Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Desember 2015

MSI Metode kajian Islam, Islam dan perselisihan; Ridwan, MA

Tugas Final

Nama                   : Ridwan
Mahasiswa PPs    : Pendidikan Islam II
Mata Kuliah        : Metodologi Studi Islam
Dosen Pengasuh : Prof. Drs. Yusny Saby, MA.Phd          

1.    Metodologi Studi Islam telah disusun sebagai salah satu mata kuliah yang penting di pasca IAIN. Apa yang anda pahami tentang mata kuliah ini?
2.    Banyak model kajian keislaman telah dilakukan selama ini. Hasilnya pun sangat bervariasi. Bagaimana sebaiknya kajian keislaman ditata sedemikian rupa, terutama di lembaga2 pensisikan Islam, sehingga dapat mengantarkan penganutnya ke rahmatal lil'alamin. Uraikan jawaban saudara!
3.    Minat kajian tentang islam nampaknya telah kian meningkat dalam skala global. Apa saja alasan yang dapat dipantau tentang kecenderungan tersebut. Berikan alasan dalam jawaban saudara!
4.    Ketika kita amati, penganut agama selain agama islam nampaknya tidak lagi saling berseteru antar mereka, walaupun perbedaan begitu nyata; namun penganut Islam masih saja saling menyalahkan dan bahkan bermusuhan antara mereka, sampai hari ini. Bagaimana dapat anda jelaskan gejala ini, dimana salahnya dan bagaimana cara menyadarkannya? Uraikan dengan jelas disertai argumen!

Jawaban No. 1
Mata kuliah Metodologi  Studi Islam dipelajari agar peserta didik mampu memahami dan mempunyai gambaran integral dan sikap ilmiah dalam mengkaji aspek-aspek agama Islam, baik ajaran, institusi sosial maupun budaya dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang sesuai serta menerapkannya dalam pengkajian tematik.
Ruang lingkup pembahasan sekurang-kurangnya; 1. Pengertian dan Lingkup Studi Islam, 2. Sumber dan Karakteristik Islam, 3. Normativitas dan Historisitas dalam Studi Islam, 4. Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama, 5. Metodologi Pemahaman Islam di Indonesia, 6. Studi Islam Interdisipliner, 7. Berbagai Pendekatan Studi Islam, a). Pendekatan Teologis Normatif, b). Pendekatan Antropologis, c). Pendekatan Historis, d). Pendekatan Politis, e). Pendekatan Filosofis, f). Pendekatan Historis, g). Pendekatan Semiotika, h). Pendekatan Fenomenologis 8. Aneka Metodologi Studi Islam; a). Metodologi Ulumul Tafsir, b). Metodologi Ulumul Hadits, c). Metodologi Fiqh, d). Metodologi Tasawwuf e). Metodologi Filsafat, 10. Aneka Metodologi Studi Islam; a). Metodologi Pemikiran Modern, b). Metodologi Pendidikan Islam, c). Metodologi Tekstualitas dan Kontekstualitas, d). Metodologi Muqaranah Madzhab,

Jawaban No. 2
Melihat kenyataan yang ada di lapangan memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi peserta didiknya.
Perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari studi keislaman yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi peserta untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran, yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa peserta akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”-nya.
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan motivasi belajar dengan penerapan teknik Learning Community salah satu dari tujuh komponen yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual.
Teknik Learning Community merupakan suatu teknik belajar dengan bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibanding dengan belajar sendiri.

Jawaban No. 3
Tuntutan zaman yang semakin canggihnya teknologi menuntut generasi muda untuk bisa lebih lengah, lalai dan terfana dengan hal itu, sehingga orang tua pun berlomba-lomba bagaimana bisa menjadikan anaknya pintar komputer dan lancar teknologi jangan "gatek" gagu teknologi, namun sayangnya karena porsi yang berlebih terhadap ilmu dunia sampai-sampai karena mesti anak belajar di tempat les sore hari, kegiatan belajar Al Qur’anpun dilalaikan. Lihatlah tidak sedikit dari generasi muda saat ini yang tidak bisa baca Qur’an, bahkan ada yang sampai buku Iqra’ pun tidak tahu.
Bukan berarti kita tidak boleh mempelajari ilmu dunia. Dalam satu kondisi mempelajari ilmu dunia bisa menjadi wajib jika memang belum mencukupi orang yang capable dalam ilmu tersebut. Misalnya di suatu desa belum ada dokter padahal sangat urgent sehingga masyarakat bisa mudah berobat. Maka masih ada kewajiban bagi sebagian orang di desa tersebut untuk mempelajari ilmu kedokteran sehingga terpenuhilah kebutuhan masyarakat. Namun yang perlu diperhatikan di sini bahwa sebagian orang tua hanya memperhatikan sisi dunia saja apalagi jika melihat anaknya memiliki kecerdasan dan kejeniusan. Orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya sampai jenjang S2 dan S3, menjadi pakar polimer, dokter, dan bidan, namun sisi agama anaknya tidak diperhatikan.
Mereka lebih pakar menghitung, namun bagaimanakah mengerti masalah ibadah yang akan mereka jalani sehari-hari, mereka tidak paham. Untuk mengerti bahwa menggantungkan jimat dalam rangka melariskan dagangan atau menghindarkan rumah dari bahaya, mereka tidak tahu kalau itu syirik. Inilah yang sangat disayangkan. Ada porsi wajib yang harus seorang anak tahu karena jika ia tidak mengetahuinya, ia bisa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram. Inilah yang dinamakan dengan ilmu wajib yang harus dipelajari setiap muslim. Walaupun anak itu menjadi seorang dokter atau seorang insinyur, ia harus paham bagaimanakah mentauhidkan Allah, bagaimana tata cara wudhu, tata cara shalat yang mesti ia jalani dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mesti setiap anak kelak menjadi ustadz. Jika memang anak itu cerdas dan tertarik mempelajari seluk beluk fiqih Islam, sangat baik  baik sekali jika ortu mengerahkan si anak ke sana. Karena mempelajari Islam juga butuh orang-orang yang ber-IQ tinggi dan cerdas sebagaimana keadaan ulama dahulu seperti Imam Asy Syafi’i sehingga tidak salah dalam mengeluarkan fatwa untuk umat. Namun jika memang si anak cenderung pada ilmu dunia, jangan sampai ia tidak diajarkan ilmu agama yang wajib ia pelajari.

Jawaban No. 4
Dilihat dari kondisi Islam dunia saat ini memang sangat tertinggal, tekad bersama untuk mengembalikan kejayaan Islam dengan segala kemampuan dan usaha yang dimiliki belumlah seperti yang diharapkan sebagai sesuatu yang benar-benar bangkit. Umat Islam dunia masih saja dalam kondisi keterpurukan. Mekipun telah beberapa orang, kelompok dan organisasi yang mulai bangkit dan menyerukan hal yang sama sambil menyadarkan umat islam dan berkarya untuk membuktikan hal itu. Hingga saat ini praktis bisa dikatakan bahwa umat Islam memang masih sebagai sesuatu yang belum berarti (secara politis) bagi dunia.
Kebanggaan yang dapat ditampilkan bagi umat Islam saat ini masih sangat sedikit sekali. Paling-paling negara Arab yang kaya dengan minyak, itupun karena keberuntungan takdir saja bahwa cadangan minyak terbesar dunia ada disana. Dibidang ekonomi masyarakat muslim dunia sama sekali tidak bisa diandalkan. Sampai sekarang sistem yang dipakai tetap saja kapitalisme dengan segala konsekuensinya. Negara-negara Muslim yang memang sudah miskin semakin miskin saja dengan kapitalisme yang dibanggakan Amerika. Sistem perekonomian Islam yanng menjanjikan keadilan itu tidak mencul sama sekali. Padahal beberapa abad sistem ini dipakai dan pernah terbukti keampuhannya. Sistem bank konvensional (riba) masih menjadi pilihan utama masyarakat dunia. Belum lagi dengan kemiskinan negara-negara Muslim yang menyebabkan mereka harus berhutang pada negara-negara kapitalis. Yang pada gilirannya juga akan mempersulit mereka. Bahkan untuk sekedar membayar bunga hutang.
Dari segi politik juga demikian. Amerika dengan PBB sebagai tunggangannya praktis menguasai seluruh negara didunia tidak terkecuali negara Muslim. Dengan kekuatan persenjataan dan teknologi tinggi, secara politis Amerika telah menjadi polisi dunia. Begitu pula kelompok-kelompok pertahanan dan plitik seperti NATO yang sangat represif terhadap Islam. Dipentas dunia, negara-negara Muslim sendiri tidak punya kekuatan jika dibanding mereka. Organisasi negara-negara Islam seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tidak bisa berbuat banyak menghadapi PBB dan NATO. Bahkan sekedar turun berperan serta dalam menentukan harga dan kuota minyak yang negara-negara Arab sangat berkepentingan terhadap hal itu tidak mampu dilakukan.
Fakta-fakta masih terpingirkannya peran Islam dalam dunia internasional ditambah lagi dengan intervensi yang berlebihan terhadapap negara-negara Muslim Arab dan ketidak jelasan sikap mengenai Palestina, Kashmir, Pattani, Moro, Bosnia, Cechnya, dan Pakistan. Campur tangan pihak luar yang bisanya sangat ditentukan oleh berbagai kepentingan politik dan ekonomi dunia.
Dunia Ummah Islam saat ini berada pada anak tangga bangsa-bangsa terbawah. Didalam abad ini, tidak ada kaum lain yang mengalami kekalahan dan kehinaan seperti yang dialami kaum Muslimin. Kaum Muslimin telah dikalahkan, dibantai, dirampas negeri dan kekayaannya, dirampas kehidupan dan harapannya. Saat ini kondisi umat Islam terpecah belah kedalam 50-an negara. Kolonialisme telah berhasil melakukan hal itu. Dan dari sana selalu saja memunculkan friksi antar umat Islam sendiri mengenai batas wilayah yang lebih sering menimbulkan peperangan berkepanjangan daripada kepahaman dan persaudaraan.
Amerika sangat berkepentingan dengan negara Muslim (khusunya Arab) guna kepentingan ekonomi karena ladang minyaknya, sekaligus memuaskan ambisi politiknya. Selama ini Amerika Serikat membidikkan matanya pada dunia ketiga, khususnya negara-negara Timur Tengah. Washington mencari jalan memulai melaksanakan poltik perluasan yang bertujuan untuk dapat menjamah ladang-ladang minyak, menghantam segala apa yang disebut dengan gerakan-gherkan teror, menyebarkan pangkalan-pangkalan perang dibeberapan negara kawasan itu. Alasan yang dipakai adalah untuk menjaga keamanan.
Bagaimanapun umat Islam telah berhasil dikelabuhi oleh berbagai gerakan pemBaratan yang berakibat ada semacam trend dikalangan umat Islam untuk meniru Barat dan merasa asing serta phobi pada Islam sendiri. Dari segi sosial budaya umat Islam lebih menyukai meniru Barat dalam banyak hal seperti model berpakaian, cara bergaulan, bahasa dan simbol-simbol budaya lainnya. Kemudian ini juga berlanjut dengan menganggap baik segala apa yang berasal dari Barat dan sebaliknya menganggap yang dari Islam itu jelek dan ketinggalan jaman. Hal ini cukup lama dirasakan sehingga keagungan Islam sendiri semakin tidak dirasakan, bahkan oleh umat Islam sendiri.
Umat Islam pernah memimpin dalam hal ilmu pengetahuan. Ilmuan Islam telah menemukan banyak hal, kemudian ilmu itu disusun dalam buku-buku pengetahuan yang senantia dikembangkan melalui penelitian-penelitian. Ilmuan besar seperti Abu Sina, al FArabi, Ibn Khaldun dll membuktikan bahwa Islam pernah memimpin kejayaan ilmu pengetahuan. Namun seiring dengan kemunduran Islam, para ilmuan Islam pun semakin sedikit dan malah sumber-sumberi ilmu pengetahuan dalam ribuan buku dihancurkan dan sebagian diambil pihak Barat untuk dikembangkan. Akhirnya kemudian yang mengalami perkembangan pesat ilmu pengetahuan justru bukan golongan Islam. Sehingga saat ini seolah-olah bahwa semua ilmu pengetahuan itu berasal dari Barat. Meskipun harus diakui bahwa perkembangan lebih lanjut ilmu tersebut, sehingga mencapai struktur yang baik dan mendalam memang berasal dari sana. Karena memang kajian, penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan memang sangat giat dilakukan di Barat. Sedangkan negara Muslim sendiri tidak serius terhadap hal itu sehingga senantiasa tertinggal dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Sehingga ilmu dan metodologi yang dikeluarkan juga merupakan produk Barat yakni sekulerisme. Yang kemudian menghilangkan unsur ketauhidan dalam ilmu pengetahuan.
Teknologi kemudian juga mengikuti pola yang sama. Karena pada prinsipnya science today is technology tomorrow, sedangkan bangsa Muslim memang sangat kurang penguasaan konsep keilmuan disamping tidak ada uang dan tidak memiliki perhatian untuk pengembangan ilmu menjadi teknologi. Maka semakin lengkaplah ketertinggalan umat Islam.
Industri yang berkembang dan dimiliki oleh negara Muslim sebenarnya adalah industri yang tidak lebih untuk sekedar memenuhi kebutuhan yang kebanyakan tidak pokok. Itupun selalu saja bahwa bahan-bahan baku harus diimpor dari negara-negara kapitalis. Industri yang didirikan dan mendapat bantuan asing memang tidak pernah bisa memandirikan negara Muslim. Karena tetap saja ada ketergantungan pada negara Barat.
Satu-satunya solusi umat Islam harus bangkit kembali pada agama yang benar dan hidupkan semangat bersatu dan cinta ilmu walaupun kondisi yang terjadi denganumat Islam saat ini, permasalahannya yang kompleks tidak boleh menjadikan umat berputus asa, malah hal ini menjadi tantangan besar bagi umat, khususnya intelektual muslim untuk mengupayakan tercipanya kesadaran bersama dan usaha-usaha berbaikan yang sinergi antar seluruh elemen muslim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar