengukur keterkaitan. Dan beberapa peneliti belum yakin bahwa Afrotarsius di Libya adalah antropoid dan bukan leluhur tarsius, primata bukan antropoid. “Kita semua telah mendengar Out of Afrika asal-usul manusia. Sekarang kita berpikir ada migrasi Out of Asia ke Afrika pertama,”

8.    Dalam memahami agama ada dimensi polotik. Jelaskan pemahaman anda tentang dimensi tersebut seirama dengan perkembangan dan "kemunduran agama".
Islam pernah mencapai puncak kejayaan, ilmu pengetahuan, industry, perpolitikan dan peradaban, namun dalam pembahasan ini penulis lebih berfokus pada kebangkitan Islam dari kemundurannya di periode modern. Periode modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi Dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan.
Kemunduran perpolotikan Islam bermula ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18, Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran, karena tidak hanya mendapat serangan dari kerajaan Turki, tetapi juga mendapat serangan dari kalangan Dinasti yang tunduk pada Safawiyah yang ingin merdeka, yaitu berturut-turut Raja Afganistan, sehingga pada tahun 1722 M berhasil menduduki Asfahan, kemudian disusul oleh serangan Dinasti Zand yang pada tahun 1750 M berhasil menguasai seluruh Persia. Maka berakhirlah kekuasaan kerajaan Safawi di pertengahan abad ke-18.
Kerajaan Mughal juga dilanda kemunduran, tepatnya pada pemerintahan setelah Aurangzeb, yaitu mendapat serangan dari masyarakat Hindu. Diantaranya pemberontakan Sikh yang dipimpin oleh Guru Tegh Mahabur Dean, guru Gobind Singh. Pada awal abad ke-19 M kerajaan Mughal hancur di tangan Inggris yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India.
Kekuatan Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan tinggal kerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi yang terakhir ini pun terus mengalami kemunduran-demi kemunduran, sehingga dijuluki sebagai the sick man of Europe, orang sakit dari Eropa. Dalam periode kerajaan Usmani peradaban Islam mendapat perlawanan dari dua arah, yaitu dari dalam, berupa perlawanan dari orang Islam sendiri, dan dari luar, berupa serangan balik dari Eropa khususnya kerajaan kristen.
Dari dalam, kerajaan Usmani dilanda konflik antara penguasa Turki dan perlawanan dari daerah kekuasaannya yang menuntut merdeka, seperti Mesir dan negara Arablainnya. Karena pada waktu itu Turki dipandangnya bukan sebagai Khalifah yang melindungi Islam, tetapi tidak lebih sebagai kerajaan yang hanya mementingkan kekuasaan, bahkan kehidupan dalam Istana tidak kelihatan corak keislamannya, yang ada hanyalah kemewahan. Sehingga dengan demikian pecahlah peperangan dengan kerajaan Safawiyah yang berkepanjangan sampai runtuhnya Usmani secara total. Di antara peperangan itu adalah peperangan yang memperebutkan wilayah Irak pada abad ke-18, ada yang berpendapat peperangan itu merupakan peperangan ideologis antara Sunni dan Syiah. Kemerosotan Kesultanan Turki Usmani semakin cepat setelah mendapat serangan dari Dunia Barat, sehingga daerah kekuasaannya satu persatu jatuh kembali ketangan kristen. Dapat kita simpulkan bahwa kelemahan kerajaan-kerajaan Islam tersebut telah menyebabkan Eropa dapat menguasai, menduduki dan menjajah negerinegeri Islam dengan mudah.
Benturan demi benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama merasakan hal itu diantaranya, Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki banyak Belajar dari Eropa. Pada pertenganahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan.
kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan yang berdasar atau yang sesuai dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai implikasi kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan sebutan gerakan pembaharuan.
Gerakan pembaharuan itu muncul karena dua hal, yaitu; PertamaTimbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran tersebut bertentangan dengan semangat ajaran Islam yang sebenarnya, sepert bid’ah, khurafat dan takhyul. Ajaran inilah yang menyebabkan Islam menjadi mundur. Oleh karena itu, mereka bangkit membersihkan Islam dari ajaran atau paham tersebut. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi, yaitu; Gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad ibn Abdul al-Wahhab (1703-1787 M) di Arabia, Grakan Syah Waliyullah (1703-1762 M) di India dan Gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair.
Kedua Pada periode ini Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu, mereka bangkit  dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power. Adapun langkah yang diambil berupa pengiriman para pelajar Muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan menerjemahkan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam. Gerakan pembaharuan itu kemudian memasuki Dunia politik.
Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (persatuan Islam sedunia) yang mula-mula didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh Jamaluddin al-Afghani (1839-1897 M). Al-Afghani adalah orang pertama yang menyadari akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia memperingatkan Dunia Islam akan hal itu dan melakukan usaha-usaha untuk pertahanan. Menurutnya, umat Islam harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah panji bersama. Disamping itu, ia juga membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai bapak Nasionalisme dalam Islam.
Akhirnya gagasan Pan-Islamisme menjadi redup ketika al-Afghani tidak didizinkan berbuat banyak di Istambul oleh Sultan Kerajaan Usmani, Abdul al-Hamid II (1876-1909 M) karena dianggapnya menjadi duri bagi kekuasaan sultan dan kalahnya Turki Usmani bersama sekutunya, Jerman dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung gagasan nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan.
Di Mesir, benih-benih gagasan nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi (1801-1873 M) dan Jamaluddin al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini di Mesir adalah Ahmad Urabi Pasha.
Di bagian Arab lainnya lahir gagasan nasionalisme Arab yang segera menyebar dan mendapat sambutan baik, sehingga nasionalisme terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Demikian ini yang terjadi di Mesir, Syiria, Libanon, Palestina, Iak, Hijaz, Afrika Utara, Bahrein dan Kuwait. Semangat persatuan Arab ini diperkuat pula oleh usaha Barat  untukmendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab dan di negeri yang mayoritas dihuni Arab.
Di India, gagasan Pan-Islamisme dikenal dengan gerakan khilafat. Syed Amir Ali (1848-1928 M) adalah salah seorang pelopornya. Namun gerakan ini akhirnya pudar, yang populer adalah gerakan nasionalisme yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Gagasan nasionalisme ini pun akhirnya ditinggalkan berubah menjadi Islamisme. Benihbenih gagasan Islamisme dilontarkan oleh Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M), kemudian mengkristal pada masa Iqbal (1876-1938 M) dan Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M).
Sedangkan di Indonesia, partai politik besar yang menentang penjajahan adalah Sarekat Islam (SI), didirikan tahun 1921 di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Partai ini merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911. Kemudian berdirilah partai-partai politik lainnya, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), didirikan oleh Sukarno (1927), Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru), didirikan oleh Mohammad Hatta (1931), Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) yang menjadi partai politik tahun 1932, dipelopori oleh Mukhtar Luthfi. Demikianlah gagasan-gagasan nasionalisme dan gerakan-gerakan untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajah Barat yang kafir juga bangkit di negeri-negeri Islam lainnya.
Mencermati akselarasi kebangkitan Dunia Islam pada masa yang akan datang, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama Tantangan yang dihadapi oleh Dunia Islam, diantaranya adalah gerakan kristenisasi yang digarap secara besar-besaran dalam Dunia Islam, khususnya yang terkatagori melarat. Gerakan zionisme yang mendapat dukungan politik dan dana dari Dunia Barat kapitalisme dan komonisme yang seringkali berkolaborasi dengan elite militer yang sedang berkuasa dan sekularisme yang mengarap Dunia Islam melalui gerakan pemikiran dan intelektual. Gejala ini dapat dilihat dalam kebijakan negara yang memarginalkan kelompok elite agama dalam pemerintahan. Dan dapat pula dilihat semakin banyaknya sarjana Muslim (IAIN) ke Dunia Barat dengan harapan mende-islamisasikan masyarakat secara pemikirannya. Keduakelemahan Dunia Islam, diantaranya, lemahnya pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta lemahnya pengusaan terhadap Islam itu sendiri, misalnya banyaknya umat Islam yang belum bisa menguasai pemahaman al-Qur’an, bahkan banyak pula yang buta huruf membaca al-Qur’an. Pertanyaannya, bagaimana Islam bisa bangkit kalau memahami ajaranya saja kurang sempurna. Inilah masalah yang dihadapi umat Islam pada zaman sekrang ini. Ketiga, Salahnya Dunia Barat dalam memahami Islam, sebab mereka memahami Islam bukan dari sumbernya tetapi dari prilaku-prilaku pemeluk Islam yang salah pula. 
Tetapi sekarang ini ada kecenderungan Dunia Barat lebih obyektif melihat Dunia Islam, sebab orang Barat sendiri sudah bosan dan muak melihat budayanya yang serba materialistis, tidak mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan. Dari sinilah mereka mulai tertarik mempelajari Islam tanpa apriori. Kenyataan ini banyak dibuktikan banyaknya orang Barat yang masuk Islam, baik dari kalangan budayawan maupun lainnya.
Pendek kata kebangkitan Dunia Islam akan lahir apabila pemahaman dan komitmen terhadap ajaran Islam merata di kalangan masyarakat Islam, sehingga dalam diri mereka tersimpul  keinginan untuk mengaktualkan Islam dalam pentas kehidupan bernegara. Hal lain yang tak kalah penting adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa dua kriteria itu tidak mungkin lahir kebangkitan Islam kembali.

9.    Bagaimana fenomena ekonomi dapat dikaitkan dengan kehidupan beragama, uraikan!.
Secara teoritis terdapat tiga aliran besar dalam system perekonomian, yaitu; sitem kapitalisme, sosialisme, dan paradigma ekonomi Islam. Dalam operasionalnya, ekonomi Islam mempunyai karasteristik dan landasan yang berbeda dengan sistem kapitalisme dan sosialisme.
Sistem  perekonomian kontemporer hanya terkonsentrasi terhadap peningkatan utility dan nilai-nilai materialisme sesuatu tanpa menyentuh nilai-nilai spiritualisme dan etika kehidupan masyarakat. Sistem kapitalisme memisahkan intervensi agama dari perbagai kegiatan dan kebijakan ekonomi, padahal pelaku ekonomi merupakan penggerak utama bagi perkembangan peradaban dan perekonomian masyarakat. Akhirnya, kehidupan ekonomi masyarakat terbebas dan koridor agama, sehingga kebijakan individualah yang berperan dalam pengembangan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, Dengan demikian, terbentuklah individu-individu yang bersifat individualistik dan materialistik.
Dalam konsep ekonomi Islam terdapat dialektika antara nilai-nilai spiritualisme dan materialisme. Berbagai kegiatan ekonomi, khususnya transaksi harus berdasarkan keseimbangan dan kedua nilai tersebut. Hal ini menunjukan sebuah konsep ekonomi yang menekankan nilai-nilai kebersamaan dan kasih sayang di antara individu masyarakat. Konsep dialektika tersebut juga kita temukan dalam rukun Islam. Di samping kita diperintahkan untuk mengakui ke-Esaan Allah Swt, membenarkan risalah Muhammmad Saw dan mengerjakan shalat, kita juga diperintahkan untuk membayar zakat atas harta kekayaan yang telah mencapai nisbah. (ketentuan). Karena dalam konsep zakat, terdapat nilai-nilai spiritualisme dan materialisme, yaitu zakat merupakan ibadah yang berdimensi social.
Dalam konsep zakat kita temukan suatu proses pensucian diri dan nilai-nilai kekikiran dan individualistik, di samping mengandung nilai ibadah. Selain itu, zakat merupakan salah satu instrumen dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta merupakan sumber dana jaminan sosial. Dengan zakat, kebutuhan pokok masyarakat akan terpenuhi. Sehingga aggregate demand yang ada tetap terjaga dan dapat menggairahkan sektor produksi. Melalui konsep zakat, dapat clirasakan adanya harmonisasi nilai spiritual dan material hagi kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Kebebasan Berekonomi dalam Islam, tidak menafikan intervensi pemerintah, Kebijakan pemerintah merupakan sebuah keniscayaan ketika perekonomian dalam kondisi darurat, selama hal itu dibenarkan secara syar’i. Intervensi harus dilakukan ketika suatu kegiatan ekonomi berdampak pada kemudharatan bagi kemaslahatan masyarakat. Intervensi juga harus diterapkan ketika pasar tidak beroperasi secara normal akibat penyimpangan mekanisme pasar, seperti halnya kebijakan pemerintah dalam memberantas monopoli (false demand and supply) dan mekanisme pasar, itu tetap dibenarkan kepemilikan individu dan kebebasan bertransaksi sepanjang tetap dalam koridor syaniah. Kebebasan tersebut akan mendorong masyarakat untuk beramal dan berproduksi demi tercapainya kemaslahatan hidup bermasyarakat.
Kepemilikan harta dalam Islam hanyalah milik Allah semata, manusia hanyalah merupakan wakil Allah dalam rangka memakmurkan dan mensejahterakan bumi. Kepemilikan manusia merupakan derivasi kepemilikan Allah yang hakiki. Untuk itu, setiap langkah dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh manusia untuk memakmurkan alam semesta tidak holeh bertentangan dengan ketentuan yang digariskan oleh Allah Yang Maha Memiliki.
Meskipun kepemilikan Allah merupakan kepemilikan murni dan hakiki,  harta yang dimiliki oleh manusia, tetapi manusia diberi kebebasan untuk memberdayakan, mengelola, dan memanfaatkan harta benda sebagaimana yang telah disyariatkan. Adapun kepemilikan manusia terhadap sumber daya alam terbagi menjadi kepemilikan individu dan kepemilikan publik (private and public property).
Kemaslahatan bagi individu dan masyarakat merupakan hal terpenting dalam kehidupan ekonomi, Hal inilah yang menjadi karakteristik ekonomi Islam, di mana kemaslahatan individu dan bersama harus saling mendukung. Dalam arti, kemaslahatan individu tidak boleh dikorbankan demi kemaslahatan bersama dan sebaliknya. Dalam mewujudkan kemaslahatan kehidupan bersama, negara rnempunyai hak intervensi apahila terjadi eksploitasi atau kezaliman dalam mewujudkan sebuah kemaslahatan. Negara harus bertindak jika terjadi penyimpangan operasional yang merugikan hak-hak kemaslahatan.
Untuk mengatur dan menjaga kemaslahatan masyarakat, diperlukan sebuah instansi yang mendukung. Al-Hisbah merupakan instansi keuangan dalam pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai pengawas atas segala kegiatan ekonomi, Lembaga tersebut bertugas untuk mengawasi semua infrastruktur yang terlibat dalam mekanisme pasar. Apabila dalam mekanisme terjadi penyimpangan operasional, maka Al-Hisbah berhak melakukan intervensi. Selain itu Allah mempunyai wewenang untuk mengatur tata letak kegiatan ekonomi disamping diwajibkan untuk  menyediakan semua fasilitas kegiatan ekonomi demi terciptanya kemaslahatan hidup bersama.
Lembaga zakat merupakan sebuah kelaziman bagi terciptanya bangunan ekonomi Islam. Institusi zakat merupakan elemen yang berfungsi untuk menampung dana zakat dan para muzakki (pembayar zakat). Institusi zakat mempunyai otoritas penuh dalam pengelolaan dan pendistribusian dana zakat, di samping mempunyai wewenang untuk menarik zakat dan para muzakki dan berkewajiban untuk mendistribusikannya kepada mustahiq (yang berhak menerima zakat).
Dari karakteristik dasar yang telah diuraikan di atas merupakan elemen utama yang membedakan konsep ekonomi Islam dengan ekonomi kontemporer dapatdiselaraskan dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam itu secara garis besar, yaitu; Pertama Berbagai jenis sumber daya dipan dang sebagai pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan bersama di dunia, Kedua Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu diatasi oleh kepentingan masyarakat, dan kedua. Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah, apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat. Ketiga Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. Seorang Muslim, apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya. Keempat Kepemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan sistem ekonomi kapitalis, kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali indu stri yang merupakan kepen tingan umum. Kelima Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunah Rasulullah yang menyatakan bahwa, “Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api.” Sunnah Rasulullah tersebut menghendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya dengan produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan, harus dikelola oleh Negara demikian pula keperlan bahan bakar dalam negen dan industri tidak boleh dikuasai aleh individu. Keenam Seorang Muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan, perda gangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan. Ketujuh Seorang Muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu (nisab) diwajibkan membayar zakat. Kedelapan Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemenintah ataupun institusi.

10.    Coba prediksi, akan bagaimana kira-kira masa depan agama-agama di dunia. Aspek apa yang (mungkin) ditinggalkan, atau bagaimana lanjutannya? Detailkan.
Kitab  Suci  Qur'an  berisikan  ramalan-ramalan  yang  pasti tentang masa depan Islam dan pengikutnya, salah  satu  dari  ramalan-ramalan  mengenai masa depan orang-orang Islam. Menjamin  orang-orang  Islam  di  suatu masa  akan mendapatkan kebebasan beragama "Tuhan menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan perbuatan baik bahwa mereka akan diberi warisan kekuasaan di muka bumi sebagaimana  telah  diberikan kepada  orang-orang  yang sebelum mereka dan akan diteguhkan kedudukan Agama mereka yang telah  disukai  oleh  Tuhan  dan akan  menukar  keadaan mereka sesudah ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka  menyembah  Aku  dan  tidak  mempersekutukan barang sesuatu dengan Daku. Barang siapa yang ingkar sesudah itu merekalah orang-orang yang jahat."
Pada waktu ramalan-ramalan ini dikeluarkan pengikut-pengikut Islam  hanya  sebagian  kecil penduduk Al Hijaz. Ramalan itu dikeluarkan, kira-kira pada tahun kelima setelah Hijrah pada saat   orang-orang  Islam  beberapa  ribu,  melawan  seluruh penduduk Hijaz dan jazirah Arab. Tak seorang pun dari  orang Islam  pada  waktu  itu merasa aman, juga tidak mereka dapat melaksanakan  Agama   mereka   dengan   bebas.   Tidak   ada  tanda-tanda  yang menunjukkan bahwa minoritas itu akan terus hidup melihat adanya kebencian dan perlawanan yang sedemikian, juga tidak dapat diramalkan masa depan dari agama baru ini. Meskipun  kenyataannya  demikian,  ramalan dilahirkan dengan jelas dan dalam bentuk mutlak.
Ramalan-ramalan   selanjutnya   diberikan   pada   ayat-ayat selanjutnya  yang  meramalkan  kejayaan  Islam dan kekalahan dari penentang-penentangnya "Mereka bermaksud hendak  memadamkan  Cahaya  (Agama)  Tuhan dengan  mulut  mereka,  tetapi  Tuhan  tetap  menyempurnakan Cahaya-Nya, biarpun orang-orang yang tiada beriman itu merasa benci."
"Dialah  yang  mengutus Rasul-Nya membawa pimpinan yang benar dan  agama   kebenaran,   supaya   dapat   mengatasi   agama seluruhnya,  biarpun  orang-orang yang mempersekutukan Tuhan itu tiada merasa senang."
Ayat pertama meramalkan bahwa musuh-musuh Islam  tidak  akan berhasil  memadamkan  cahaya  Tuhan,  juga mereka tidak akan  dapat merlntangi pertumbuhannya. Tuhan akan  membuat  CahayaNya,  Islam,  sempurna,  meskipun musuh-musuhnya  akan  menentangnya.  Mereka  akan membantah, menentang, menyerang dan menyerahkan seluruh akal mereka dan kekuatan materi mereka, menetapkan untuk menggagalkan Islam, tetapi kesemuanya, tidak akan  memadamkan  cahayanya  juga tidak akan mencegah untuk menjadi sempurna.
Kedua   ayat  di atas meramalkan  benar  dan  kemenangan  Islam terhadap musuh-musuhnya. Ketika  ramalan-ramalan  ini  dilahirkan,   sebagian   kecil masyarakat  Islam  berlindung  pada  orang-orang musyrik dan musuh-musuhnya yang  lain,  di  jazirah  Arab.  Setelah  itu berlindung   pada   Parsi   (penduduk   negeri   Iran)   dan kerajaan-kerajaan Rum (Bizantine).
Masing-masing kekuatan ini jauh lebih besar dan  lebih  kaya  dari  orang-orang  Islam. Kerajaan Parsi dan Rum (Byzantine) adalah kekuatan-kekuatan yang terkemuka di dunia. Ini akan memenuhi secara sempurna arti dari ramalan.
Ramalan non muslim akan masa depan agama. Dalam ramalan ‘Alkitab’ dikatakan pada masa akhir umat manusia, setelah negara Israel bangkit kembali, Sang Penyelamat Mesias akan turun ke dunia. Dalam kitab Buddhisme Timur juga dikatakan, saat bunga Udumbara bermekaran, Buddha Maitreya, Buddha masa depan telah turun ke  dunia menyelamatkan makhluk hidup secara universal. Sekarang, semua ramalan saling bermunculan, apakah Sang Penyelamat Timur dan Barat telah datang ke dunia. 
Dalam kitab suci Buddha dan ‘Alkitab’ semua mengatakan pada masa akhir bencana akan ada Juru Selamat turun ke dunia untuk menyelamatkan makhluk hidup. Kitab Buddha percaya bahwa pada masa akhir Dharma, Buddha Maitreya akan turun ke dunia menyelamatkan makhluk hidup, dan ‘Alkitab’ mengatakan ketika kiamat mendekat, akan ada Mesias turun ke dunia menyelamatkan makhluk hidup.
Jika kitab Buddha dan ‘Alkitab’ dapat dipercaya, maka akan ada dua penyelamat umat manusia muncul dalam umat manusia, kecuali Maitreya yang disebut dalam kitab Buddha juga ada Mesias yang disebut dalam ‘Alkitab.’
Sebuah kontribusi yang penting dari seorang Great Masters, sarjana Buddha dan penerjemah terkenal Ji Xian Lin beserta pengikutnya Profesor Qian Wenzhong menemukan adanya hubungan antara agama Buddha dan Kristen. Disebutkan bahwa "Buddha Maitreya, Buddha masa depan dalam aliran Buddha dan Mesias Sang penyelamat dalam agama Kristen adalah orang yang sama."
Menurut penelitian Profesor Qian Wenzhong dari Fudan University Shanghai China, pada sekitar 1.000 tahun SM, di wilayah Asia Barat, Afrika Utara, Asia Kecil, termasuk wilayah luas Mesopotamia dan Mesir, secara populer beredar kepercayaan akan Sang Juru Selamat masa depan. Mesias dalam agama Yesus adalah seperti sebuah representatif kepercayaan terhadap Sang Juru Selamat.
Kepercayaan seperti ini dalam Alkitab ‘Perjanjian Lama’ telah ada. Juga seperti kepercayaan Maitreya di India, dalam komunitas akademik telah dikonfirmasi, itu berkaitan erat dengan kepercayaan Juru Selamat di seluruh dunia dan satu sama lain juga saling mempengaruhi.
Kepercayaan Maitreya di India merupakan sebuah bagian integral dari kepercayaan akan Sang Juru Selamat. Dengan istilah yang paling sederhana dapat dikatakan, mengapa Maitreya adalah Buddha masa depan dan Juru Selamat masa depan. Ini karena Ia memiliki akar di India dan juga memiliki akar seluruh dunia atau akar dari dunia kuno yang lebih luas, dan adalah sebuah bagian kepercayaan Mesias yang paling populer.
Dalam bahasa China dari mana asal kata Maitreya? Sebenarnya hal ini mengandung sebuah misteri besar dalam peradaban manusia. Menurut pendapat sebuah artikel penelitian Kumpulan Artikel Ji Mu Lin Volume XII “Metteyya dan Maitreya,” pada awal buku asli dari kitab suci Buddhis sebagian besar adalah ‘buku Hu’ dan ditulis dengan bahasa Asia Tengah dan Xinjiang kuno, bukan bahasa Sansekerta India yang standar.
Oleh karena itu, "Maitreya" kemungkinan diterjemahkan langsung dari kata Metrak atau Maitrak bahasa Tocharian Xinjiang. Kata ini ada hubungannya dengan kata Maitri (kasih sayang, cinta kasih) bahasa Sansekerta,  oleh karena itu "Maitreya" juga diterjemahkan sebagai "Cheshire." Pada awal setelah Han di China, periode Tiga Kerajaan, kata "Maitreya" dan "Cheshire" (Bodhisattva) muncul secara bersamaan dalam materi-materi ajaran Buddha bahasa China terjemahan.
Memang demikian, baik dari waktu dan pandangan luas Maitreya berada di luar lingkup agama Buddha. Di China, yang pertama dipercayai oleh orang-orang, bukan Bodhisattva Kwan Im, juga bukan Amitaba, akan tetapi adalah Buddha Maitreya.
Orang-orang menemukan bahwa sejak awal kepercayaan Maitreya adalah sebuah konsentrat peradaban yang sangat baik dari budaya manusia di seluruh dunia, selain itu dalam agama Buddha tidak dapat ditemukan Bodhisattva kedua atau yang memiliki latar belakang internasional dan budaya yang bagitu luas dan mendalam. Maitreya, dalam bahasa Sansekerta disebut metteya, dalam bahasa Pali disebut metteya, orang yang bisa berbahasa Mandarin begitu mendengar sudah tahu itu sama sekali tidak terkait dengan kata ucapan Maitreya.
Master Xuan Zang pada dynasti Tang menemukan masalah ini, karena itu Xuan Zang mengatakan telah salah dalam penerjemahan, harus diterjemahkan sebagai ‘Mei Dan Liya.’ Namun, orang-orang tidak menerima pendapat biarawan Xuan Zang yang tinggi ini, masih sepakat dengan kata umum Maitreya. Lama-kelamaan kata ‘Mei Dan Liya’ menjadi paten pribadi Xuan Zang.

Dewa yang ditunggu-tunggu orang Barat disebut ‘Mesias,’ dalam bahasa Inggris disebut Messiah, diterjemahkan dari kata Masiah bahasa Ibrani (terkadang ditulis sebagai mashiach). Dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai christos ‘diurapi,’ dari sini muncul kata ‘Kristus’ (Christ). Pada dasarnya ‘Mesias’ dan ‘Kristus’ memiliki arti yang sama. Pengarang ‘Perjanjian Baru’ menyamakannya dengan kata Mesias bahasa Yahudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar