Total Tayangan Halaman

Senin, 07 November 2016

Teori dan Prosisi Peusijuk Sebagai Ciri Adat Masyarakat Aceh

Pada masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam, adat istiadat telah memberikan tempat yang istimewa dalam perilaku sosial dan agama. Hal ini dibuktikan dengan ungkapan “Hukom ngon Adat Hanjeut cre Lagee zat Ngon Sifeut”. artinya adat dengan hukum syariat Islam tidak dapat dipisahkan (sudah menyatu) seperti zat dengan sifatnya. Diumpamakan seperti kuku dengan daging, sehingga kaidah Islam sudah merupakan bagian daripada adat.
Akan tetapi adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam sebelumnya banyak terdapat pengaruh Hindu. Hal ini terlukiskan pada zaman dahulu tatkala Aceh sebagai tempat persinggahan lalu lintas pelayaran internasional, dalam rangka hubungan perdagangan bahkan ada yang sampai menetap di Aceh.
Masuknya pengaruh Hindu ke dalam kebudayaan dan adat istadat Aceh, disebabkan kapeusijuek (tepung tawari), upacara boh gaca, (memberi inai), kanduri blang (syukuran ke sawah), upacara peutron aneuk (turun anak) dan lain-lain dianggap bagian dari unsur budaya Hindu yang tidak pernah luntur dalam kehidupan masyarakat Aceh saat ini. Namun sejak masuknya Islam ke bumi Serambi Mekkah, upacara / kepercayaan tersebut telah disesuaikan dengan nuansa keIslaman. Segala sesuatu pekerjaan dimulai dengan bismillah dan doa selamat serta shalawat nabi.
rena pernah terjadi suatu hubungan yang luas antara Aceh dan India pada masa lampau. Sehingga ada beberapa kepercayaan dari masyarakat Aceh seperti
Upacara Peusijuek disebut juga tepung tawari. Pada masyarakat Aceh upacara ini dianggap upacara tradisional simbolik dari permohonan keselamatan, ketentraman, kebahagiaan, perestuan dan saling memaafkan. Hampir sebahagian adat Aceh adanya prosesi upacara peusijuek. Seperti upacara perkawinan, sunat rasul, peusijuek meulangga (perselisihan), peusijuek pada bijeh (tanam padi),peusijuek rumah baroe (rumah baru), peusijuek peudong rumoh (membangun rumah), peusijuek keurubeuen (hari raya kurban), aqiqah anak, peusijuek kenderaan (roda dua dan empat), peusijuek jak haji (naik haji), peusijuek puduk batee jeurat (pemasangan batu nisan bagi yang telah meninggal). Peusijuek Juga di lakukan tatkala adanya pergantian seorang pemimpin dari perangkat desa sampai gubernur bahkan setiap ada tamu kebesaran daerah juga adanya prosesi upacara peusijuek.
Biasanya dalam pelaksanaan upacara peusijuek dihadirkan seorang Tengku (ulama) atau atau orang yang dituakan (Majelis adat) sebagai pemimpin upacara. Hal ini dilakukan karena dianggappeusijuek yang dilakukan salah satu unsur tersebut memperoleh keberkatan dan setelah selesai upacara peusijuek adakalanya diiringi dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tengku untuk mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT.
Macam-Macam Upacara Peusijuek
1. Peusijuk Meulangga Apabila terjadi perselisihan di antara penduduk, misalnya antara A dan B ataupun antara penduduk gampong (desa) A dengan penduduk gampong B serta perselisihan ini mengakibatkan keluar darah, maka setelah diadakan perdamaian dilakukan pula peusijuek. Peusijuek ini sering disebut dengan peusijuek meulangga. Pada upacara itu juga sering diberikan uang, yang disebut sayam (uang damai) yang jumlahnya menurut kesepakatan. Apabila perselisihan terjadi seperti tersebut di atas, tetapi tidak mengeluarkan darah, misalnya perkelahian, perdamaian dan upacara peusijuek dilakukan juga, tetapi tidak diberikan uang.
Pada peusijuek Meulangga alat-alat yang dibutuhkan seperti dalong, bu leukat, teumpo / u mirah, breueh pade, on sisijeuk, on manoe, naleueng sambo (ketiga-tiga diikat menjadi satu), teupong taweue, glok / cuerana, sangee dan ija puteh. (jika mengeluarkan darah). Biasanya apabila mencapai kesepakatan damai antara kedua belah pihak, ikatan keluarga yang terjadi perselisihan akan menjadi kuat bahkan telah dianggap sebagai sanak saudara.
2. Peusijuek Pade Bijeh Acara peusijuek pade bijeh ini dilakukan oleh petani terhadap padi yang akan dijadikan benih (bibit) sebelum penyemaian di sawah. Tujuan daripada peusijuek ini mengandung harapan agar bibit yang akan ditanam mendapat rakhmat Allah SWT, subur dan berbuah banyak.
Perangkat alat dan bahan yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah : on gaca, bak pineung, on kunyet, on nilam, on birah, naleueng sambo, sira, saka, boh kuyuen dan minyeuk ata. Peranannya adalah sebagai berikut : – On gaca (daun pacar), sifatnya tahan panas dan tahan dari segala penyakit, sedangkan maknanya adalah agar benih padi yang akan ditanami kuat dan tahan dari segala gangguan hama, seperti halnya daun pacara tersebut. – Bak pineueng (pohon pinang), sifat asalnya tumbuh tegak dan kuat. Maknanya ialah agar benih padi tersebut akan tumbuh tegak dan kuat seperti halnya pohon pinang. – On kunyet (daun kunyit), sifat asalnya tahan dari penyakit. Warnanya kuning dan buahnya bersih, maknanya ialah agar benih padi tersebut tahan dari segala serangan penyakit dan tumbuh subur seperti kunyit. – On nilam (daun nilam), sifat asalnya apabila dibuat minyaknya harum sehingga orang banyak yang senang. Maknanya ialah agar padi tersebut memiliki bentuk daun nilam, buah padinya tumbuh subur. – On birah (daun keladi), daunnya yang berwarna hijau dan tahan hujan, maknanya agar benih padi yang akan ditanam menjadi seperti daun keladi tersebut dan tahan dari gangguan hama. – On naleueng sambo (daun rumput panjang), sifatnya kokoh dan teguh, akarnya kuat, sehingga tahan dari segala penyakit. Maknanya agar benih padi tersebut memiliki daya tahan dari gangguan serangan penyakit. – Sira (garam). Sifat sira adalah asin dan dapat menghancurkan bibit penyakit. Maknanya adalah agar benih padi yang disemai memiliki sifat seperti garam, yaitu dapat menghancurkan penyakit yang hinggap pada padi, sehingga tumbuh dengan subur. – Saka (gula). Sifat saka adalah manis. Maknanya adalah agar padi yang akan disemai dapat memberikan manfaat bagi orang yang menyemainya. – Boh kuyuen (jeruk nipis) ; minyeuk ata (minyak wangi) dicampurkan dengan air putih sehingga menjadi harum. Maknanya ialah benih padi itu diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir, memerlukan wangi-wangian. Orang-orang yang menciumnya akan merasa senang dan segar. Demikian juga halnya dengan benih padi yang diperlakukan seperti bayi, supaya tumbuh subur dan banyak orang yang senang melihatnya. – Asap keumeunyan (kemenyan), dibakar ketika padi menjelang direndam. Maknanya adalah agar padi dapat hidup dengan leluasa dan sempurna serta cepat berbuah.
Peusijuk menggunakan beberapa bahan yang memiliki makna tersendiri dalam adat peusijuk tersebut, seperti :
• Campuran air dan tepung tawar yang bertujuan agar sesuatu yang terkena percikan air tersebut tetap dalam kesabaran dan ketenangan. Seperti air campuran tersebut yang terus terasa dingin.
• Beras dan padi yang bertujuan agar dapat subur, makmur, semangat. Seperti taburan beras padi yang begitu semarak berjatuhan.
• Dedaunan yang dipakai untuk peusijuk, yaitu on manek, manou dan naleung sambo yang bertujuan melambangkan suatu ikatan yang terwujud dalam kesatuan hidup bermasyarakat. Seperti beberapa jenis dedaunan yang berbeda yang bersatu dalam suatu ikatan.
• Ketan yang bermakna sebagai lambang persaudaraan. Seperti halnya ketan yang selalu melekat dengan bahan lainnya.
3. Peusijuk Tempat Tinggai Setiap orang yang mendiami rumah baru, kebiasaannya dilakukan upacara peusijuek. Pelaksanaannya oleh beberapa orang terdiri dari tiga, lima orang dan seterusnya dalam jumlah ganjil. Upacara ini dimaksudkan untuk mengambil berkah agar yang tinggal di tempat ini mendapat ridha Allah mudah rezeki dan selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Pada upacara ini alat-alat yang digunakan adalah ; dalong, bu leukat, tumpo / u mirah, breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo (ketiga yang terakhir di ikat menjadi satu), glok dan sangee.
4. Peusijuk Peudong Rumoh Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, kegiatan membangun rumah selalu dipilih pada hari baik. Demikian juga dalam memilih bahan-bahan rumah yang dianggap baik. Selanjutnya, membangun rumah atau sering disebut peudong rumoh diawali dengan upacara peusijuek. Yang di peusijuek biasanya adalah tameh (tiang) raja, dan tameh putroe serta tukang yang mengerjakannya (utoh) agar ia diberkati oleh Allah SWT. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk upacara peusijuek ini adalah : dalong, bu leukat, breueh pade, teupong taweue, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, ija puteh dan ija mirah, glok dan sangge.
5. Peusijuk Keurubeuen Bagi orang Islam yang mampu, sering memberikan kurban pada hari raya sesuai dengan hukum agama. Seekor hewan kecil (kambing atau domba) cukup untuk korban bagi seorang, sedangkan tujuh orang secara bersama-sama memberi korban seekor hewan besar (sapi). Perangkat yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah sebagai berikut : dalong, boh manok meuntah, teupong taweue, breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin cuko, gincu (lipstik), boh kayee (buah-buahan), tirai peunahan matahari, dan ija puteh (kain putih). Semua bahan, termasuk alat-alat adalah untuk merapikan tubuh domba oleh penyembelih (jagal) dipakai menurut kegunaannya masing-masing.
Menurut keyakinan masyarakat Aceh, bahan-bahan tambahan yang dipersiapkan untuk peusijuek tersebut seperti minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin cuko, gincu, boh kayee, tirai peunahan matahari, dan ija puteh. Mempunyai makna dan fungsi di hari akhirat kelak. Di mana hewan yang diperuntukkan untuk korban tadi nantinya akan menjadi kenderaan di hari akhirat kelak dan fungsi dari bahan-bahan tersebut sebagai hiasan kenderaan.
6. Peusijuk Kendaraan Apabila seorang yang baru memiliki kendaraan ataupun angkutan lainnya, maka diadakan peusijuek. Hal ini dimaksudkan supaya kendaraan yang dipakai akan terhindar dari kecelakaan. Yang melaksanakannya satu orang atau pun tiga orang.

Perlengkapan Upacara Peusijuek

Adapun perlengkapan pada acara Peusijuek sebagai berikut :
1. Dalong
Pada masyarakat Aceh, dalong mengandung makna bahwa mempelai yang dilepaskan akan tetap masih bersatu dalam lingkungan keluarga yang ditinggalkannya. Karena dalong merupakan satu wadah yang diisi dengan bermacam-macam alat peusijuek sehingga dianggap memiliki kebersamaan yang kuat yang tidak dapat dipisahkan.
2. Bu Leukat
Warnanya kuning ataupun putih. Makna dari ketan ini adalah mengandung zat perekat, sehingga jiwa raga yang di peusijuek tetap berada dalam lingkungan keluarga atau kelompok masyarakatnya. Warna kuning dari ketan merupakan lambang kejayaan dan kemakmuran, sedangkan warna putih melambangkan suci dan bersih. Maksudnya supaya yang di peusijuek dapat memberi manfaat yang lebih baik bagi orang lain dan yang di peusijuek dalam ketentraman menuju jalan yang benar.
3. U mirah
Makna dari U mirah adalah sebagai pelengkap dalam kehidupan dan memberikan perpaduan yang manis.
4. Breueh pade
maknanya adalah sifat padi itu semakin berisi makin merunduk, maka diharapkan bagi yang di peusijuek supaya tidak sombong bila mendapat keberhasilan dan peranan beras ialah sebagai makanan pokok masyarakat.
5. Teupong Taweue ngon ie.
Makna dari pada teupong taweue dan air adalah untuk mendinginkan dan membersihkan yang di peusijuek supaya tidak akan terjadi hal-hal yang di larang oleh agama melainkan mengikuti apa yang telah ditunjukkan yang benar oleh agama.
6. On sisikuek, manek manoe dan naleueng sambo
Ketiga jenis perangkat ini di ikat dengan kokoh menjadi satu, yang peranannya sebagai alat untuk memercikkan air tepung tawar. Makna tali pengikat dari semua perangkat tersebut untuk mempersatukan yang di peusijuek sehingga dapat bersahabat dengan siapapun dan selalu terjalin hubungan yang harmonis dan terbina. Sedangkan dari masing-masing perangkat dedaunan merupakan obat penawar dalam menjalankan bahtera kehidupan seperti mengambil keputusan dengan bermusyawarah dan berkepala dingin, bertanggung jawab dengan sepenuhnya dan dapat menjalin hubungan yang erat dengan siapapun.
7. Glok
Peranannya sebagai tempat mengisikan tepung tawar yang sudah dicampur dengan air dan yang satu lagi digunakan sebagai tempat mengisi beras dan padi. Maknanya adalah jika yang di peusijuek tersebut melakukan aktivitas sebaiknya hasil yang didapatkan disimpan dengan sebaik-baiknya.
8. Sangee
Berperan untuk menutup perlengkapan alat-alat tepung tawar. Maknanya untuk mengharap perlindungan supaya yang di peusijuek mendapat lindungan dari Allah SWT.

Adat Peusijuek dalam Masyarakat Aceh

Pada masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam, adat istiadat telah memberikan tempat yang istimewa dalam perilaku sosial dan agama. Hal ini dibuktikan dengan ungkapan “Hukom ngon Adat Hanjeut cre Lagee zat Ngon Sifeut”. artinya adat dengan hukum syariat Islam tidak dapat dipisahkan (sudah menyatu) seperti zat dengan sifatnya. Diumpamakan seperti kuku dengan daging, sehingga kaidah Islam sudah merupakan bagian daripada adat.
Akan tetapi adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam sebelumnya banyak terdapat pengaruh Hindu. Hal ini terlukiskan pada zaman dahulu tatkala Aceh sebagai tempat persinggahan lalu lintas pelayaran internasional, dalam rangka hubungan perdagangan bahkan ada yang sampai menetap di Aceh.
Masuknya pengaruh Hindu ke dalam kebudayaan dan adat istadat Aceh, disebabkan karena pernah terjadi suatu hubungan yang luas antara Aceh dan India pada masa lampau. Sehingga ada beberapa kepercayaan dari masyarakat Aceh seperti peusijuek (tepung tawari), upacara boh gaca, (memberi inai), kanduri blang (syukuran ke sawah), upacara peutron aneuk (turun anak) dan lain-lain dianggap bagian dari unsur budaya Hindu yang tidak pernah luntur dalam kehidupan masyarakat Aceh saat ini. Namun sejak masuknya Islam ke bumi Serambi Mekkah, upacara / kepercayaan tersebut telah disesuaikan dengan nuansa keIslaman. Segala sesuatu pekerjaan dimulai dengan bismillah dan doa selamat serta shalawat nabi.
Upacara Peusijuek disebut juga tepung tawari. Pada masyarakat Aceh upacara ini dianggap upacara simbolik dari permohonan keselamatan, ketentraman, kebahagiaan, perestuan dan saling memaafkan. Hampir sebahagian adat Aceh adanya prosesi upacara peusijuek. Seperti upacara perkawinan, sunat rasul, peusijuek meulangga (perselisihan), peusijuek pada bijeh (tanam padi),peusijuek rumah baroe (rumah baru), peusijuek peudong rumoh (membangun rumah), peusijuek keurubeuen (hari raya kurban), aqiqah anak, peusijuek kenderaan (roda dua dan empat), peusijuek jak haji (naik haji), peusijuek puduk batee jeurat (pemasangan batu nisan bagi yang telah meninggal). Peusijuek Juga di lakukan tatkala adanya pergantian seorang pemimpin dari perangkat desa sampai gubernur bahkan setiap ada tamu kebesaran daerah juga adanya prosesi upacara peusijuek.
tradisional
Biasanya dalam pelaksanaan upacara peusijuek dihadirkan seorang Tengku (ulama) atau atau orang yang dituakan (Majelis adat) sebagai pemimpin upacara. Hal ini dilakukan karena dianggappeusijuek yang dilakukan salah satu unsur tersebut memperoleh keberkatan dan setelah selesai upacara peusijuek adakalanya diiringi dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tengku untuk mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT.
Macam-Macam Upacara Peusijuek
1. Peusijuk Meulangga Apabila terjadi perselisihan di antara penduduk, misalnya antara A dan B ataupun antara penduduk gampong (desa) A dengan penduduk gampong B serta perselisihan ini mengakibatkan keluar darah, maka setelah diadakan perdamaian dilakukan pula peusijuek. Peusijuek ini sering disebut dengan peusijuek meulangga. Pada upacara itu juga sering diberikan uang, yang disebut sayam (uang damai) yang jumlahnya menurut kesepakatan. Apabila perselisihan terjadi seperti tersebut di atas, tetapi tidak mengeluarkan darah, misalnya perkelahian, perdamaian dan upacara peusijuek dilakukan juga, tetapi tidak diberikan uang.
Pada peusijuek Meulangga alat-alat yang dibutuhkan seperti dalong, bu leukat, teumpo / u mirah, breueh pade, on sisijeuk, on manoe, naleueng sambo (ketiga-tiga diikat menjadi satu), teupong taweue, glok / cuerana, sangee dan ija puteh. (jika mengeluarkan darah). Biasanya apabila mencapai kesepakatan damai antara kedua belah pihak, ikatan keluarga yang terjadi perselisihan akan menjadi kuat bahkan telah dianggap sebagai sanak saudara.
2. Peusijuek Pade Bijeh Acara peusijuek pade bijeh ini dilakukan oleh petani terhadap padi yang akan dijadikan benih (bibit) sebelum penyemaian di sawah. Tujuan daripada peusijuek ini mengandung harapan agar bibit yang akan ditanam mendapat rakhmat Allah SWT, subur dan berbuah banyak.
Perangkat alat dan bahan yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah : on gaca, bak pineung, on kunyet, on nilam, on birah, naleueng sambo, sira, saka, boh kuyuen dan minyeuk ata. Peranannya adalah sebagai berikut : – On gaca (daun pacar), sifatnya tahan panas dan tahan dari segala penyakit, sedangkan maknanya adalah agar benih padi yang akan ditanami kuat dan tahan dari segala gangguan hama, seperti halnya daun pacara tersebut. – Bak pineueng (pohon pinang), sifat asalnya tumbuh tegak dan kuat. Maknanya ialah agar benih padi tersebut akan tumbuh tegak dan kuat seperti halnya pohon pinang. – On kunyet (daun kunyit), sifat asalnya tahan dari penyakit. Warnanya kuning dan buahnya bersih, maknanya ialah agar benih padi tersebut tahan dari segala serangan penyakit dan tumbuh subur seperti kunyit. – On nilam (daun nilam), sifat asalnya apabila dibuat minyaknya harum sehingga orang banyak yang senang. Maknanya ialah agar padi tersebut memiliki bentuk daun nilam, buah padinya tumbuh subur. – On birah (daun keladi), daunnya yang berwarna hijau dan tahan hujan, maknanya agar benih padi yang akan ditanam menjadi seperti daun keladi tersebut dan tahan dari gangguan hama. – On naleueng sambo (daun rumput panjang), sifatnya kokoh dan teguh, akarnya kuat, sehingga tahan dari segala penyakit. Maknanya agar benih padi tersebut memiliki daya tahan dari gangguan serangan penyakit. – Sira (garam). Sifat sira adalah asin dan dapat menghancurkan bibit penyakit. Maknanya adalah agar benih padi yang disemai memiliki sifat seperti garam, yaitu dapat menghancurkan penyakit yang hinggap pada padi, sehingga tumbuh dengan subur. – Saka (gula). Sifat saka adalah manis. Maknanya adalah agar padi yang akan disemai dapat memberikan manfaat bagi orang yang menyemainya. – Boh kuyuen (jeruk nipis) ; minyeuk ata (minyak wangi) dicampurkan dengan air putih sehingga menjadi harum. Maknanya ialah benih padi itu diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir, memerlukan wangi-wangian. Orang-orang yang menciumnya akan merasa senang dan segar. Demikian juga halnya dengan benih padi yang diperlakukan seperti bayi, supaya tumbuh subur dan banyak orang yang senang melihatnya. – Asap keumeunyan (kemenyan), dibakar ketika padi menjelang direndam.
Maknanya adalah agar padi dapat hidup dengan leluasa dan sempurna serta cepat berbuah.
Peusijuk menggunakan beberapa bahan yang memiliki makna tersendiri dalam adat peusijuk tersebut, seperti :
• Campuran air dan tepung tawar yang bertujuan agar sesuatu yang terkena percikan air tersebut tetap dalam kesabaran dan ketenangan. Seperti air campuran tersebut yang terus terasa dingin.
• Beras dan padi yang bertujuan agar dapat subur, makmur, semangat. Seperti taburan beras padi yang begitu semarak berjatuhan.
• Dedaunan yang dipakai untuk peusijuk, yaitu on manek, manou dan naleung sambo yang bertujuan melambangkan suatu ikatan yang terwujud dalam kesatuan hidup bermasyarakat. Seperti beberapa jenis dedaunan yang berbeda yang bersatu dalam suatu ikatan.
• Ketan yang bermakna sebagai lambang persaudaraan. Seperti halnya ketan yang selalu melekat dengan bahan lainnya.
3. Peusijuk Tempat Tinggai Setiap orang yang mendiami rumah baru, kebiasaannya dilakukan upacara peusijuek. Pelaksanaannya oleh beberapa orang terdiri dari tiga, lima orang dan seterusnya dalam jumlah ganjil. Upacara ini dimaksudkan untuk mengambil berkah agar yang tinggal di tempat ini mendapat ridha Allah mudah rezeki dan selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Pada upacara ini alat-alat yang digunakan adalah ; dalong, bu leukat, tumpo / u mirah, breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo (ketiga yang terakhir di ikat menjadi satu), glok dan sangee.
4. Peusijuk Peudong Rumoh Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, kegiatan membangun rumah selalu dipilih pada hari baik. Demikian juga dalam memilih bahan-bahan rumah yang dianggap baik. Selanjutnya, membangun rumah atau sering disebut peudong rumoh diawali dengan upacara peusijuek. Yang di peusijuek biasanya adalah tameh (tiang) raja, dan tameh putroe serta tukang yang mengerjakannya (utoh) agar ia diberkati oleh Allah SWT. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk upacara peusijuek ini adalah : dalong, bu leukat, breueh pade, teupong taweue, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, ija puteh dan ija mirah, glok dan sangge.
5. Peusijuk Keurubeuen Bagi orang Islam yang mampu, sering memberikan kurban pada hari raya sesuai dengan hukum agama. Seekor hewan kecil (kambing atau domba) cukup untuk korban bagi seorang, sedangkan tujuh orang secara bersama-sama memberi korban seekor hewan besar (sapi). Perangkat yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah sebagai berikut : dalong, boh manok meuntah, teupong taweue, breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin cuko, gincu (lipstik), boh kayee (buah-buahan), tirai peunahan matahari, dan ija puteh (kain putih). Semua bahan, termasuk alat-alat adalah untuk merapikan tubuh domba oleh penyembelih (jagal) dipakai menurut kegunaannya masing-masing.
Menurut keyakinan masyarakat Aceh, bahan-bahan tambahan yang dipersiapkan untuk peusijuek tersebut seperti minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin cuko, gincu, boh kayee, tirai peunahan matahari, dan ija puteh. Mempunyai makna dan fungsi di hari akhirat kelak. Di mana hewan yang diperuntukkan untuk korban tadi nantinya akan menjadi kenderaan di hari akhirat kelak dan fungsi dari bahan-bahan tersebut sebagai hiasan kenderaan.
6. Peusijuk Kendaraan Apabila seorang yang baru memiliki kendaraan ataupun angkutan lainnya, maka diadakan peusijuek. Hal ini dimaksudkan supaya kendaraan yang dipakai akan terhindar dari kecelakaan. Yang melaksanakannya satu orang atau pun tiga orang.

Perlengkapan Upacara Peusijuek

Adapun perlengkapan pada acara Peusijuek sebagai berikut :
1. Dalong
Pada masyarakat Aceh, dalong mengandung makna bahwa mempelai yang dilepaskan akan tetap masih bersatu dalam lingkungan keluarga yang ditinggalkannya. Karena dalong merupakan satu wadah yang diisi dengan bermacam-macam alat peusijuek sehingga dianggap memiliki kebersamaan yang kuat yang tidak dapat dipisahkan.
2. Bu Leukat
Warnanya kuning ataupun putih. Makna dari ketan ini adalah mengandung zat perekat, sehingga jiwa raga yang di peusijuek tetap berada dalam lingkungan keluarga atau kelompok masyarakatnya. Warna kuning dari ketan merupakan lambang kejayaan dan kemakmuran, sedangkan warna putih melambangkan suci dan bersih. Maksudnya supaya yang di peusijuek dapat memberi manfaat yang lebih baik bagi orang lain dan yang di peusijuek dalam ketentraman menuju jalan yang benar.
3. U mirah
Makna dari U mirah adalah sebagai pelengkap dalam kehidupan dan memberikan perpaduan yang manis.
4. Breueh pade
maknanya adalah sifat padi itu semakin berisi makin merunduk, maka diharapkan bagi yang di peusijuek supaya tidak sombong bila mendapat keberhasilan dan peranan beras ialah sebagai makanan pokok masyarakat.
5. Teupong Taweue ngon ie.
Makna dari pada teupong taweue dan air adalah untuk mendinginkan dan membersihkan yang di peusijuek supaya tidak akan terjadi hal-hal yang di larang oleh agama melainkan mengikuti apa yang telah ditunjukkan yang benar oleh agama.
6. On sisikuek, manek manoe dan naleueng sambo
Ketiga jenis perangkat ini di ikat dengan kokoh menjadi satu, yang peranannya sebagai alat untuk memercikkan air tepung tawar. Makna tali pengikat dari semua perangkat tersebut untuk mempersatukan yang di peusijuek sehingga dapat bersahabat dengan siapapun dan selalu terjalin hubungan yang harmonis dan terbina. Sedangkan dari masing-masing perangkat dedaunan merupakan obat penawar dalam menjalankan bahtera kehidupan seperti mengambil keputusan dengan bermusyawarah dan berkepala dingin, bertanggung jawab dengan sepenuhnya dan dapat menjalin hubungan yang erat dengan siapapun.
7. Glok
Peranannya sebagai tempat mengisikan tepung tawar yang sudah dicampur dengan air dan yang satu lagi digunakan sebagai tempat mengisi beras dan padi. Maknanya adalah jika yang di peusijuek tersebut melakukan aktivitas sebaiknya hasil yang didapatkan disimpan dengan sebaik-baiknya.
8. Sangee
Berperan untuk menutup perlengkapan alat-alat tepung tawar. Maknanya untuk mengharap perlindungan supaya yang di peusijuek mendapat lindungan dari Allah SWT.

Sabtu, 05 November 2016

Pengaruh Percaya Diri Wirausahawan Terhadap Keberhasilan Usaha di Era Digital (Kajian Kewirausahaan Suku Sasak Sade dan Gili Trawangan Lombok NTB)

Ridwan
PIPS Pascasarna UNESA

Rika Sufyantika
PIPS Pascasarna UNESA
sufiyantikarika@gmail.com

Abstrak
Inti kewirausahaan adalah kemandirian seseorang untuk bertanggung jawab atas nasibnya. Kemandirian yang dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya maupun hasil dari proses komunikasi dengan lingkungannya. Kemandirian dalam kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau “kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian membutuhkan kepercayaan diri yang terukur. Para wirausahawan biasanya memiliki karakter percaya diri yang matang sehingga membuat sebuah usaha berhasil, bagaimana pengaruh percaya diri  wirausahawan terhadap keberhasilan mengelola usaha tentunya perlu di teliti lebih lanjut. maka perlu diadakan penelitian mengenai "Pengaruh Percaya Diri Usahawan Terhadap Keberhasilan Usaha di Era Digital" Penelitian ini dilakukan di Sade dan GiliTrawangan Lombok Nusa Tenggara Barat dengan mengambil sample dari personil pelaku usaha kecil. Metode dalam penelitian ini adalah deskriftif dimana penelitian yang bertujuan memperoleh deskriftif tentang ciri-ciri variabel bebaswirausahawan percaya diri dan variabel terikat keberhasilan usaha.
 Kata Kunci : Kewirausahaan, Percaya Diri, Keberhasilan Usaha


Abstract
The essence of entrepreneurship is the independence of a person to be responsible for his fate. The independence of individual life journeys, either alone or when the dialogue results the results of the process of communication with its environment. Independence in no other "entrepreneurial freedom" or"independence". Therefore,independence need confidence that measurable. The entrepreneur usually has the character of a mature confidence so as to make a business successful, how the influence of confident entrepreneur against the success of managing effort surely needs to be careful in further. Hence the need to research about"effect Confidently Turned Towards the success of the business in the Digital Era" this research was conducted in Sade and Lombok GiliTrawangan WNT to take a sample from a small trade personnel. The method in this research is deskriftif where research aimed at acquiring the deskriftifabout characteristics of the free variables of entrepreneur confidenceand variablesbound to the success of the effort.
 Keywords: Entrepreneurship, Self-confidence, Success Venture

Pendahuluan
Kajian social studies tentang percaya diri dalam berwira usahan di era digital telah menarik perhatian banyak peneliti, antara lain; dari aspekeksternal terlihat dalam penelitian hubungan antara kepercayaan diri dan dukungan orang tua dengan motivasi berwirausaha (Maulida dan Dhania, 2012), strategi pemberdayaan UMKM menghadapi pasar bebas Asean (Suranto, 2012),an exploration of social entrepreneurship in the entrepreneurship eraeksplorasi kewirausahaan socialdi era kewirausahaan (Noruzi, 2010), dan muslim entrepreneurship: membangun muslim peneurs characteristics dengan pendekatan knowladge based economy (Antoni, 2014). Dilihat dari aspek internal adanya peneitian era perspektif baru kajian kewirausahaan: studi komunikasi intrapersonal (Priatna, 2010),  sikap, motivasi, dan minat berwirausaha mahasiswa (Rosmiati, Junias, dan Munawar, 2015), pentingnya penilaian potensi diri wirausaha sebagai pondasi untuk mensukseskan program mahasiswa wirausaha (Suwena, 2015), pengaruh kepribadian wirausaha, pengetahuan kewirausahaan, dan lingkungan terhadap minat berwirausaha (Aprilianty, 2012), dan percaya diri, keingintahuan, dan berjiwa wirausaha: tiga karakter penting bagi peserta didik (salirawati, 2012),
Penelitian lain yang mengkaji hubungan percaya diri dengan hasil usaha tertuang dalam kajian hubungan karakteristik wirausaha terhadap keberhasilan usaha studi kasus pada pengusaha kecil di Pekalongan (Jumaedi, 2012),pengaruh faktor-faktor yang dapat memotivasi mahasiswa berkeinginan wirausaha (Oktarilis, 2012), pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha distro di Kota Bandung studi pada distro yang terdaftar pada kick di Kota Bandung (Balqish, 2014), minat mahasiswa menjadi wirausaha (budiati, yani dan universari, 2012).
Beberapa penelitian tentang percaya diri yang berkaitan kewirausahaan juga dituangkan dalam bidang psikologi, antara lain; dalam aspek interpersonal adanya penelitian efektivitas pengembangan potensi diri dan orientasi wirausaha dalam meningkatkan sikap wirausaha (Kadiyono, 2014),effect of meditation on self confidence efek dari meditisai terhadap percaya diri (Singh dan Kaur, 2008),ability and self-confidence kemampuan dan percaya diri (Hendriana, Rahmat, dan Sumarmo, 2014). Dari aspek sosial telah dilakukan penelitian effects of social support on self-esteem efek dukungan sosial pada harga diri (Naeem,Shabir, Umar, AzharNadvi, Hayat, dan Azher, 2014). Peneliti lain yang memfokuskan kajian tentang percaya diri erat kaitannya dengan kapasitas diri terlihat dari penelitian hubungan antara kepercayaan diri dengan employability(Saputro dan Suseno, 2010), pengaruh pelatihan berfikir positif pada efikasi diri (Dwitantyanov, Hidayati, dan Sawitri, 2010). Hubungan antara tingkat kecemasan komunikasi dan konsep diri dengan kemampuan beradaptasi (Muharomi, 2012).
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengembangakan teori sosial David McClellandN-Ach hasrat untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Oleh karena itu berbagai penelitian yang berlatar belakang pentingnya percaya diri sebagai wujud nyata dari motivasi untuk meraih prestasi dalam berwira usaha penulis kaji dengan cermat. Menurut hemat penulis penelitian tentang pembinaan percaya diri dalam kewira usahaan sangat urgen dilakukan.
Wirausaha adalah kegiatan menciptakan barang atau jasa melalui proses yang saling berkesinambungan, antara proses produksi sebagai proses inti dengan proses-proses pendukung yaitu proses sumber daya manusia, proses perencanaan, proses pemasaran dan proses-proses yang lain. Sedangkan pelaku dari wirausaha disebut Wirausahawan.Kepercayaan diri wirausahawan telah mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan. individu telah  memilih jalan hidup sebagai wirausahawan, telah mampu melampaui kekhawatiran akan “keamanan penghasilan” (gaji rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih profesi sebagai pegawai perusahaan atau pemerintah. Wirausahawan telah melepaskan diri dari budaya “prihatin asal aman”, dengan kemampuan dan keberanian mengambil resiko meskipun usaha kecil.
Dari sisi peran usaha kecil memberi kontribusi yang besar dalam pergerakan perekonominan di era digita. Ada beberapa alasan mengapa usaha kecil mempunyai pengaruh yang besar terhadap perekonomian diantaranya adalah bahwa usaha kecil secara historis dikenal mampu menampung tenaga kerja, lebih inovatif, dan memberikan kontribusi penting bagi perusahaan-perusahaan besar. Usaha kecil sering disebut "katup pengaman" dalam masalah penganguran dan berperan besar sebagai pemasok dan pengecer bagi operasi perusahaan besar.

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas, penulis mengidentifikasikan permasalahan bagaimana pengaruh percaya diri pengusaha terhadap keberhasilan usaha. Adapun tujuan dari penelitian adalah: Untuk mengukur seberapa besar pengaruh percaya diri terhadap keberhasilan usaha.