Total Tayangan Halaman

Rabu, 02 Maret 2016

agama dan ilmu Kemajuan Pendidikan di Abad Klasik oleh Ridwan, MA

BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan oleh manusia dan bermanfaat untuk kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan di berbagai aspek. Manusia perlu mempelajari ilmu social untuk menjadikan kehidupan manusia dan kemanusiaan itu berjalan dengan baik. Manusia juga membutuhkan tempat bersandar dalam menjalani kehidupan, maka manusia perlu kepada agama supaya segala persoalan rohani bisa terselesaikan dengan tuntas.[1]
Sebagai makhluk cerdas, manusia menginginkan kehidupannya selalu berkembang ke arah yang lebih baik dari hari ke hari, maka dalam hal ini manusia perlu kepada ilmu-ilmu science dalam berbagai bentuknya. Perkembangan ilmu science itu sendiri pada dasarnya akan berguna bagi kesinambungan kemanusiaan di dunia ini. Berbagai tantangan yang dihadapi manusia dalam kehidupan banyak sekali yang dapat dicarikan solusinya.[2]
Kemajuan Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan berjalan sejajar dalam kehidupan manusia abad klasik, karena agama itu sendiri mereka jadikan tuntunan teguh dengan ruh yang menyala pada pemimpin dan masyarakatnya yang cinta ilmu.


BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan bagian dari dinamika kehidupan yang terjadi dari hari kehari bahkan menunjukkan perkembangan yang semakin pesat. Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan, perkembangan dan eksistensi masyarakat, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus.[3]
Pendidikan dikalangan umat Islam memiliki peranan penting untuk mewujudkan cita-cita hidup Islam yaitu melestarikan, mengalihkan dan menanamkan (internalisasi) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada umat dan generasi penerusnya sehingga nilai-nilai cultural-religious yang dicita-citakan tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat sepanjang zaman.[4]

A.      Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[5] Pengertian “Pendidikan Islam adalah Bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”.
Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul di Mekkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan masa ini merupakan prototype yang terus menerus dikembangkan oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya.
Dalam pengertian yang seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dilihat dari segi kehidupan cultural umat manusia pendidikan Islam adalah merupakan salah satu sarana atau alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu alat, fungsi pendidikan adalah untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk individu dan sosial), dalam mengoptimalkan kemampuannya supaya memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat.[6]
Pendidikan Islam sebagai alat pemberdayaan manusia agar dapat mengaktualisasikan dirinya dalam mengemban amanah sebagai khalifah Allah dibumi. Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran tentang pola berfikir dan berbuat dalam pelaksanaan pendidikan Islam pada khususunya, diperlukan pendekatan historis. Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.[7]
Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama dalam Islam, juga menceritakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada manusia terdahulu dan merupakan sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara filosofis dan ilmiah melalui saksi-saksi bisu berupa peninggalan orang-orang terdahulu seperti Ka’bah di Mekkah, Masjidil Aqsa di Palestina. [8]

B.     Kemajuan Pendidikan Islam di Abad Klasik
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.[9]
Musyrifah Sunanto, mendeskripsikan karakteristik sejarah dengan dapat dilihat dalam tiga orientasi yang saling berhubungan. Pertama, sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadiankejadian, peristiwa, dan keadaan manusia di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan masa kini (Tarikh Naqli). Kedua, sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis peristiwa masa lampau (Tarikh ‘Aqli). Ketiga, sejarah sebagai falsafah yang didasarkan kepada pengetahuan tentang perubahan-perubahan masyarakat, dengan kata lain sejarah seperti ini merupakan ilmu tentang proses suatu masyarakat.[10]

Sejarahperkembangan ilmu-pengetahuan-islam -klasik menuturkan, dalam hakikat sejarah terkandung pengertian observasi dan mencari kebenaran (tahqiq), fakta yang mendalam tentang sebab dari suatu peristiwa serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan terjadinya peristiwa tersebut.[11]
Sejarah membuat kita paham akan biografi, jejak historis, dan kebijaksanaan bangsa-bangsa terdahulu, yang merefleksikan diri dalam kultur kebangsaan mereka. Sehingga menjadi sempurnalah manfaat dalam mencari penyelesaian masalah agama dan sosial. Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para peneliti baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatan agar berhati-hati.[12]
Dengan mengetahui bahwa umat Islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang Islam. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.[13]
Menurut Abuddin Nata.[14] ruang lingkup sejarah Islam dilihat dari segi periodesasinya, dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: periode klasik (Tahun 650-1250 M). Periode pertengahan (Tahun 1250-1800 M), dan periode modern (Tahun 1800 – sekarang).
Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah, Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah.[15]
Kemajuan pendidikan Islam adalah kemajuan sistem pendidikan yang dikembangkan dan disemangati atau dijiwai oleh umat muslim untuk melestarikan  ajaran dan nilai-nilai Islam demi kebahagian dunia dan akhirat.[16]
Menurut Ajid Thohir, Islam adalah manhaj rabbani yang sempurna, tidak membunuh fitrah manusia, dan diturunkan untuk membentuk pribadi yang sempurna dalam diri manusia. Artinya, pendidikan Islam dapat membentuk pribadi yang mampu mewujudkan keadilan Ilahiah dalam komunitas manusia serta mampu mendaya-gunakan potensi alam dengan pemakaian yang adil.[17]

Pendidikan Islam secara institusional telah berproses secara mapan sejak zaman Nabi Muhammad, dengan embrio model pendidikan seperti halaqah, majlis, kuttaab, zaawiyah dan lain-lain. Meskipun kurikulum yang diajarkan pada lembaga pendidikan periode awal hanyalah ilmu agama, pada perkembangannya lembaga pendidikan Islam mengalami kemajuan setelah adanya persentuhan dengan peradaban Hellenisme. Sehingga bentuk lembaga pendidikan Islam dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lembaga pendidikan informal yang memuat materi pelajaran umum dan  formal yang hanya berisi materi pelajaran agama. [18]
Kegiatan lain yang erat hubungannya dengan kemajuan pendidikan Islam adalah:
1)   Penerjemahan. Penerjemahan manuskrip-manuskrip berbahasa asing terutama bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa arab yang dilakukan sejak zaman khalifah bani Umayyah dan mengalami kemajuan pesat pada masa daulah Abbasiyah. [19]
2)   Baitul Hikmah: Perpustakaan dan Observatorium Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, pada masa Harun al Rasyid, institusi ini bernama Khazanah al-Hikmah. Dan sejak tahun 815 M, al–Makmun mengembangkan lembaga ini, selain sebagai perpustakaan juga sebagai pusat observatorium dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah.[20]
Puncak kejayaan Islam dan Puncak kemajuan ilmu pengetahuan adalah pada masa ;  a).  Khalifah Harun Ar-Rasyid. Harun ar-Rasyid lahir di Ray pada tahun 145 H, ayahnya bernama al-Mahdi dan ibunya bernama Khaizuran. Harun ar-Rasyid resmi  diangkat menjadi khalifah pada tahun 170 H sampai tahun 193 H,  b). Khalifah Al-Makmun. Al-Makmun nama lengkapnya Abdullah Abu Abbas Al-Makmun, lahir pada tahun 170 H. Al-Ma’mun diangkat menjadi khalifah yang ke II di zaman Harun Ar-Rasyid, sebagai pengganti khalifah Al-Amin yang dilantik oleh khalifah Harun Ar-Rasyid. Ia berkuasa selama 20 tahun, dari tahun 813-833 M. [21]

C. Kemajuan Pendidikan dengan Keberadaan Perpustakaan
Kemajuan pendidikan abad klasik tidak terlepas dari perhatian para khalifah terhadap para cendikiawan yang mewarnai perpustakaan dengan berbagai karya cemerlang.  Banyak perpustakaan perpustakaan ternama di abad klasik, antara lain:
 1). Baitul Hikmah, sebuah kombinasi yang baik dari perpustakaan, akademi dan sarana penerjemahan, yang didirikan oleh Khalifah Abbasiyah, al-Ma`mun, sekitar tahun 318 H.
2). Perpustakaan Umar al-Waqidi (736 H) yang diperkirakan memiliki banyak sekali buku yang kalau ditimbang beratnya sama dengan dua puluh ekor unta.
3). Darul Ilmi (991).
4). Perpustakaan sekolah tinggi Nidzamiyah (1064).
 5). Perpustakaan sekolah Mustansiriyyah (1233).
 6). Perpustakaan al-Baiqani, berisi banyak sekali buku, sehingga untuk mengangkutnya saja membutuhkan enam puluh tiga keranjang dan dua ratus lima puluh koper. [22]
7). Perpustakaan Baitul Hikmah (998) di Kairo yang berisi tidak kurang dari 100.000 volume, termasuk 2.400 buah al-Qur’an berhiaskan emas dan perak yang disimpan dalam ruangan terpisah. Perpustakaan ini mempunyai 40 lemari yang tiap lemarinya bisa memuat sampai 18.000 buku. Selain itu, di perpustakaan ini juga disediakan segala yang diperlukan seperti tinta, pena, kertas dan tempat tinta.[23]
8). Perpustakaan al-Ma’arif berisi ribuan buku dari setiap cabang ilmu pengetahuan.
 9). Perpustakaan Khalifah al-Hakim (976) di Spanyol, berisi 600.000 jilid, yang secara hati-hati diseleksi seluruh penyalur buku yang ahli dari semua pasar Islam.
 10). Perpustakaan para khalifah dinasti Fatimiyah di Kairo. Jumlah seluruh buku yang ada di situ mencapai 2.000.000 (dua juta) eksemplar. Perpustakaan ini berisi berbagai macam ilmu antara lain Al-Qur’an, astronomi, tata bahasa, lexicography dan obat-obatan.
 11). Perpustakaan Baitul Hakam di Bagdad. Perpustakaan ini menyerupai universitas yang bertujuan untuk membantu perkembangan belajar, mendorong penelitian, dan mengurusi terjemahan teks-teks penting. Koleksi buku Perpustakaan ini berjumlah 400 hingga 500 ribu jilid. [24]
 12). Perpustakaan Al-Hakam di Andalus. Jumlah buku didalamnya mencapai 400.000 buah. Perpustakaan ini mempunyai katalog-katalog yang sangat teliti dan teratur yang mencapai 44 bagian. Di perpustakaan ini terdapat pula para penyalin buku yang cakap dan penjilid-penjilid buku yang mahir.
13). Perpustakaan Bani Ammar di Tripoli. Perpustakaan ini berisi buku-buku yang langka dan baru dijamannya. Bani Ammar mempekerjakan orang-orang pandai dan pedagang-pedagang untuk menjelajah negeri-negeri dan mengumpulkan buku-buku yang berfaedah dari negeri-negeri yang jauh dan dari wilayah-wilayah asing. Jumlah koleksi bukunya mencapai 1.000.000. Terdapat 180 penyalin yang menyalin buku-buku di sana.[25]

D. Asumsi Penulis Tentang Kemajuan Pendidikan Abad Klasik (Suatu Analisis Tinjauan Politik)
Sejarah telah membuktikan hubungan sebab akibat yang tak terbantahkan antara kemajuan peradaban suatu bangsa dengan keberadaan perpustakaan di tengah masyarakatnya. Perpustakaan merupakan mediator munculnya gairah intelektual yang tinggi yang kemudian akan melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang menjadi titik tolak kemajuan peradaban bangsa tersebut. Di berbagai literatur tersirat bahwa bila ingin menghancurkan suatu bangsa, hancurkanlah pusat peradabannya, yaitu perpustakaan.
Pada abad ke-5 Masehi, Roma yang waktu itu menjadi salah satu pusat ilmu dunia barat dihancurkan oleh tentara barbar Jerman. Perpustakaan umum dan pribadi dihancurkan dan dibakar. Pada abad pertengahan ini dunia barat mengalami kemerosotan. Sementara itu dunia Islam mulai bangkit. Kesadaran dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan pada jaman itu memunculkan berbagai jenis perpustakaan umum maupun milik pribadi yang bertebaran di berbagai wilayah Islam. Perpustakaan ini jumlahnya puluhan bahkan mungkin ratusan, dan melahirkan ulama-ulama dan ilmuwan besar Islam, seperti Jabir Ibnu Hayyan, Al Farabi, Ibnu Sina dan lain-lain.
Sejarah keemasan Islam menunjukkan bahwa perpustakaan ternyata bukan hanya sekadar penyimpan buku, tapi juga penghasil buku; wadah berbagai penulisan, penyalinan, penerjemahan dan penerbitan naskah serta sebagai pusat penelitian. Perpustakaan juga kemudian menjadi indikator keberadaban suatu bangsa.
Maraknya kegiatan penelitian dan penerjemahan yang didukung perhatian khusus para khalifah terhadap ilmu pengetahuan, seperti Muhammad bin Abdul Malik az Zayyat memberi 2000 dinar setiap bulan bagi para penerjemah dan penyalin buku. Al-Ma’mun senantiasa memberi emas kepada Hunain bin Ishaq seberat buku-buku yang diterjemahkannya ke dalam Bahasa Arab. Hal ini membuktikan betapa berharganya penyebaran ilmu dalam pengembangan peradaban suatu bangsa.
Hampir sama dengan kemerosotan yang terjadi di dunia Barat pada masa Abad Pertengahan, awal mula kemunduran Islam ditandai dengan hancurnya perpustakaan-perpustakaan Islam. Hal itu berawal setelah penyerangan habis-habisan tentara Mongol terhadap Daulah Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1258. Tentara Mongol tidak menyisakan satupun perpustakaan, semuanya dibakar habis.
Banyak sekali buku yang dibakar dan yang dibuang ke sungai, membuat laut di daerah Baghdad berwarna hitam oleh tinta buku tersebut. Tinggi tumpukan buku yang dibakar hampir menyamai tinggi menara mesjid di Baghdad. Nasib yang sama juga terjadi di Samarkand dan Bukhara serta perpustakaan di Tripoli pada saat Perang Salib.
BAB II
KESIMPULAN

Pendidikan dikalangan umat Islam memiliki peranan penting untuk mewujudkan cita-cita hidup Islam yaitu melestarikan, mengalihkan dan menanamkan (internalisasi) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada umat dan generasi penerusnya sehingga nilai-nilai cultural-religious yang dicita-citakan tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat sepanjang zaman.
Pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Kemajuan Pendidikan Islam karena maraknya kegiatan penelitian dan penerjemahan yang didukung perhatian khusus para khalifah terhadap ilmu pengetahuan, seperti Muhammad bin Abdul Malik az Zayyat memberi 2000 dinar setiap bulan bagi para penerjemah dan penyalin buku. Al-Ma’mun senantiasa memberi emas kepada Hunain bin Ishaq seberat buku-buku yang diterjemahkannya ke dalam Bahasa Arab. Hal ini membuktikan betapa berharganya penyebaran ilmu dalam pengembangan peradaban suatu bangsa
Meskipun pada masa kemunduran Islam banyak perpustakaan yang dihancurkan, saat ini masih banyak perpustakaan Islam yang terkenal, khususnya perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan umum. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian umat Islam terhadap dunia perbukuan dan perpustakaan tetap tinggi dan sekaligus menunjukkan bahwa Islam menempatkan belajar, membaca, dan ilmu pada tempat yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA


Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006)

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rinika Cipta, 2001)

Abudin Nata, Methodologi Studi Islam,  (Jakarta: Rajawali Persada, 2003)

Ahmad Salabi, Sejarah Kebudayaan Islam 3, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2009)

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Grafindo persada, 2004)

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008)

Basuki dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007)

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Cet. I, (Bandung: Pustaka Bani Quraiys, 2004)

M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Pradadaban Islam, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Book Publusher, 2007)

M. Ira Lapidus Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian I dan II, (Jakarta: Grafindo Persada, 1999)

M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer,  (Jakarta: Amzah, 2006)

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Kelasik, (Jakarta: Kencana, 2004)

Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008)

Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006)

Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003)

Suwito Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Cet. I, (Jakarta: Prenada Media, 2005)

Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 1992)





[1] Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),  h.52

[2]  Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 1992), h. l29

[3] Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h. 49

[4]  Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan..., h. 131

[5] Abudin Nata, Methodologi Studi Islam,  (Jakarta: Rajawali Persada, 2003), h. 40
[6]  M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer,  (Jakarta: Amzah, 2006), h. 12

[7] Abudin Nata, Methodologi Studi…, h. 148
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 62 

[9] Suwito Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Cet. I, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 123
[10] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Kelasik, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 72

[11] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rinika Cipta, 2001), h. 54

[12] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Pradadaban Islam, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Book Publusher, 2007), h. 117

[13] M. Ira Lapidus Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian I dan II, (Jakarta: Grafindo Persada, 1999), h. 51

[14] Abudin Nata, Methodologi Studi…,  h. 363-364
[15] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006), h. 37-39.

[16] Basuki dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007), h.  97

[17] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Grafindo persada, 2004), h. 27
[18] Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.  21-22

[19] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban…, h. 37

[20] Ahmad Salabi, Sejarah Kebudayaan Islam 3, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2009), h. 114
[21] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Cet. I, (Bandung: Pustaka Bani Quraiys, 2004), h. 43

[22] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Pradadaban Islam…,  h. 121

[23] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Kelasik…, h. 76

[24] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban…, h. 49

[25] Ahmad Salabi, Sejarah Kebudayaan Islam…, h. 122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar