Nama/NIM : Ridwan, S.Pd.I
/ 23111303-2
Mahasiswa PPs :
Pendidikan Islam II
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Desen Pengasuh : Kamaruzzaman, Ph.D
1.
Filosofis
Kristenisasi dan Ajaran Sesat di Aceh
Untuk kasus pendangkalan aqidah di
Aceh, kaum ulama khususnya yang digaji oleh negara memikul tanggung jawab lebih
daripada pihak lain untuk menyelamatkan ’aqidah anak bangsa. Mereka harus
bekerja dengan yakin dan serius jauh hari sebelum Aceh diserang oleh aliran
sesat dan pendangkalan ’aqidah. Bukannya berpura-pura menyelesaikan masalah
ketika masalah itu sudah menjadi penyakit kronis dalam masyarakat. Kekeliruan
yang terjadi sekarang ini terletak pada kurang pahamnya tugas inti ulama
pemerintah sehingga mereka lalai dengan jabatan, lezat dengan mobil plat merah
dan nyenyak dengan tunjangan jabatan.
Ulama tempo dulu di Aceh
khususnya dalam masa revolusi fisik melawan penjajah Belanda dan Jepang telah
mengorbankan jiwa raga untuk menyelamatkan iman anak bangsa. Teungku Syik Di
Tiro Muhammad Saman telah berjihat melawan Belanda dengan mengedepankan iman di
dada dan tanpa didukung oleh tunjangan jabatan, mobil plat merah dan rumah
dinas. Teungku Muhammad Dawud Beureu-éh telah berjaya mengawal dan
mengembangkan Islam sehingga Aceh harum dengan syari’ah. Ketika beliau memimpin
organisasi Persatoean Oelama Seloeroeh Atjeh (POESA), Islam jaya, syari’ah
semakin berbunga, ’aqidah bertambah kuat dan akhlak pula semakin mantap dalam
kehidupan muslim Aceh dalam kurun tahun 1950an. Pada masa itu belum ada
internet, belum ada HP, belum ada mobil mewah, belum lancar telepon, namun
ketua umum POESA bermastautin di Beureunuen, sektarisnya tinggal di Idi dan
wakil ketua hidup di Matang Geulumpang Dua, Islam dapat dikembangkan dengan
jaya dan sempurna. Kenapa pula hari ini yang sudah menjadi zaman modern dengan
berbagai fasilitas hidup yang memadai tetapi ’aqidah ummah dapat dicuri oleh
musuh-musuh Allah? Kehidupan hari ini memang set back seabad kebelakang. Siapa
yang lemah?.
1.1.Modus pendangkalan aqidah
Ada beberapa hal yang menjadi
modus pendangkalan ’aqidah di Aceh selama ini, ia terjadi dari dua jalur yang
berlainan arah. Pertama jalur eksternal yang diimport oleh kam missionaris,
pegiat gerakan primasonry, pegiat HAM barat, pegiat gender dan pribadi-pribadi
non muslim yang bencikan Islam. Kedua adalah jalur internal yang terdiri dari
muslim yang berpaham nasionalis, sekularis, liberalis, pluralis, humanis dan
kaum ortodoks yang mengklaim hanya amalannya saja yang benar dan amalan orang
lain salah. Kaum semacam ini selalu mengedepankan otot untuk menyelesaikan
masalah dan mempertahankan idenya.
Sumber pendangkalan ’aqidah dari
eksternal sudah lama disemai benih oleh kaum Kristiani ketika mereka mengalami
kegagalan dalam perang salib dahulu kala.[1] Pasca beberapa kali perang
salib yang merugikan pihak Kristiani, mereka merumuskan 10 langkah
menghancurkan Islam dan muslim dari jarak jauh. Yaitu:
1.1.1.
Melenyapkan syari’ah (Hukum Islam).
Langkah yang diambil untuk
menghancurkan syari’ah adalah dengan menghancurkan sistem Khilafah Usmaniyah di
Turki pada masa perang dunia pertama yang menjadi lambang dan model
pemerintahan Islam peninggalan zaman awal. Selama satu setengah abad pihak
barat berusaha untuk menghancurkan sistem pemerintahan Islam tersebut kemudian
berakhir dengan berjayanya pasukan Inggeris, Yunani, Italia dan Perancis
menduduki Turki. Dalam perundingan perdamaian di Lozan Inggeris tidak akan
keluar kalau pihak Turki masih bertahan dengan sistem khilafah.
Dalam masa itu muncullah sosok
Mustafa kamal At-Taturk, tokoh sekuler Turki yang menerima perjanjian dengan
Inggeris dalam empat permasalahan, yaitu; (1), menghapuskan khilafah Islam di Turki dan
mengambil semua kekayaannya. (2), Turki berjanji harus menumpas semua gerakan
pendukung khilafah. (3), pemerintah Turki yang baru akan memutuskan hubungan
dengan Islam. (4), pemerintah Turki akan memilih UUD sipil sebagai ganti UUD
yang bersumber dari hukum Islam.
1.1.2.
Menghancurkan dan melenyapkan Al-Qur’an.
Kaum salibiyah sangat paham kalau
Al-Qur’an adalah sebagai sumber hukum dan sumber inspirasi dan aspirasi ummat
Islam yang baku dan kekal. Karenanya mereka berupaya keras untuk
menghancurkannya dengan berbagai cara, seperti menukar ganti ayat-ayat
Al-Qur’an, menyalahkan makna dan artinya, mencetak Al-Qur’an baru yang sengaja
disalahkan, memperalat muslim sekuler dan liberal untuk mengartikan Al-Qur’an
dengan cara yang salah dan keliru dan sebagainya. Pastor Willem Gaford Bilkraf
berkata: ”apabila Al-Qur’an dan kota Makkah dapat dikubur dari negeri Arab,
pada saat itu kita dapat melihat orang Arab melangkah menuju peradaban barat
serta menjauh dari Muhammad dan kitabnya. Pernyataan serupa diungkapkan oleh
tokoh-tokoh salib secara serentak pada zaman itu.
1.1.3.
Menghancurkan Akhlak Muslimin.
Upaya ini dilakukan kaum salibiyah
dengan mengumbar gambar-gambar porno lewat tayangan-tayangan televisi,
internet, koran, majalah, fashion baju semi telanjang, cara hidup saling tipu
dan seumpamanya. Marmadeuck Picktol berkata: muslim dapat mengembangkan
peradaban mereka keseluruh dunia secepat mereka mengembangkannya dahulu, dengan
syarat mereka kembali berpegang kepada akhlak yang diperankan oleh nenek moyang
mereka pertama dahulu, karena alam ini hampa dan tidak mampu berdiri tegak
menghadapi jiwa peradaban mereka.
1.1.4.
Menghancurkan Persatuan Muslimin.
Langkah yang diambil mereka dalam
konteks ini adalah mengadu muslim denga muslim lainnya lewat berbagai program
yang mereka tawarkan. Lazimnya mereka mengumpan muslim dengan sejumlah uang
dengan cara dan strategi yang amat lihai. Di Indoesia mereka membiayai sejumlah
LSM seraya meminta para pengurusnya menyebarkan aliran sekuler, liberal, plural
dan sebagainya dalam kehidupan muslim. Dengan demikian terjadilah perlawanan
dari muslim fanatik sehingga antara muslim dengan muslim menjadi berantakan dan
hancur berlerai. Kardinal Simon berkata: persatuan Islam dapat mempersatukan
cita-cita ummat Islam dan dapat mendorong mereka lepas dari kekuasaan Eropah
sedang upaya Kristenisasi merupakan satu upaya penting dalam mematahkan kuku
gerakan mereka. Karena itu dengan Kristenisasi kita harus dapat merubah arah
kaum Muslimin dan menjauhkan mereka dari cita-cita persatuan Islam
.
1.1.5.
Membuat Muslimin Ragu dengan Agamanya
Sendiri.
Dalam buku kongres karyawan
Kristen di negeri-negeri Islam dikatakan: kaum muslimin meyakini bahwa Islam
dapat memenuhi hajat ummat manusia, dan bagi kita para missionaris tidak ada
pilihan lain kecuali melakukan perlawanan terhadap Islam dengan senjata
ideologis dan humanis.
1.1.6.
Membiarkan Bangsa Arab tetap
Lemah.
Mereka tau bahwa dunia Arab
sebagai rujukan ummat Islam, karena itu mereka berupaya untuk memecahbelahkan
bangsa dan negara-negara Arab agar Islam pun menjadi kacau dan lemah. Kasus
pendirian negara Israel merupakan salah satu bukti upaya mereka melemahkan
bangsa Arab. Menjadikan negara-negara Arab sebagai boneka AS seperti yang
dialami Mesir, Tunisia, Yaman, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar dan lainnya
merupakan bahagian daripada upaya melemahkan bangsa-bangsa Arab.
1.1.7.
Menciptakan sistem Diktator Politik dalam
Dunia Islam.
Orientalis W.K. Smith pakar
urusan Pakistan dari Amerika Serikat berucap: apabila kaum muslimin diberi
kebebasan hidup dalam dunia Islam dan mereka hidup dalam alam demokrasi maka
Islam akan meraih kemenangan dalam negeri itu. Dengan sistem diktator sajalah
ummat Islam dapat dipisahkan dengan agamanya. Rancangan tersebut telah
membuahkan hasil di sejumlah egara mayoritas muslim seperti di Arab Saudi dan
negara-negara teluk persi, di Mesir, di Iraq, di Yaman, di Pakistan, di
Indonesia dan sebagainya.
1.1.8.
Menjauhkan Kaum Muslimin dari
Kemampuan Berproduksi
Membuat muslim tetap menjadi
konsumen produksi barat, kasus ini menjadi kenyataan di mana ummat Islam terus
menerus menjadi konsumen barat dalam berbagai produk dari yang paling kecil
sampai yang palinf besar. Mic Donald, Kentacky Fried Chicken, sejumlah MLM,
sampai kepada produksi senjata dan alat-alat perang berat menjadi bukti nyata
bahwa mereka terus menerus menguasai kehidupan musim.
1.1.9.
Mengupayakan agar Orang Pandai dan
Orang Kuat Islam Jauh dari Kekuasaan dan tidak dapat Berkuasa di Negaranya.
Prihal ini telah lama terjadi di
sejumlah negara mayoritas muslim seperti di Indonesia, di malaysia, di
Pakistan, di Afghanistan dan sejumlah negara-negara Afrika. Ben Gourion (Perdaa
Menteri Israel tempo dulu) berucap: ”yang paling kami takutkan kalau di dunia
Arab akan lahir Muhammad baru”. Salazar (diktator Portugis masa lampau)
berkata: ”saya khawatir kelak akan lahir dari kalangan mereka seorang yang
mampu mengekspor perselisihan mereka kepada kami”.
1.1.10.
Merusak Kaum Muslimah dan Menyebarkan
Kebejatan Seksual.
Pemerintah Israel menganjurkan
para wanita Yahudi untuk mengaet dan berhubungan seksual luar batas dengan para
pemuda muslim terutama di kawasan Palestina dan dunia Arab lainnya. Seterusnya,
upaya tersebut dilanjutkan oleh para missionaris ke dunia muslim seluruh dunia
sehingga para wanita muslimah cenderung menjadi santapan mereka di berbagai
negara mayoritas muslim.
Semua rancangan kaum salib
tersebut disusun demikian rapi untuk masa waktu jangka panjang sehingga dalam
operasionalnya selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Untuk hari ini
mereka masuk melalui jalur pendangkalan ’aqidah dengan perahu aliran sesat atau
langsung diprakarsai oleh kaum missionaris seperti yang terjadi di Meulaboh Juli
2010, di Matang Geulumpang Dua September 2010 dan Banda Aceh Maret-April 2011.
Modus pendangkalan ’aqidah di
Aceh menjurus kepada dua sasaran, yaitu; Pertama, Penghancuran iman
bangsa Aceh dan Kedua, Penggagalan berlakunya syari’ah yang sudah
diazaskan lebih delapan tahun lalu di Aceh. Untuk mencapai sasaran tersebut
mereka berusaha keras dengan berbagai cara termasuk memperalat orang-orang Aceh
sendiri dengan berbagai dalih seperti dalih Hak Azasi manusia (HAM), dalih
jender, dalih politik, dalih bantuan kemanusiaan dan sebagainya. Apabila para
penguasa Aceh tidak cukup modal ’aqidah maka mudah sekali bagi mereka untuk
menghancurkan iman rakyat Aceh. Apabila para penguasa Aceh tidak cukup ilmu
tentang syari’ah maka membuat kaum salib leluasa menghambat berlakunya syari’ah
di Aceh.[2]
Contoh kasus sejarah Islam abad
klasik, dalam sejarah perpolitikan Islam, awal terpecahnya ummat Islam menjadi
banyak aliran adalah setelah reda perang Shiffin antara Ali bin Abi Thalib
dengan Muawiyah bin Abi Sofyan yang menguntungkan pihak Muawiyah bin Abi
Sufyan. Akibat terjadi penipuan Abu Musa al-Asy’ari utusan Ali oleh Amru bin
’Ash dari utusan Muawiyah dalam masa tahkim (albritase) maka muncullah sekte
Khawarij, Syi’ah, Murji’ah dan sebagainya. Sekte-sekte tersebut masing-masing
memperkuat kekuatan untuk merebut kekuasaan yang sudah dipimpin oleh dua
penguasa yaitu Ali dan Muawiyah.
Yang paling
keras dan serius melawan pihak Ali dan Muawiyah adalah kaum Khawarij, mereka
menganggap Ali lemah menjaga amanah ummah, Muawiyah pengkhianat dan Amru bin
’Ash penipu. Untuk kembali kepada kekompakan awal mereka berencana untuk
membunuh ketiga tokoh tersebut. Namun apa yang disayangkan adalah hanya Ali
yang sempat terbunuh pada waktu shubuh hari sementara Muawiyah dan Amru bin
’Ash tidak pergi ke masjid pada shubuh itu. Ketika Ali sudah meninggal, maka
menjadi pucuk dicinta ulampun tiba bagi Muawiyah bin Abi Sufyan.
Berbicara tentang perkembangan aliran sesat
di Aceh, dalam beberapa kurun waktu yang lalu kita telah dihebohkan oleh aliran
Habib Muda Seunagan, aliran Jubah Puteh, dan terakhir aliran Millata Abraham
yang melanda Matang Geulumpang Dua dan Banda Aceh.[3] Semua itu sulit dipisahkan
dengan gerakan missionaris dan primasonri yang disponsori kaum Yahudi dan Nashrani.
Kedua agama tersebut berasal dari satu jalur kaum Bani Israil dari keturunan
nabi Ya’kub AS. Keduanya sepakat dan kompak untuk saling membantu apabila salah
satunya berhadapan dengan Islam. Kaum Yahudi langsung atau tidak langsung
sedang menguasai dunia lewat jalur teknologi dan persenjataan hari ini.
Sementara kaum Nashrani berupaya keras untuk menguasai dunia dari kapasitas
kuantitas penganutnya secara mendunia. Oleh karena itu terkesan Yahudi
berpenampilan slow dan rileks, sementara Nashrani berformat kasar dan ofensif,
sementara Islam terhimpit oleh kedua kekuatan ideologi tersebut karena ketidak
kompakan muslim secaramenyeluruh.
Efek dari
pergumulan tiga agama samawi tersebut merembes ke bumi Aceh yang sebelum
tsunami jauh dari pantauan luar negeri karena dikungkung oleh RI. Ketika pihak
luar punya kesmpatan masuk dengan dalih membawa bantuan kemanusiaan maka Aceh
menjadi bahagian dari dunia internasional yang sulit dikontrol. Kondisi semacam
ini dimanfa’atkan dengan baik sekali oleh pihak Kristiani untuk memurtadkan
muslim Aceh sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap muslim di wilayah
lain di dunia.
1.2.Habib Muda Seunagan
Dalam sejarah peribadatan ummat
Islam Aceh kurun 50an di Aceh pernah berkembang sebuah aliran sesat yang
disponsori oleh Habib Muda Seunagan, seorang habib yang bermastautin di
Seunagan (sekarang Nagan Raya). Habib Muda Seunagan bersama para pengikutnya
melaksanakan ibadah berbeda dengan kebiasaan muslim lain, umpamanya mereka
tidak melaksanakan shalat lima waktu lazimnya yang kita laksanakan sehari-hari.
Tetapi mereka cukup dengan berdo’a saja dan berzikir (meurateb) dengan menyebut
nama Allah besar-besar dan cepat, sehingga ucapan Allahu lama-lama terucap huk
huk huk. Dengan ucapan tersebutlah nama kelompok mereka kemudian terkenal
dengan Sulok "Huk".[4]
Sulok Huk ini kemudian dikembangkan di
Teupin Raya Kabupaten Pidie oleh Tgk. Teureubue ’Id (Tgk. Sa’id dari
Teurereubue). Kemudian juga dikembangkan oleh Tgk. Husin di Gampong Blang
mangki Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie. Sulok Huk ini bagi masyarakat di
sana juga dikenal dengan Sulok Buta, karena mereka buta dalam beribadah, yaitu
tidak mau melaksanakan shalat. Menurut mereka shalat itu menyembah tikar
sehingga dikembangkan motto: Kaphe la-ot seumah patong, kaphe gampong seumah
tika (kafir laut menyembah patung, kafir kampung menyemah tikar).[5]
1.3.
Kasus Pasca Tsunami
Pasca Tsunami yang menghantam
Aceh 26 Desember 2005, media massa sudah mengekspos bagaimana gigihnya para
missionaris mencuri anak-anak Aceh. Ada yang dibawa ke luar negeri dan ada pula
yang disembunyi di Medan atau Pulau Jawa. Hal ini disaksikan oleh para aktivis
dan wartawan.[6]
Terdapat beberapa LSM yang menjalankan missi Kristenisasi dibalut dengan misi
kemanusiaan. Umpamanya boneka yang diberikan kepada anak-anak jika dipencet
akan mengeluarkan bunyi dalam bahasa Inggris berisi doa-doa tidur jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, bermakna “penyatuan roh-roh manusia
dengan roh-roh kudus”.[7]
Ratusan mahasiswa Unsyiah yang
tergabung dalam Koalisasi Mahasiswa Anti Pemurtadan (KOMANDAN) menjelaskan
dihadapan Gubernur soal kegiatan kristenisasi tersebut. Bahkan pada kesempatan
itu mahasiswa memperlihatkan sejumlah bukti yang ditemukan di sejumlah lokasi
kamp-kamp pengungsi kepada Gubernur seperti, buku bacaan berjudul Roh Kudus
Pembaruan (Yayasan Kemanusian Bersama), buku bacaan siswa SLTA berjudul Dewasa
dalam Kristus Gaya Hidup Kristenan, kemudian popo yang di dalamnya ditemukan
berisi mainan anak-anak berupa kalung berlambang palang salib.
Termasuk copy buku kumpulan
doa-doa Hanan el-Khouri berjudul Rahasia Doa-Doa Yang Dikabulkan. Dalam buku
tersebut berisikan doa-doa yang dikutip dari injil dengan bertulisan bahasa
Arab. Kalau masyarakat tidak paham, ini kan bisa membuat mereka murtad, bahkan
di Aceh Jaya juga kami sudah temukan 500 injil, kata Irwansyah sebagai
representatif mahasiswa.[8]
Masyarakat Desa Lhok Geulanggang,
Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2005 silam menemukan sejumlah
tablet obat bergambar "bunda maria". Tablet tersebut dibagikan kepada
anak-anak di desa itu.[9] Pada silaturahmi yang
sengaja diadakan untuk melaporkan fakta pemurtadan di Aceh, sejumlah fakta
berupa Injil dalam bahasa Aceh, selimut bergambarkan salib, boneka atau mainan
anak-anak bergambar sinterklas, booklet, brosur, pamflet berciri Islam tetapi
isinya tentang agama Kristen diperlihatkan kepada publik di Masjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh.[10] Selain itu ada juga LSM
tertentu yang sengaja membagikan bahan logistik tepat pada waktu shalat umat
Islam. Ada juga laporan dari
beberapa orang ibu di Durong Aceh Besar
bahwa mereka diajar ajaran Nabi Isa oleh wanita pekerja pada Yayasan Kreasi
asal Bandung dalam bulan Juli 2005. Pembagian Injil dan mainan anak-anak kepada
masyarakat Baitussalam di Aceh Besar juga dilaporkan tokoh masyarakat di sana.
Rasanya sudah memadailah bukti untuk disimpulkan bahwa memang betul-betul ada
upaya-upaya pemurtadan di Aceh oleh LSM-LSM asal luar Aceh dalam suasana
pemulihan kehidupan rakyat akibat hantaman tsunami.[11]
1.4.
Kasus Meulaboh
Satu keluarga kristen warga AS,
yakni Kelly Glen Jordan dan Robin Kay Jordan bersama anaknya Mackenrie Claire
Jordan, dengan menggunakan dua perempuan asal Medan Sumatera Utara bersahaja
melakukan pengkristenan terhadap tiga anak dara Aceh di Meulaboh, ibukota
Kabupaten Aceh Barat bulan Juni 2010. Dengan kedok pekerja sebuah LSM/NGO
mereka membuka sebuah sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
mempekerjakan tiga anak dara Aceh tersebut yang bersengaja dan berencana hendak
dikristenkan.[12]
Korban pemurtadan tersebut adalah
Ernawita alias Nonong binti Bustamam (27), warga Desa Suak Seumaseh dan Juwita
binti Karman, warga Desa Suak Geudeubang. Dan seorang perempuan lainnya
berinisial CT (18) juga disinyalir sudah menukar agamanya. Menurut media lokal
perempuan yang bernama Ernawita alias Nonong berperan sebagai pelaku pemurtadan
(yang membaptis) sedangkan Juwita binti Karman adalah korban pemurtadan.[13]
Ernawita alias Nonong, perempuan
berstatus janda itu mengaku dirinya telah lebih dulu dipindahkan ke agama
Kristen oleh rekannya yang sama-sama berprofesi sebagai guru pendidikan anak
usia dini (PAUD) yang berasal dari luar Aceh. Menurut Ernawita, saat dirinya
dibaptis oleh rekannya, ia sama sekali tidak mengetahui kalau ia telah
berpindah agama. Bahkan ia juga mengakui dirinya turut membabtis Juwita binti
Karman di kawasan Pantai Lhok Bubon pada 7 Juni 2010. Prosesi itu dilakukan
dengan sejumlah rekannya yang sama-sama guru PAUD yang melakukan bimbingan
agama nonmuslim.[14]
Pemurtadan yang dilakukan oleh
satu keluarga warga AS di Meulaboh tersebut betul-betul berencana dan
dipersiapkan demikian rupa. Buktinya, dari dua rumah yang disewakan mereka di
Meulaboh ditemukan sejumlah brosur dan selebaran Kristiani dalam berbagai
bentuk seperti CD, VCD, buku cetak, selebaran lepas dan sebagainya.
1.5.Kasus
Matang Geulumpang Dua
Mulanya, lima dari 14 orang
anggota komunitas Millata Abraham diduga membawa aliran sesat, disidangkan di
MPU Bireuen. Mereka yang disidangkan itu
adalah Safwaliza (38), M Afdal (35), Hajarul Mirza (25), Junaidi (30)
dan M Ikhawan (23). Semuanya penduduk Peusangan Bireuen. Mereka ditangkap pada
22 September 2010 lalu atas dugaan menyebar aliran sesat.[15]
Hasil penyidangan mereka
diputuskan oleh MPU bireuen bahwa mereka berada dalam aliran sesat. Mendengar
fatwa tersebut masyarakat Tanpa komando, usai sidang di MPU Bireuen, seribuan
warga Peusangan bereaksi. Mereka ditangkap satu per satu setelah MPU Bireuen
menyebut mereka beraliran sesat. Ada 11 orang yang ditangkap pertama sekali.
Masyarakat pun seakan tak sanggup menahan amarah. Bahkan ada di antaranya yang
menjadi korban pemukulan dengan bibir yang bengkak-bengkak. Mengapa warga
emosi? “Pengajian Millah Abraham dilakukan secara berkelompok dan bersifat
tertutup, memunculkan beragam pandangan dan mengarah kepada pendangkalan akidah
dan murtad, “kata Munawar, warga Peusangan, menjawab Kontras, pekan lalu.[16]
Bireuen
menjadi sorotan karena terbongkarnya sebuah ”aliran” yang menganggap Nabi
Ibrahim lebih hanif daripada para Nabi yang lain, bahkan jauh lebih unggul
dibandingkan dengan nabi Muhammad sekalipun. Dalam khutbah Jumat di mesjid Cot
Gapu, terungkap bahwa aliran Millata Abraham ini sesungguhnya telah benar-benar
keluar dari ajaran Islam. Mereka membenarkan perkawinan antara saudara kandung,
dan seorang bapak boleh menikahi putri kandungnya. Dalam sebuah diskusi yang
lain, disampaikan juga bahwa jika sang bapak meninggal dunia maka sang anak
dapat ”mewarisi” ibunya. Disamping itu, dalam setiap keluarga, maka hanya sang
bapak – sebagai kepala keluarga - yang diwajibkan untuk melaksanakan shalat
lima waktu.
Menurut seorang rekan yang
saudara iparnya terlibat dalam Millata Abraham, seluruh anggota jamaah tersebut
harus mengganti namanya menjadi lebih western. Misalnya, Ibrahim menjadi
Abraham, Daud menjadi David dan Yusuf
berganti Yosep, dan seterusnya. Tetangga dari rekan saya tersebut bahkan
berganti nama menjadi Bunda Maria.[17] “Mereka mengaku
teologinya berasal dari Abraham, apa yang mereka bawa berasal dari Ibrahim,
Ishaq, Ismail, Yakub, Yusuf, Musa, Yesus kemudian Muhammad,” terang Jamaluddin
dalam sidang di MPU, seraya menambahkan ibadah mereka, antara lain,
melaksanakan shalat malam, menghafal
ayat-ayat Alquran, berdakwah, pengkaderan,
rapat mingguan, hingga pengutipan iuran.[18]
1.6.
Kasus Banda
Aceh
Di Kota Banda Aceh dalam tahun
2010 sampai 2011 berkembang aliran sesat yang meresahkan mayarakat kota
tersebut. Adanya aliran sesat millata abraham yang disponsori putera-putera
Aceh tersebut bukan hanya mengakibatkan fatalnya iman mereka yang bergabung
kesana, melainkan menjadi pukulan berat bagi Aceh secara keseluruhan yang
sedang menjalankan syari’at Islam. Pengikut Mukmin Muballigh (Millata Abraham),
kata ketua MPU Aceh Muslim Ibrahim, tidak percaya kepada rukun iman, juga
mengingkari rukun islam. “Mereka juga menafsirkan Quran dengan kaidah yang
salah, Bismillah diartikan dengan isme
Allah, mereka juga menghina para nabi dan rasul. Nabi Isa dituding punya bapak,
kalau Maryam tidak punya suami, mereka mengatakan berarti Maryam bersetubuh dengan
Allah. Para pengikut ajaran itu kata Muslim merupakan pengikut Ahmad Musaddiq
yang kini di penjara di pulau jawa.[19] Karena mengembangkan
aliran sesat alqiyadah
Mukmin Muballigh tersebut
ternyata sama dengan aliran sesat Millata Abraham. Dalam menjalankan ajarannya
para pengikut aliran tersebut menamakan dirinya Mukmin Muballigh dari aliran
sesat Millata Abraham. Ini bermakna Mukmin Muballigh adalah missionarinya
Millata Abraham. Selain itu, aliran itu mengingkari hadits dan tidak meyakini
sebagai sumber kebenaran, serta mengingkari shalat lima waktu. Yang mereka
akui adalah shalat malam saja itu pun
dilaksanakan dengan posisi duduk dengan menghadap lilin yang telah dinyalakan
dan lampu dimatikan."Aliran ini juga tidak percaya kepada Nabi Muhhammad
SAW sebagai nabi dan rasul Allah yang terakhir dan diyakini masih ada nabi
setelah Nabi Muhammad SAW," terangnya, pagi ini.[20]
Tiga anggota Komunitas Millah
Abraham (Komar) yang dicurigai mengembangkan aliran sesat di Gampong Prada,
Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Jumat (1/4) dini hari diamankan polisi
ke Mapolresta Banda Aceh untuk menghindari amuk massa. Ketiga pengikut Komar yang diamankan itu
masing-masing Zainuddin, Wisbar alias Buyung, dan Iqbal. Polisi membawa
ketiganya setelah massa semakin ramai mengitari Masjid Jami Al-Hidayah, Prada
saat salah seorang di antara pengikut Komar bernama Zainuddin dimintai
keterangan oleh aparat gampong di masjid tersebut.[21]
Setelah ditelusuri dengan
mendalam ternyata Zainuddin merupakan pimpinan aliran sesat Millata Abraham
untuk wilayah Aceh. Isterinya juga bergabung ke sana dan sekarang bergelar
bunda maria, sementara dua anak kandungnya yaitu Jimmy dan Fajri juga menjadi
kader aliran tersebut yang gencar menyebarkan aliran itu di Banda Aceh. Kedua
putera tersebut akhirnya ditangkap pihak keamanan Kota Banda Aceh di sebuah
toko bertingkat tiga tempat mereka berjualan di Jalan Teratai, Kelurahan
Gampong Baro, Kota Banda Aceh Minggu (17/4) pagi.[22]
Setelah lama terjadi keresahan
masyarakat Kota Banda Aceh karena aliran sesat tersebut kemudian tertangkapnya
pelaku utama Zainuddin bersama dua puteranya Jimmy dan Fajri, serta kesemua
komunitas mereka berjanji bertaubat di masjid Raya Baiturrahman, maka redalah
isue tersebut buat sementara watu. Jum’at 22 April 2011 pukul 11.50 Wib
sebanyak 135 Komunitas Millata Abraham (Komar) disyahatakan kembali di Masjid
Raya Baiturrahman oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Prof.
Dr. Tgk. Muslim Ibrahim MA.[23]
Zainuddin (55), kelahiran Gampong
Laweung, Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, Aceh, pimpinan komunitas ini di
Aceh, berdiri dan membacakan ikrar yang berisi sepuluh butir pernyataan. Di
antaranya, mereka mengakui bahwa Millata Abrahan adalah aliran sesat dan
menyesatkan, kemudian mereka mengaku telah mengikuti ajaran sesat itu,
menyebarkan, dan mengajak pengikut lainnya untuk bergabung. Dalam ikrarnya
Zainuddin juga berjanji akan menyerahkan dokumen Millata Abraham dan aliran
sesat lainnya kepada MPU dan Pemerintah Aceh. “Demi Allah saya bersumpah,
selurus dan seikhlasnya kembali ke ajaran Islam yang benar, sesuai Alquran dan
hadis,” ucap Zainuddin dalam ikrarnya.[24]
Pensyahadatan tersebut juga
diikuti dan disaksikan oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Kapolda Aceh Irjen
Pol Drs Iskandar Hasan SH MH. Juga hadir Wali Kota Banda Aceh, Ir Mawardy
Nurdin dan Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Armensyah Thay. Gubernur Aceh
menegaskan, Pemerintah Aceh tidak mentolerir jika ada aliran-aliran sesat atau
agama ciptaan baru di Aceh. Tidak ada tempat di Aceh bagi aliran sesat dan agama
baru itu. “Tugas kita ulama, umara, dan masyarakat untuk tetap menjaga kesucian
agama Allah dari segala bentuk kebatilan. Di Aceh tidak boleh ada Syiah,
Khawarij, Mu’tazilah, Bahaiyyah, Ahmadiyah, Karimiyah, Nasiriah, Druz, dan
Qaramitah, dan sebagainya. Di Aceh hanya ada Ahlussunnah wal Jamaah,” tegas
Gubernur Irwandi.
Sedangkan Kapolda Aceh, secara
tegas mengatakan, meski 135 orang pengikut Millata sudah disyahadatkan kembali,
tapi penyebar Millata Abraham tetap akan menjalani proses hukum hingga ke pengadilan.
Pensyahadatan yang dilakukan kemarin itu akan menjadi salah satu pertimbangan
bagi hakim nanti untuk meringankan hukum mereka. “Ingat, pensyahadatan hari ini
jangan pura-pura. Jika mengingkarinya, maka kita akan menyeretnya ke proses
hukum. Kepada masyarakat agar menerima saudara-saudara kita yang sudah kembali
ke jalan yang benar ini. Tidak boleh seorang pun melakukan kekerasan dan
anarkis kepada mereka,” imbuh Kapolda. Setelah itu, Zainuddin, mewakili
komunitasnya, menandatangani sepuluh pernyataan yang mereka ikrarkan. Kemudian,
Kapolda ikut menandatanganinya sebagai saksi.
1.7.Kasus Pandrah dan Plimbang
Di Pandrah dan Plimbang juga
muncul isue aliran sesat yang dikembangkan oleh Tgk. Aiyub dan
pengikut-pengikutnya. Belum jelas apa jenis dan apa nama aliran sesat yang
dituduhkan terhadap Tgk. Aiyub di sana, namun massa terlanjur mengamuk hendak
membunuh para pengikut aliran sesat tersebut. Karena polisi cepat tanggap maka
semua mereka selamat dari rencana amuk massa.
Dalam aksi itu, massa membakar tiga unit sepeda motor (sepmor), sebuah
mobil, dan dua balai pengajian. Massa juga melempari dan merusak dua rumah yang
masing-masing ditempati guru pengajian di desa Jambo Dalam Kecamatan Plimbang
maupun Pandrah. Bahkan, massa sempat bergerak ke kecamatan lainnya, yakni
Peudada, sekitar pukul 04.00 WIB, namun karena orang yang dicari tidak berada
di tempat, mereka akhirnya bubar.[25]
Setelah reda
di Jambo Dalam, massa bergerak lagi ke Pandrah, karena di sana juga ada seorang
warga yang diduga mengajarkan ajaran sesat, seperti yang mereka sangkakan
terhadap Tgk Aiyub. Tanpa jelas siapa yang mengomandoi, sekitar pukul 02.00
WIB, mereka naik sepmor menuju rumah Sulaiman di Desa Lhok Mane, Pandrah. Dalam
perjalanan ke rumah tersebut, Tgk Sulaiman bersama rekannya, Tgk Murhaban,
kebetulan hendak ke luar dari desa itu. Lalu warga menghadang dan menangkap
mereka di sebuah jembatan masih di kawasan Pandrah. Tgk Sulaiman dan Tgk
Murhaban akhirnya digiring kembali ke rumahnya. Berjarak 20 meter dari rumah Tgk
Sulaiman, tiba-tiba massa membakar sebuah sepmor, kemudian membakar sebuah
balai pengajian berukuran 4 x 6 meter dan sebuah jambo (rangkang).[26]
Kasus Pandrah
dan Plimbang tersebut sudah lama tercium pada masyarakat dan masyarakat sudah
melapor kepada pihak pemerintah, namun tidak pernah ada tanggapan serius dari
pemerintah untuk menyelesaikan kasus tersebut sehingga meletus huru-hara.
Setelah itu baru polisi mengamankan tersangka dari amuk massa. Semua mereka,
menurut data sementara, berjumlah 13 orang: enam dari Desa Jambo Dalam,
Plimbang, dua dari Desa Lhok Mane, Pandrah. Kemudian ditambah tiga lagi dari
Desa Pandrah Janeng dan dua dari Desa Kuta Rusep, Kecamatan Pandrah. Semua
mereka ditempatkan di Musala Mapolres Bireuen. Tempat ini dulunya pernah dihuni
pengikut aliran sesat jemaah Millata Abraham yang terkuak di Peusangan Bireuen.
Para pengikut Millata itu mencapai 70 orang, sehingga dari musalla tersebut
dipindahkan ke Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di kawasan Cot Gapu Bireuen.
Kedelapan orang yang dibawa ke
Polres Bireuen itu adalah enam orang dari rumah Tgk Aiyub, yakni Tgk Aiyub (43)
sendiri; Nabhani, warga Jambo Dalam; Fauzi, warga Peusangan, dan Bukhari, warga
luar Pandrah. Adapun dua tamu yang berkunjung ke rumah tersebut adalah Tgk Ishak
dan Zulkifly.[27]
1.8.Kasus
Fajar Hidayah
Lembaga Pendidikan Terpadu Fajar
Hidayah di Gampong Cot Mon Raya, Kecamatan Blangbintang, Aceh Besar diserbu
ribuan orang yang diduga tak bisa menerima cara pendidikan menyimpang di
lembaga tersebut. Amuk massa itu diduga dipicu oleh isu adanya pelatihan
menyimpang dengan menggunakan potongan tulisan Arab sebagai medianya.
Tanda-tanda akan terjadinya gejolak mulai terlihat sejak usai shalat Jumat
kemarin. Ada satu kelas yang sedang menggembleng peserta pelatihan tidak bisa
menerima penyajian materi oleh tutor yang dianggap menyimpang.
Tutor di ruangan pelatihan itu
menggunakan potongan-potongan tulisan Arab di lembar-lembar karton berwarna
berukuran kecil yang ditaburkan di lantai. Peserta pelatihan diarahkan mengail
setiap potongan-potongan tulisan Arab yang ditaburkan di lantai. Ketika aksi
saling kail itu berlangsung, tak jarang peserta sempat melangkahi tulisan yang
mirip potongan-potongan ayat Quran itu. “Berawal dari situlah para peserta
memberontak dan memilih meninggalkan ruangan,” kata seorang peserta pelatihan.
Informasi adanya cara pelatihan yang menyimpang, dengan menghambur-hamburkan
(menyerak) tulisan-tulisan Arab, ternyata berkembang cepat ke masyarakat
sekitarnya. Massa diduga menangkap informasi bahwa yang ditabur-tabur itu
adalah potongan-potongan ayat Quran. Unsur Muspika Blangbintang bersama aparat
keamaman, dan perangkat gampong segera ke lokasi untuk meredam emosi massa yang
nyaris tak terkendali.
Berdasarkan kesepakatan bersama
yang ikut menghadirkan unsur pimpinan Yayasan Fajar Hidayah dan pihak Dinas
Pendidikan Aceh, amuk massa menjelang sore kemarin mampu diredam. Keputusan
yang dicapai antara lain pelatihan ditunda dengan batas waktu yang tidak
ditentukan. Hasil dari kesepakatan itu, hampir seluruh peserta pelatihan
memilih pulang ke kampung masing-masing.
Meski sudah ada kesepakatan bahwa
pelatihan ditunda dan hampir seluruh peserta memilih pulang kampung, namun
massa dari berbagai penjuru tetap tak mampu membendung emosi. Buktinya, sekitar
pukul 20.30 WIB tadi malam, ratusan, bahkan ada yang menyebut ribuan massa
menyerbu Fajar Hidayah. Aksi perusakan
dengan lemparan batu dan benda-benda keras lainnya muncul dari berbagai
penjuru. Kaca pintu, jendela, dan bagian-bagian lainnya dari sejumlah bangunan
rusak parah. Pagar pengaman kompleks hancur dan nyaris tak ada bagian yang
tersisa. Massa juga menyerbu hingga ke dalam ruangan merusak inventaris lembaga
pendidikan tersebut seperti komputer, mobiler, dan barang-barang lainnya.
Bahkan ada beberapa jenis barang yang dijarah. “Suasananya sulit dikendalikan,”
kata Camat Blangbintang, Baharuddin Daud, menjawab Serambi, tadi malam.
Tidak kurang 800 guru dari
berbagai kabupaten/kota di Aceh yang menjadi peserta pelatihan fahmul Quran di
Fajar Hidayah lebih memilih pulang kampung pascakejadian itu. Alasan utama
peserta untuk mundur adalah kekhawatiran terhadap muatan materi yang diberikan
dalam pelatihan. Selain dinilai tidak sesuai dengan harapan guru, juga dianggap
menyimpang dari norma dan kaidah yang diajarkan Islam. Guru-guru yang sedang
mengikuti pelatihan saat peristiwa itu terjadi merupakan gelombang ke-11 yang
dimulai Jumat (26/11) dan akan berakhir hingga 15 hari ke depan. Ada juga
kelompok lainnya yang masuk gelombang 10 yang dimulai Senin (22/11).
Seorang peserta dari gelombang
10, Rajab asal Pidie Jaya mengungkapkan, selama pelatihan, tutor lebih banyak
memberikan materi yang bersifat nyanyian. Sementara materi penguatan lainnya
sangat kurang, bahkan tidak banyak yang diperoleh pada pelatihan itu.
“Sejujurnya sia-sia kami ikuti pelatihan kalau begini hasilnya. Makna Fahmul
Quran kan lebih pada pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung dalam
Alquran. Bukan berarti pemberian materi dalam bentuk nyanyian tidak bermakna,
tapi kan bisa diseimbangkan,” katanya.
[1] Jalal Al
’Alim, Rencana orang-orang barat untuk menghancurkan Islam, terj. Salim
Basyarahil, (Jakarta: Intergrita Prees, 1985), h. 33-42
[2] Yusuf
Adan, Teungku Muhammad Dawud Beureu-éh Ulama, Pemimpin dan Tokoh Pembaharuan,
(Bangi Malaysia: UKM, 2005), h. 48-50
[11] Hasanuddin
Yusuf Adan, ‘Aqidah Modal Utama Implementasi Syari’ah, (Yogyakarta: AK.
Group, 2006), h. 55-56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar